Tak ada yang salah, cinta datang dengan sendiri nya.
---
Jancent POV
Pagi ini adalah hari senin. Aku bangun jam 5.30 dan kurasa masih sangat pagi karena aku memang sudah terbiasa seperti ini. Jangan kira dengan penampilanku yang berandal, hati dan sifat ku juga berandal. Lain kali, jangan menilai orang dari penampilannya ya.
'Masa iya balik tidur lagi' batinku.
Lalu aku memilih untuk mengscroll akun instagram milikku untuk menghilangkan kuker.
"Bsk senen:("
"Monday is lazy"
"Kenapa hari senin ke hari minggu 6 hari, tapi kalo hari minggu ke hari senin cuma 1 hari? gak adil!"
Dan masih banyak caption-caption lain yang mewakilkan perasaan siswa-siswi terhadap hari senin.
Beda halnya dengan diriku. Disaat upacara bendera, aku merasa senang karena baris antara kelas 11 IPA 1 dan 11 IPA 2 sangat dekat, bahkan bersebelahan. Maka dari itu aku bisa selalu melihat wajahnya, wajah seseorang yang selalu memeluk hati dan rindu.
***
Aku melajukan motorku dengan cepat, tak peduli ada seseorang memanggilku karena motorku berisik.
Bola mataku tertuju kepada siswi SMA berbulu mata lentik, kulit putih, mata sipit, dengan rambut hitam panjang dibiarkan digerai begitu saja yang sedang berjalan terburu-buru.
Di belakangnya, ada siswa SMA yang sedang mengejarnya menggunakan motor ninja merah, namun kecepatannya amat lambat karena menyesuaikan jalannya siswi itu.
Siswa itu Dyto, dan pastinya siswi itu Dynda. Ada satu pertanyaan di fikiranku, mengapa Dynda tidak membonceng Dyto?
Ku berhentikan motorku di salah satu warung bubur ayam yang berada di dekat jalan raya, kebetulan aku juga belum sarapan.
Kemudian, Dynda berhenti berjalan dan menatap Dyto. Percakapan mereka cukup terdengar.
"Kemarin kemana aja kamu by?" tanya Dyto
"Gue ngga kemana-mana, seharusnya gue yang tanya sama lo?!" sewot Dynda.
Dyto mengerutkan alisnya "Tapi kenapa aku telfon ga di angkat?"
"Namanya aja lowbat, emang kemarin lo kemana aja?" jawab Dynda bete.
Dyto meyakinkan "Maaf, kemarin aku habis ketemu sama temen, dia dateng dari London."
"Oh," respons Dynda.
'Jangan-jangan, yang dimaksud Dyto itu Layla?' batinku.
Dyto tersenyum "Kapan-kapan aku kenalin ke kamu kok,"
"Dia cewe?" tanya Dynda.
Dyto tertawa lepas tanpa rasa bersalah, "Kamu cemburu ya?" Dynda terdiam, kemudian berkata lagi,
"udah deh diem-dieman nya, maafin aku udah nyalahin kamu, buruan naik keburu telat."Dynda awalnya diam, namun akhirnya dia menurut dan naik ke motor Dyto.
***
Dynda POV
Matahari sangat terik hari ini, dan siswa-siswi sekolahku harus mengikuti upacara yang dilakukan rutin setiap hari senin.
Huft, aku kesal saat Dyto yang mengira aku cemburu pada teman masa kecilnya.'Siapa juga yang cemburu njir' batinku saat itu.
Semua siswa baris di lapangan utama. Aku melirik siswa di sebelahku, seseorang yang mengaku mantanku. Jancent.
Dia menatapku disaat aku menatapnya, aku langsung mengalihkan pandanganku.
Disaat para siswa sedang hormat, aku merasakan sakit di kepalaku, semakin sakit, semakin sakit, dan,Seketika semuanya menggelap.
***
Jancent POV
Seketika jantung ku hampir copot disaat melihatnya lemas dengan keringat bercucuran.
Aku menangkap tubuh mungil cewek itu ketika dia hampir tumbang. Dan tidak usah ditanya, Dynda sudah tak sadarkan diri.Seseorang yang bertugas sebagai PMR menahanku untuk tetap bertahan di barisan upacara, tetapi ku tepis tangan nya.
Aku berjalan terburu-buru sambil menggendong Dynda.Coba kamu bayangkan,
Seseorang yang kamu sayang,
yang selalu kamu perjuangkan selagi dirinya masih bernafas di dunia ini, lemah tak berdaya dan berada tepat di depan matamu sendiri, seharusnya yang pantas kamu lihat adalah seseorang yang kamu sayangi bahagia, bukan seperti ini.Ku rebahkan tubuhnya pada ranjang persegi panjang yang berada di UKS.
Dynda mungkin lebih baik disini.Kemudian aku hendak berjalan pergi, namun tanganku di genggam erat Dynda, "T-t-tunggu," ucapnya lemas.
Suara itu masih sama, masih sama seperti 3 tahun yang lalu.
3 years ago...
Mereka sedang duduk berdua di sebuah taman
"Jancent!" seru Dynda.Jancent menoleh "iya Dynda Valerina cewe yang cerewetnya akut banget kayak makmak rempong" sambil tertawa.
"Anjirr jahad kamu tu" sambil mendengus, "beliin aku balon itu yaah? Pliss" sambil merengek seperti anak kecil.
Jancent mengangkat jari telunjuk nya ke dagu, sambil bergaya seolah-olah sedang berfikir "tapi ada syaratnya!"
"Ha?"
Sambil menaikkan kedua alisnya, Jancent berkata "kamu harus ngakuin kalo aku mirip Jungkook BTS!!!"
"Ihhh apaansih?! Orang kamu lebih ganteng kok" saat mengatakan hal itu, membuat pipi Dynda merah atau blushing.
"Oke bentar, permintaan seorang Dynda akan segera terkabul dari Jungkook eh Jancent ehehe" ucap Jancent sambil nyengir, lalu berlari menghampiri si penjual balon.
"T-t-tungguuu, aku ikuuut" balas Dynda sambil berlari.
Ya, bisa dibilang mereka sedang merasakan cinta monyet karena mereka masih kelas 3 SMP.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finance is Devil
Teen Fiction"Kenapa kamu selalu nyalahin takdir? Padahal, kamu yang ceroboh dan cinta ke orang yang salah." -Dyto "Perasaan itu datang sendiri, bukan aku yang minta." -Dynda --- Ini bukanlah cerita awal pertemuan dua sejoli yang terjerat asmara. Cerita ini berk...