[7] Kebenarannya

172 25 7
                                        

Author pov

-Seoul 18:45, Kediaman Park-

Hoseok menarik Jimin mendekat, agak sedikit menjauh dari Eunji agar ia tak mendengar yang mereka bicarakan.

"Apa maksudmu jim? Kau membuatku semakin yakin kalian memiliki sebuah hubungan!" Tanya Hoseok dengan suara bisikan.

"Ah tidak usah dipikirkan, sekarang pulang lah. Anggap apa yang kau lihat sekarang adalah mimpi" balas Jimin.

Hoseok melirik Eunji sekilas, sekedar memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi. "MANA BISA! dia terlihat nyata bego!" Pekik Hoseok.

"Kau harus menjelaskannya! Atau aku akan mati penasaran!" Ujar Hoseok.

"Oh, kalau begitu mati saja"

Dengan wajah flat hoseok meninju bagian ulu hati Jimin kesal, dan dibalas erangan dari Jimin. "Yak!" Bentak Jimin, yang bahkan tak dipedulikan Hoseok.

Eunji yang merasa tidak lagi dibutuhkan kehadirannya memutuskan untuk angkat bicara. "Um.. boleh aku pergi sekarang?" Tanya Eunji.

Hoseok dan Jimin serempak mengalihkan pandangan ke arah Eunji. "Apa? Um.. oh.. ya, apa kau mau pulang? Tidak baik kau datang ke rumah lelaki seperti 'dia' pada jam malam begini" ujar Hoseok sembari menunjuk Jimin.

Eunji yang polos menatap Hoseok bingung. Dia lupa, bahwa tidak ada yang mengetahui Eunji untuk beberapa saat tinggal di kediaman keluarga Park. Hingga akhirnya Eunji menangkap tatapan Jimin yang seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Jangan-katakan-apa-apa. Dan-pergilah!" Kata Jimin dalam diam.

Melihat hal itu Eunji langsung meresponnya dengan anggukan. "Ah, iya.. aku harus segera pulang. A-aku.. kemari hanya ingin mengambil barangku yang terjatuh saat di karouke, Jimin-ssi bilang dia menemukannya. Benar kan?" Jelas Eunji.

"Ya, kalau begitu aku akan mengambil barangnya sekarang" balas Jimin.

Jimin hendak pergi ke dalam rumah hingga suara Moyeong dan Eunhae terdengar dari arah dapur. "Waaah sayang restoran tadi benar benar nyaman. Lain kali kita ajak Jimin dan Eunji juga yaa" oceh Moyeong, seperti biasa ocehannya sangat berisik hingga terdengar ke halaman belakang.

Jimin yang sudah setengah jalan menuju dapur menghentikan langkahnya. Mematung. Dia berpikir bisa gawat kalau Hoseok Eunji dan orang tuanya bertemu bersamaan. bisa bisa Moyeong membeberkan kenyataan bahwa Eunji tinggal satu atap dengannya.

Hoseok mulai mencurigai Jimin yang berhenti mendadak.

"Tapi ngomong-ngomong,.." ujar Moyeong semakin jelas ke halaman belakang.

Ceklek~

Suara itu adalah akhir bagi Jimin.

"...dimana Jimin-ie dan Eunji sekarang ya?" Moyeong membuka pintu yang menghubungkan halaman belakang dengan rumahnya.

"Ommo! Sedang apa kau disini jim?" Tanya Moyeong begitu melihat Jimin terdiam tak jauh dari pintu itu.

"Dimana Eunji?"

Satu kalimat tanya itu, membuat aura misterius muncul dari arah Hoseok. Aura keingin tahuan. Jimin menelan ludah, dan perlahan dia membalikan badannya. Oh, bodohnya dia malah membalikan badan dan terpaksa melihat tatapan maut dari seorang Hoseok.

"A-aku disini... bibi-" ujar Eunji ragu ragu sambil mengangkat tangannya.

"Oh, sedang apa kalian disini? Malam ini dingin-"

"-loh, ada Seok-ie rupanya. Sudah lama?"

Hoseok yang merasa terpanggil menghilangkan aura misteriusnya untuk menyapa balik Moyeon. "Hallo bibi! Cukup lama, tadi kami bertanding basket"

A Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang