7. We meet in the dark

136 34 13
                                    

Di dalam gelap pun, kau tetap bersinar. Karna kau adalah cahaya, cahaya hidupku.

---

Jancent POV

Kuparkirkan motor ninja hitam milikku di tempat parkir lingkungan sekolahku.
Kudapati seorang siswi sedang membaca buku di perpustakaan, ia manis sekali.

Tetapi, aku merasakan keganjalan disaat melihat 3 siswi yang sedang mengamatinya, kurasa mereka ketiga temannya, yang mungkin ingin memberinya suprise.

Kemudian aku beranjak pergi menuju kelas 11 IPA 2, kelasku.

Aku duduk di bangku paling belakang bersama sobatku Dany.
Tak lama kemudian, datanglah bendahara kelasku yang bernama Sita dan Lia.

Mereka adalah teman satu kelasku yang tiba-tiba berubah seperti mak-mak kos-kosan jika sedang menarik kas kelas.

"Good morning Lia cantikk, eh lu uda sarapan belonnn?" goda Evan sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Sita.
Evan termasuk sobatku juga.

"Morning morning gigi lu gede! Bayar kas lo selama seminggu" bentak Sita.

Evan bergidik ngeri.

Kemudian Noval sobatku yang satunya juga ikut nimprung, "Neng Liaaaa, nanti pulang bareng abang yak?!?"

"Pulang pulang bibir lu monyong! Setoran mana njir!" teriak Lia.

"Dasar bendahara matre," ucap Noval pelan.

Dany pun ikut menimpali, "Gua tau kalo gua itu ganteng, tapi lo gausa kode-kode kaliii kalo suka ama gue!"

"Najisun!!!" teriak Lia.

"Kode tuh bukannya yang dipake dirambut cewe waktu menikah ya?" jawab Evan.

"Konde kali, govlog." jawabku.

"Konde tuh bukannya temennya wedhang jahe yak?" tanya Noval dengan wajah berfikir.

"Itu rondeeee! bang.."
"Sat!!!!" jawab Dany kemudian dibalas oleh Evan.

"Ckakakakaka"

"Buruan bayar! Dasar cacing kepanasan." teriak Sita pada kamu para lelaki.

"Bawel banget tu mulut?!"

Kemudian kami pun membayar kas kelas kami kepada mereka. Kemudian mereka berdua pun menghilang dari hadapan kami.

"Anterin gue pipis dong, Cen? ya ya ya? Gue kelebet nih..." ajak Dany padaku.

"Apaan sih cebret amat lo!" aku berusaha menolak.

"Ayolahhh, masa iya ngompol di sini?!" mohon Dany.

"Hm in aja biar seneng." jawabku.

Dany pun memelukku dengan ekspresi girangnya, membuat seisi kelas menatap 'jiji' pada Dany.

"Jauh-jauh sana lo homo!" teriakku sembari berdiri dan melepaskan pelukan Dany.

Aku beranjak dari kursiku dan menuju kamar mandi. Namun, ketika aku melewati kelas Dynda, hanya Lita yang ada di sana, dimana Dynda?

***

Dynda POV

Aku berjalan sendirian pada jam istirahat menuju ruang ganti perempuan, karena Lita tidak masuk sekolah. Dan aku harus ganti baju olahraga sendirian di ruang ganti sekolah.

Aku melihat pesan masuk di handphone ku,

0815xxxxxxxx
To: Dynda
Dyn, gue di gudang sekolah. Tolongin gue, plis!

From: Dynda
To: 0815xxxxxxxx
Lo siapa?

0815xxxxxxxx
To: Dynda
Gue Jancent, gue dijebak Dyto.

From: Dynda
To: 0815xxxxxxxx
Oke, gue otw

Read

Aku bergegas menuju gudang sekolah.
Namun, saat aku sampai disana, aku tak melihat sosok Jancent sama sekali.
Ya, ruang ini tak ada manusia satupun kecuali diriku.

"Gelap." ucapku pelan.

Beberapa detik kemudian sosok perempuan dengan dua dayang dibelakangnya sebagai pengikutnya pun berjalan menghampiriku sambil tertawa sadis.

Brakkkk

Kemudian pintu tertutup keras.

"Haha, liat guys, dia menjebak dirinya sendiri!" kata perempuan yang ada dihadapanku.
Dia cantik, namun penampilannya alay banget.

"Iya syah, dia perlu di kasih pelajaran!!! Sikat aja," kata salah satu temannya.

Lalu aku berkata "Dimana jancent?!?"

Yang bergaya seperti bos pun berkata "HAHA ternyata lo lebih milih Jancent daripada Dyto. Ohh bodohnya Dyto bisa suka sama cewe kecentilan kayak lo gini. Iuh!"

"Dan, asal lo tau, tadi yang ngirim chat ke elo itu kita, bukan Jancent!" kata salah satu temannya.

"Kalian ini sebenernya siapa? Muka-muka lo semua ngebosenin tau ga! Dandanan lo kayak badut nggak laku!" kataku sambil berteriak lalu tertawa.

"Dasar nggaktau diri! Gue Aisyah FIRST LOVE NYA DYTO!!! kenapa hah?" katanya.

"Bodoamat cuk!" ucapku cuek.

"Sadar diri dong! Elo disini sendirian. Jadi gak ada yang bisa nolongin lo!"

Mereka pun menjambak rambutku.

Tak lama kemudian seorang siswa datang dan menjauhkan ketiga curut itu,

"Lo semua pergi, atau gue laporin kepsek atas tindakan bully-bully an alay ini?" kata lelaki itu kepada geng Aisyah.

"Fuck!" jawab Aisyah kemudian pergi dari gudang ini diikuti kedua teman-temannya.

Kemudian hanya aku dan dia disini, diruangan gelap ini.

"Ja...jancent?" ucapku pelan sambil menahas tangisku.

Jancent pun mengusap air mataku.

"Gue disini dyn" katanya sambil menatapku lembut.

Seketika hening. Hingga aku yang memulai percakapan.
"Kok lo bisa tau?"

"Hehe, gue ngikutin lo tadi," jawabnya sambil tersenyum.

"Mm makasih." kataku padanya.

"Sama sama, yaudah ayo pergi dari sini!"

Aku pun mengangguk.

'Senyum yang menenangkan' batinku.

Dan lagi-lagi bukan Dyto yang berada disini bersamaku.

Jika Jancent tak punya perasaan padaku, dia tak mungkin menyelamatkanku.

Apakah dia benar-benar menyayangiku?

Finance is DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang