Destiny
“Ini balasannya! Ini balasan untukmu!,” teriak wanita itu seraya terus menusuk korban tanpa ampun.
Darahnya mengalir dan tergenang di bawah tubuh. Wanita itu tertawa senang saat melihat kematian di depannya. Dendamnya terbalaskan.
Nyawa dibalas nyawa!
* * *
Raz meraih sepatunya di atas rak, tablet dan laptop telah ia simpan ke dalam tas. Ia berjalan pelan seperti biasa sejak jam enam pagi. Jika tak berangkat lebih awal, ia akan terlambat, meskipun Danny pasti memahami alasan keterlambatannya. Namun, entah kenapa ia selalu tak ingin mengecewakan wanita itu.
Jam setengah tujuh ia tiba di kantor. Setelah membayar uang taksi ia segera masuk dan duduk di meja kerjanya untuk mengurus laporan. Ray dan G.D. tiba tak lama kemudian, lalu di susul dengan kedatangan Ian.
G.D. mendekat pada Raz seraya menyerahkan berkas.
“Bisa kau catat laporan yang ini, nanti siang akan ku ambil,” ujar G.D.
“Tentu…,” jawab Raz.
G.D. tak langsung pergi, Raz menatapnya dengan penuh tanda tanya.
“Aku mau tanya sesuatu, tapi…, jangan tersinggung,” pinta G.D.
Raz mengangguk.
“Kau serius menolak Danny?,” tanya G.D.
Raz terdiam sesaat, ia menarik nafasnya dalam-dalam.
“Ya,” jawabnya.
“Boleh aku tahu alasannya?.”
“Aku ragu kalau dia bisa menerima kekuranganku. Aku sudah berulang kali dicampakkan, aku tak mau terulang lagi,” ujar Raz.
“Kau menyamakan dia dengan mantan kekasihmu? Raz, Kau tidak mengenal siapa Danny…, kau tidak pantas untuk meragukannya,” ujar G.D. seraya berlalu dari hadapan Raz.
Raz terdiam, G.D. bukan orang pertama yang mengatakan hal tersebut setelah ia mengutarakan alasannya menolak Danny. Ian dan Dr. Cassandra sudah memberi pendapat yang sama padanya, dan terkadang ia jadi merasa ragu dengan keputusan yang ia ambil untuk menolak Danny.
Telepon di meja G.D. berdering, pria itu mengangkatnya.
“Dawson…,” jawab G.D.
Ia mendengarkan seraya mencatat apa yang di katakan peneleponnya. Setelah menutup teleponnya ia menatap ke arah Ray.
“Ayo berangkat. Ada yang menemukan mayat di Capitol Avenue, Sutter’s Fort,” ajak G.D.
Ray pergi menemui Dr. F. untuk mengajaknya ke TKP, sementara G.D. berangkat terlebih dahulu dengan Ian. Mereka tiba di TKP bersama beberapa anggota kepolisian dan unit TKP setengah jam kemudian. Banyak orang yang menyaksikan bagaimana posisi mayat itu saat di temukan. Mereka banyak mengambil gambar dengan ponsel.
Dr. F. mendekat pada mayat tersebut bersama G.D., sementara Ian dan Ray memeriksa identitas korban dari tas dan dompet yang tercecer di sana. Danny datang lima belas menit kemudian dengan segelas Cappucinno di tangannya seperti biasa.
“Wow, posisi yang ekstrem untuk mati,” ujar Danny saat melihat posisi mayat.
“Memangnya kau bisa memilih pose untuk kematianmu?,” tanya Dr. F.
“Ya, setidaknya kita bisa memesan pose berbaring yang wajar daripada berlutut sambil memutar badan ke belakang seperti itu,” ujar G.D.
“Aku setuju denganmu G.D., jadi…, apa yang kalian punya guys?,” tanya Danny.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE [SUDAH TERBIT]
Action[COMPLETED] Beberapa Part Dihapus. Keputusan yang ku buat bukanlah sekedar lelucon belaka! Keputusanku ketika merengkuh Kevin dalam hidupku . . . Keputusanku ketika menjadi seorang Polisi . . . Dan keputusanku ketika memilih dirimu . . . Semua itu t...