Cowo ganteng itu pacarnya satu,
Kalo lebih dari satu namanya sok kegantengan.---
"Tau ah!" Dynda mengendus kasar ketika menyusul sobatnya di kamar ganti.
"Buruan keluar, orangnya udah nggak ada." Dynda mengetuk pintu kamar ganti tersebut.
"Huuuh, beli minuman kuy guys?" ajak Lita ketika membuka pintu kamar ganti.
"Oke, tapi kita bayar dulu bajunya," ucap Yanas.
Setelah membeli baju di toko tersebut, mereka menuju ke salah satu penjual minuman di mall. Namun, seorang pria menepuk pundak Dynda dan berhasil membuat Dynda melontarkan tinjunya ke perut pria tersebut.
"Awwwh," teriak Jancent.
Setelah mengetahui bahwa pria yang berada di depannya ini Jancent, Dynda ingin sekali meninjunya berkali-kali. Teman-temannya pun memperhatikan percakapan dua sejoli ini.
Harusnya kan gue marahnya sama Dyto. Batin Dynda.
"Eh? Sorry-sorry, sengaja." Dynda memutar bola matanya malas. "Lo ngikutin gue ya?"
"Ngikutin lo? Sorry, lo nggak tau ini artinya apa?" Jancent melipat kedua tangannya di dada. "Ini artinya kita jodoh."
"Uhuk-uhuk," Dynda tersedak minumannya.
"Lo gak papa Dyn?" tanya Tika.
Dynda mengangguk. Dany yang berada di belakang Jancent pun ikut menimpali, "Sikat aja cen!!!"
"Gak usah caper jadi cowo!" ucap Dynda mengarah pada Jancent.
"Apaan sih lo? Pede banget." Jancent merapikan rambutnya.
Tak lama kemudian sebelum Dynda angkat bicara, Jancent lebih dulu menggenggam pergelangan tangan Dynda dan menariknya.
"Ikut gue!" Jancent membawa Dynda meninggalkan teman-temannya.
"Kemana?" Dynda menatap Jancent sebal.
Jancent menghentikan langkahnya. "Kalo lo nggak ikut, lo nggak boleh pulang kerumah."
"Ribet banget sih?" Dynda berusaha melepaskan gengaman tangan Jancent.
"Bisa nggak? Sekali aja lo nggak usah gangguin gue?" Dynda berusaha membuang muka.
"Ngebuang-buang waktu"
Jancent menatap Dynda lekat, "Liat aja, suatu saat nanti waktu lo cuma buat gue!"
Dynda memilih tidak menatap mata Jancent, ia tidak akan membiarkan jantungnya berdegup kencang bila bersamanya.
"Lo mau bawa gue pulang?" tanya Dynda ketika mereka berada di Honda jazz putih milik Jancent.
"Gue disuruh nyokap buat ngejagain lo, dan lo nggak usah kepo!" Jancent menjalankan mobilnya.
"B aja kali!" Dynda mengalihkan pandangannya ke depan, tak berniat melirik Jancent sekalipun.
Lo gemesin kalo lagi ngambek Dyn. Batin Jancent.
Tak lama kemudian, mobil terparkir sempurn di salah satu restoran cukup elit. Restoran dengan nuansa out door ditambah taburan lampu berbentuk bintang di langit-langitnya.
Jancent hendak beranjak memesan pada salah satu pegawai restoran disana. "Lo cari tempat duduk dulu, gue pesenin."
Dynda mengendus kasar, bahkan Jancent tidak meminta persetujuan darinya bahwa mereka akan kesini. Namun, Dynda memilih untuk menurut saja, daripada harus beradu lidah dengan Jancent.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finance is Devil
Teen Fiction"Kenapa kamu selalu nyalahin takdir? Padahal, kamu yang ceroboh dan cinta ke orang yang salah." -Dyto "Perasaan itu datang sendiri, bukan aku yang minta." -Dynda --- Ini bukanlah cerita awal pertemuan dua sejoli yang terjerat asmara. Cerita ini berk...