2. Sakit tapi tak berdarah

319 78 75
                                    

[Happy reading]

Semua salahku, kau mencintaiku tanpa ku suruh.
Dan sekarang, kau melupakanku tanpa ku suruh juga,
Ini salahku.
---

Seseorang yang sedari tadi memperhatikan Dynda kemudian beranjak pergi setelah menyaksikan peristiwa itu, dia adalah Jancent Arkana. Salah satu siswa badboy di Champion High School Jakarta, sekaligus mantan Dynda Valerina.
Tanpa Dynda ketahui, Dyto sering mengajak Jancent bertengkar dan mereka tak pernah akur.

***

Dynda keluar dari ruang kelasnya.

"Hai dyn, pulang bareng gue yuk"
ajak Dyto.

"Mm gue naik angkot aja deh." jawab Dynda berusaha menolak.

"Kenapa? Kita lakuin hal-hal yang dilakuin orang pacaran, nonton bioskop misalnya, atau.. Makan di cafe?" ajak Dyto lagi.

"Eh? Nggak bisa Dyt, masalahnya gue banyak tugas." jawab Dynda.

Kemudian seorang lelaki berpostur tinggi melewati Dynda dan Dyto.

Tak lupa lelaki itu menatap Dynda sebentar, lalu fokus ke depan dan melanjutkan jalannya.

"Oke Dyt, gue mau pulang bareng lo!" ucap Dynda tiba-tiba dengan sedikit berteriak.

Jancent memperlambat langkahnya.

Dyto tersenyum miring, "Bagus deh, yuk!" ajak Dyto dan mereka pun berlalu menuju parkiran.

Jancent yang mendengar percakapan mereka pun berusaha untuk tidak peduli dan berjalan santai.

Padahal, ia tak biasa merasakan perasaan seperti ini.

***

Di waktu pulang sekolah,
Jancent melajukan motor nya dengan kecepatan ekstra, dia berhenti di sebuah rumah besar. Ya, itu rumahnya.
Ia disambut oleh perempuan berumur 2 kali lipat dari umur Jancent sendiri; Hanah ibu Jancent.

"Assalamualaikum mah." ucap Jancent sembari berjalan masuk.

"Waallaikumsalam, makan dulu yu, di dalem ada temen masa kecil kamu," ucap Hanah.

"Siapa mah?" lalu Jancent masuk dan melihat seorang perempuan berambut pirang tersebut lalu berkata "Aku cape mah, mau istirahat."

Hanah dengan raut wajah heran "Temui dulu dia, dari tadi nungguin kamu,"

"Nggak perlu." jawab Jancent, dan berlalu begitu saja menuju kamarnya.

***

Jancent POV

Aku memasuki area kamarku dan berbaring di ranjang yang ada di sana.

Seperti ada yang kurang, dan kenapa Layla harus ada disini?

Aku belum siap berhadapan dengannya, lebih tepatnya malas bertemu dengannya.

'Ngapain sih dia kesini' batinku.

Aku menghilangkan pikiran-pikiran ku tentang Layla, kemudian aku memilih untuk fokus pada layar tipis di genggamanku.

Ku tekan tombol Lock di benda persegi panjang itu dan mengetik sesuatu disana.

Ini bukan pertama kali jariku mengetiknya, pesan untuk seseorang yang sangat berarti untukku, walau aku tahu belum pasti ada jawaban darinya, tapi aku tak akan menyerah, hingga ia kembali ku miliki.

082638393xxx
Dynda Valerina
Maaf, aku nggak tau apa yang kamu bicarain.

Selalu ini balasannya untukku, seolah-olah dirinya berlari untuk menghindariku,
Aku mengusap wajahku dengan kedua tanganku.
Kenapa ini yang aku dapat?

Beberapa menit kemudian aku mendengar pintu kamarku diketuk.

Tok tok tok

Perempuan itu masuk, dia lah yang menungguku pulang,
Kenapa bukan Dynda yang menunggu aku untuk pulang?
Kenapa harus perempuan ini?

"Hai.." kata cewek itu padaku, sambil membawakan coklat panas kesukaanku sejak dulu.

"Hm?" hanya ku jawab itu.

"Maafin gue, Dynda emang begitu gara-gara gue, maaf karna 2 tahun yang lalu--"

"Nggak ada yang harus lo sesali, yang harus lo lakuin sekarang adalah pergi dari sini!"

"Tapi.." ucapan perempuan itu langsung ku potong
"Layla, gue minta lo pergi!!!"


Akhirnya Layla menurut, namun disaat perempuan itu hendak pergi, ia hampir tertimpa lampu yang jatuh disaat itu juga, tapi segera ku tepis lampu itu, dan akhirnya aku yang terkena goresan dari pecahan lampu itu.

Dia memelukku.

"Maafin gue atas kesalahan gue selama ini, dan karena lo tertimpa lampu itu," ucapnya, suaranya bergetar.

"Sakit karena pecahan lampu ini, nggak ada apa-apa nya dibandingin dilupain gitu aja."

Aku membalas pelukannya sebagai sahabat.
Aku memaafkannya.
Percuma saja, jika aku tak memaafkan Layla, sama saja tak akan membuat Dynda kembali.

***

Finance is DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang