Aku ingin kau mencintai seseorang yang mencintaimu, karena aku termasuk golongan itu.
---
Saat di UKS, Dynda dan Jancent saling tatap tanpa berbicara. Jancent berharap waktu berhenti saat ini, karena ini yang ia harapkan dan bisa menatap mata wanita itu lagi.
Dynda memilih membuka percakapan,
"Ma-makas--" sebelum melanjutkan perkataannya, dua siswi lebih dulu memanggil Jancent. Hingga membuat Jancent menoleh dan tak lama ia keluar dari UKS.
Siwi yang memanggilnya adalah Vina dan Yanas, anak kelas 11 IPS 1 yang bertugas sebagai petugas UKS.
"Lo disuruh pak kepsek ke ruangannya," kata Yanas.
Jancent menaikkan satu alisnya, "Ngapain?"
Vina dan Yanas serempak menggeleng, kemudian Jancent berjalan ke arah kepala sekolah.
***
Dynda POV
Aku membuka mataku perlahan, ternyata aku berada di ruangan putih dengan 4 kasur yang saling berhadapan, dan kotak bersimbol palang merah berisi obat-obatan yang di letakkan di samping setiap kasur tersebut.
Sudah bisa ku tebak, aku berada di UKS.
Aku ingat disaat diriku sendiri terkapar di lapangan saat upacara tadi. Dan yang membawaku kemari adalah Jancent. Bahkan bukan Dyto, aku ingat saat ia mengintrogasiku di jalan tadi pagi.
Betapa menyebalkan.
Aku hendak mengucapkan terimakasih pada Jancent, namun ada seseorang yang memanggilnya, hingga ia keluar dari ruangan ini.
Sudah bisa ku tebak, pasti dia sedang mendapat hukuman karena meninggalkan upacara demi menggendongku.
Memangnya aku siapa? Seberapa penting diriku untuknya?
Aku melihat jam di arloji pink milikku.
'Sudah jam istirahat' batinku.
Jancent melewatkan jam pelajaran pertamanya untuk menemaniku. Aku merasa di istimewakan.
Aku turun dari ranjang dan hendak berjalan menuju ruang kepsek. Bahwa ini semua salahku, aku yang harus mendapatkan hukuman, bukan Jancent.
Tetapi disaat aku hendak keluar dari UKS, dua siswi menghadangku.
"Hai, gue Vina. Kita ada tugas PMR hari ini," ucap seseorang berparas manis.
Dan yang berkulit putih memperkenalkan dirinya, "Hai dyn, gue Yanas. Kita berdua dari kelas 11 IPS 1,"
"Oh,hai!" sapaku sambil tersenyum.
Tiba-tiba, Lita dan Tika menyusulku.
"Lo udah sadar Dyn? Tadi gue liat lo digendong Jancent, wuhhh gileee persis drama korea vroh," ucap Lita, hampir seperti berteriak.
"Anjir gue baru ngeh! Ternyata Jancent yang tampangnya berandal gitu dia bisa sweet juga," jelas Tika.
"Jangan salah, tampang dia itu mirip Jungkook BTS versi indo!" samber Yanas.
Vina pun angkat suara, "Nyamber aja kerjaan lu, najis."
Yanas hanya bisa nyengir.
"Jancent dimana?" tanyaku.
Tika dan Lita mengedikkan bahu, dan Yanas pun berkata "Tuh dia disuruh hormat di tengah lapangan sambil ngadep bendera,"
"Hukumannya sampe kapan?" tanyaku lagi.
"Ampe jam istirahat selesai," jawab Lita.
***
Author POV
Dynda pun berjalan ke tengah lapangan untuk menghampiri Jancent.
Jancent tak melihat di sekitarnya, ia fokus menghadap ke arah atas, tepat dimana bendera Indonesia berkibar.
'Jangan sampe dia ngeliat gue' batin Dynda 'pasti pipi gue merah ngelakuin beginian'
Tiba-tiba Dynda membersihkan keringat di dahi Jancent menggunakan tissue miliknya.
Pria itu terkejut lantas memandang ke arah Dynda dan tersenyum. "Makasih dyn."
Dynda senyum "Gue yang harusnya ngomong makasih,"
"Ikut-ikut," kata Jancent.
Dynda melotot "Engga, apaan sih?"
"Maaf, gara-gara gue, lo dihukum,"
"Maafin gue ya?"
"Harusnya gue yang minta maaf, lo jadi panas-panasan gini." jawab Jancent.
"Ikut-ikut," respons Dynda sambil menjulurkan lidahnya.
"Hahaha"
Mereka berdua tertawa di bawah teriknya sinar mentari siang itu.
Meski mentari siang ini sangat terik, sama sekali tak ada lelah sedikitpun di tubuh Jancent.
Karena ia berada disini bersama perempuan yang ia sayangi sejak dulu hingga sekarang.Tanpa mereka sadar, seorang siswa dengan ekspresi tak sedap sedang menatap mereka. Tatapan benci.
Dan, orang itu pasti Dyto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finance is Devil
Novela Juvenil"Kenapa kamu selalu nyalahin takdir? Padahal, kamu yang ceroboh dan cinta ke orang yang salah." -Dyto "Perasaan itu datang sendiri, bukan aku yang minta." -Dynda --- Ini bukanlah cerita awal pertemuan dua sejoli yang terjerat asmara. Cerita ini berk...