Pagi ini Fanya sedang sibuk mencari buku IPA kelas sepuluh di perpustakaan. Fanya menghela nafas, sudah satu jam dia muter-muter di perpus dan tidak mendapatkannya.
"Ah... nih dia" ucap Fanya senang saat melihat bukunya berada di rak paling atas.
Fanya mencoba mengambilnya, dengan cara melompat tapi tetap saja susah karna rak nya sangat tinggi.
"Ck... tinggi banget sih" ucap Fanya sambil menghela nafas.
Fanya masih tidak mau menyerah, dia terus mencobanya. Tiba-tiba ada tangan yang mengambil buku tersebut.
"Nih" ucap orang itu sambil menyodorkan buku tersebut.
"Hah?" Ucap Fanya terkejut ditambah lagi Rafa lah yang mengambil bukunya.
"Ini bukunya. Makanya kalo punya badan tinggi keatas bukan ke samping" ucap Rafa dengan dingin.
Fanya membulatkan matanya tak percaya. Tak percaya apa yang diucapkan Rafa.
"Ih... bisa gak sih kalo ngomong disaring dulu??!!" Bentak Fanya kesal.
"Eh... udah di bantuin bukannya trimakasih malah di marahin, dasar gak tau diri!!!" Bentak Rafa dengan dingin.
Deg...
Entah kenapa hati Fanya langsung sakit mendengar bentakan dari Rafa. Dia merasa tidak percaya Rafa bisa membentaknya.
"Maaf" ucap Fanya sambil menunduk disertai air mata jatuh di pipinya. Entah kenapa hatinya seakan remuk dan mood nya langsung hancur saat itu juga.
"Fanya, lu nangis?" Tanya Rafa khawatir.
"Makasih" ucap Fanya sambil mengambil buku dari tangan Rafa dan langsung pergi dari perpustakaan.
Rafa langsung diam membeku. Dia masih tak mengerti kenapa Fanya menangis. Apakah dia terlalu kasar tadi?. Rafa menghela nafas sambil mengusap wajahnya dengan gusar.
"Kok gue jadi mikirin Fanya sih?" Ucap Rafa bingung.
****
Rafa menghela nafas. Dia sekarang sedang ada didepan rumah Fanya. Tadi, dia sempat berdebat dengan Angga untuk kerumah Fanya atau tidak, tapi Rafa pun mengalah dan sampailah dia disini.
Rafa pun mengetuk pintu rumah Fanya.
Tok...tok...tok...
Setelah lama mengetuk pun akhirnya pintu dibuka juga dan menampilkan wanita paruh baya yang tersenyum sopan kearahnya.
"Ada yang bisa saya bantu?" Ucap Bi Ani dengan sopan.
Rafa tersenyum. "Fanya ada?"
"Oh... Non Fanya ada kok, maaf ini siapa nya ya?" Tanya Bi Ani.
"Saya Rafa, temennya Fanya"
"Oh.. kalo gitu masuk dulu, biar saya panggil Non Fanya nya" ucap Bi Ani sambil mempersilahkan Rafa masuk.
Rafa pun memasuki rumah Fanya. Rumah Fanya sangat minimalis dan terlihat moderen dilihat dari perabotan dan dekorasi yang ditampilkan.
"Kak Rafa" ucap seseorang sambil turun dari tangga.
Fanya tampak terkejut ketika Rafa datang kerumah nya.
"Kakak ngapain kerumah aku?" Tanya Fanya sambil mempersilahkan Rafa duduk.
"Gue pengen lu temenin gue ke toko buku, bisa?"
Fanya menyelipkan poninya disela telinga. "Kenapa gak sama Kak Atha aja?"
Rafa mengerutkan keningnya. "Kenapa gue harus sama Atha?, emang dia siapa gue?"
Fanya langsung terdiam. Benar juga apa yang Rafa bilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rafanya
Random~Ini cerita tentang mereka, tentang kedua hati yang sudah lama membeku dan dipertemukan oleh waktu. ~Ini kisah tentang Rafa dan Fanya. Tentang Rafa, Cowok dingin yang mampu mengikat hati Fanya dan tentang Fanya yang mampu meluluhkan hati Rafa. ~...