"Om Daniel" ucap Fanya terkejut saat dia baru sampai didepan gerbang sekolah dan melihat calon suami Mamanya ada disitu.
Daniel pun tersenyum tulus. "Saya mau bicara sama kamu, tapi gak disini, boleh?"
Fanya hanya tersenyum tipis sambil mengangguk.
Siska yang melihat itu masih terkejut dan belum bisa mencerna apa yang terjadi."Gue gak jadi bareng sama lu, makasih" ucap Fanya.
"Fan, itu siapa??" Tanya Siska penasaran saat Daniel masuk kedalam mobil.
Fanya tersenyum. "Nanti gue jelasin, gue duluan ya" ucap Fanya sambil masuk kedalam mobil.
Siska hanya tersenyum. Jujur, dia masih bingung apa yang terjadi.
****
"Kamu Zefanya Scholastica kan?" Tanya Daniel saat mereka sampai disebuah cafe dan keheningan menyelimuti mereka.
Fanya tersenyum sinis. "Untuk apa anda mengajak saya bertemu?"
Daniel tersenyum. "Saya tau kamu masih sayang sama Papa kamu, tapi kamu bisakah memberikan saya kesempatan untuk menjadi Papa mu?"
Fanya menghela nafas. "Sebelumnya saya minta maaf, tapi saya tidak akan menganggap Om sebagai Papa saya, saya akan anggap Om hanya sebatas orang asing yang tinggal dirumah saya"
"Kamu sayang kan sama Mama kamu?, kenapa kamu tidak merelakan Mama kamu menikah lagi Fan?, kamu gak tau kan seberapa terpuruknya Mama kamu sekarang?"
"Saya tau Mama saya terpuruk, tapi tolong dong hargai posisi saya, perasaan saya masih sakit Om!!. Papa saya belum lama meninggal dan sekarang Om datang secepat ini??!. Saya bukannya gak mau, tapi saya takut... " Fanya menundukkan kepalanya. Air mata mulai menetes di pipinya.
Daniel yang melihat itu hanya menghela nafas. Ucapan Fanya memang benar. Dia tidak boleh egois dengan memikirkan satu pihak saja.
"Sekarang Om ngerti kan kenapa saya gak mau Mama saya menikah?, itu karna saya takut, saya takut apa yang direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan karna Om gak tau apa yang terjadi sebelum ayah saya meninggal" ucap Fanya sambil mengelap air matanya.
"Saya ngerti apa yang kamu maksud, saya minta maaf karna telah memaksa mu" ucap Daniel sambil tersenyum.
****
Fanya baru saja diantar pulang oleh Daniel. Sepanjang perjalanan tak ada yang mereka bicarakan lagi. Sampai mereka sudah berada didepan gerbang pun Fanya hanya berucap trimakasih dan tidak ada lagi percakapan.
Fanya mengerutkan keningnya saat dia melihat sebungkus coklat dan surat yang berada didepan pintu rumahnya. Fanya pun mengambil coklat tersebut dan membaca surat yang ada disitu.
Gue rasa lu butuh ini, karna kata orang, kalo cewek lagi sedih, pasti bakalan seneng kalo dikasih coklat. Gue harap lu seneng dan gak terpuruk lagi kayak tadi.
Rafa...
Bibir mungil Fanya melengkung manis. Dia tak menyangka Rafa perhatian terhadapnya. Dia jadi bingung atas sifat Rafa yang sebenarnya. Kenapa sifat Rafa berubah-ubah?, dan kenapa Rafa jadi perhatian dengan Fanya?.
"Ih... kenapa gue jadi mikirin Rafa sih?" Ucap Fanya sambil masuk kedalam rumahnya.
"Lho Non Fanya kok baru pulang sih?" Tanya Bi Ani saat melihat Fanya baru pulang jam lima sore.
Fanya tersenyum. "Tadi aku diajak sama Om Daniel Bi"
"Non, Non Fanya gak papa kan?" Tanya Bi Ani terlihat Khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafanya
Acak~Ini cerita tentang mereka, tentang kedua hati yang sudah lama membeku dan dipertemukan oleh waktu. ~Ini kisah tentang Rafa dan Fanya. Tentang Rafa, Cowok dingin yang mampu mengikat hati Fanya dan tentang Fanya yang mampu meluluhkan hati Rafa. ~...