New York ; End Of Terror!!!
Udara terasa lebih dingin dari biasanya. Semua hal terasa lebih sunyi dan hampa. Yang terdengar di telinga Danny hanya bunyi dengungan yang serentak dengan degup jantungnya. Nafasnya terasa sesak, matanya sulit untuk di buka.
Perlahan terdengar suara yang berbisik di dekat telinganya. Suara yang seiring dengan isak tangis pelan. Suara yang ia kenal, suara yang begitu lembut ketika memanggil namanya. Sebuah kecupan di keningnya terasa begitu lembut dan menggetarkan hatinya.
“Danny…, bangunlah. Aku di sini bersama Kevin untukmu,” bisiknya.
Sebuah lengan mungil menyentuh pipinya perlahan. Isak tangis itu semakin terdengar jelas. Ia ingat suara itu, ia ingat rasanya menyentuh lengan mungil itu. ia ingat bagaimana rasanya menggendong tubuh mungil yang rapuh dan memeluknya untuk memberi kehangatan.
Ia ingat semua.
Ia merasakan semua.
“Kevin…,” gumamnya pelan.
Semua yang sedang menatapnya terus berdoa saat mendengar gumaman itu.
“Raz…,” lanjutnya.
Sebuah lengan meraih jemarinya untuk digenggam dan saling bertaut. Ia ingat rasanya. Ia ingat bagaimana senyum pemilik lengan tersebut. Ia ingat tatapan mata lembut yang selalu menghindarinya. Ia benar-benar ingat semua.
Danny mengerejap pelan. Matanya terbuka perlahan. Kesadarannya mulai kembali seiring dengan nafasnya yang mulai terasa lega.
“Kevin…, Raz…,” gumamnya lagi.
“Kami di sini Danny…,” jawab Raz.
“Ibu…,” Kevin mencium pipi Danny dengan sayang.
Danny tersenyum samar dan meraih kedua tangan Kevin lalu menciumnya.“Malaikat kecilku…,” ujarnya seraya menangis, “Ibu begitu takut tak punya kesempatan untuk melihatmu lagi sayang.”
Kevin menangis pelan. Danny beralih pada Raz dan tersenyum pada pria itu. Raz menghapus airmata Danny perlahan dengan jemarinya.
“Jangan menangis, kau takkan kehilangan siapapun lagi. Aku janji,” bisik Raz.
Danny menganggukkan kepalanya. Dr. F. mendekat bersama Kyara – istrinya. Danny meraih lengan Kyara yang wajahnya terlihat sembab karena banyak menangis.
“Aku khawatir sekali Danny, peluru itu hampir menembus jantungmu,” ujar Kyara seraya terisak.
“Aku sendiri juga merasakannya Kyara. Tapi yang kurasakan bukanlah sakit, tapi ketakutan kalau aku tak lagi bisa bernafas untuk melindungi Kevin,” ujar Danny pelan.
“Istirahatlah Danny, kondisimu belum benar-benar stabil. Ray, G.D. dan Ian sedang mencari tahu keberadaan Mallika dan Axel saat ini. Keyland masih diamankan di kantor pusat FBI,” jelas Dr. F.
“Aku harus segera pulih F…, aku harus menyelesaikan semua ini sampai tuntas. Kevin harus mendapatkan kebebasannya tanpa harus takut akan hal apapun,” Danny menatap ke langit-langit rumah sakit.
Raz masih menggenggam tangannya dengan lembut dan erat. Kevin berbaring di sisinya dan tertidur, anak itu kelelahan. Danny mengecup keningnya sekali lagi. Raz tersenyum padanya. Danny merasa lega, untuk sesaat.
* * *
G.D. terus menatap ke arah monitor yang menampilkan semua CCTV jalanan dengan pemindai wajah yang dipinjamkan oleh FBI. Ian mengisi penuh semua pistolnya dengan peluru, ia bersiap jika harus berhadapan langsung dengan Axel kali ini. Ray menanti dengan gelisah akan keberadaan kedua buronan yang hampir berhasil membunuh Danny., ia tak sabar ingin menghabisi keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE [SUDAH TERBIT]
Action[COMPLETED] Beberapa Part Dihapus. Keputusan yang ku buat bukanlah sekedar lelucon belaka! Keputusanku ketika merengkuh Kevin dalam hidupku . . . Keputusanku ketika menjadi seorang Polisi . . . Dan keputusanku ketika memilih dirimu . . . Semua itu t...