Chapter 3

232 21 9
                                    

"Sepertinya aku sudah mengetahui siapa si pembunuh ini"

"Eh? Apa maksudmu? Kau benar-benar sudah mengetahui siapa pelakunya?" tanya polisi itu.

"Mungkin... Dan juga, dia mungkin sedang berada di "Rs. Kenyataan", dia sedang mencari seorang pasien di sana" aku mengatakan itu sambil menunjukkan sebuah foto kepada polisi.

Polisi itu sempat terdiam...

"Eh...! Ka-kalau begitu, tunggu apa lagi? Ayo kita kesana sekarang juga!!"

Setelah itu, dia bergegas untuk pergi, dan meberikan perintah kepada polisi lainnya...

Yah... Itu tidak dapat disalahkan, dia pasti sudah mengerti, seberapa berbahayanya si pelaku... Tidak mungkin dia bisa tetap tenang, setelah mengetahui ini...

Aku memikirkan itu, sambil melihat foto itu...

Itu adalah foto seorang wanita berusia 21 tahun, korban selamat dari insiden penyanderaan, dan pembunuhan berantai yang berlangsung selama 2 hari di sebuah rumah sakit jiwa.

Pihak kepolisian, dan orang-orang luar tidak mengetahui apa yang terjadi di sana. Itu karena, tidak hanya para pasien, dan para pegawai rumah sakit, tapi para penjenguk yang datang juga ikut di sekap, dan disiksa sampai mati.

Pihak kepolisian baru mulai menyelidiki saat mendapat laporan dari warga, bahwa anggota keluarga dan tetangga mereka tidak kunjung pulang setelah mengunjungi Rsj itu.

Namun, saat polisi sampai di sana... Semua sudah sangat terlambat... Semuanya sudah di bantai, di siksa, dan segala hal yang sudah berada diluar akal sehat telah terjadi di sana.

Entah suatu keberuntungan atau kesialan, bahwa masih ada seorang korban selamat. Dia mungkin beruntung masih selamat dari insiden itu... Namun, apakah itu sebuah keberuntungan...? Dia telah melihat, mendengar, dan juga ikut merasakan hal-hal mengerikan, dan tidak masuk akal yang dialami oleh para korban lainnya...

Dan sekarang dia harus tetap hidup, dengan ingatan mengerikan yang tak akan bisa ia lupakan.

-----------------------

*Sressss disini lantai tiga, laporan status, aman terkendali sressss/suara seseorang dari alat komunikasi.

Mendengar itu, seseorang menjawab:

"Disini di pintu depan, aman terkendali"

Dia adalah seorang satpam, yang bertugas memeriksa orang-orang yang hendak masuk ke rumah sakit.

Aku berdiri di sebelahnya, sambil memainkan ponsel di tanganku.

Sementara itu, sekitar 5 meter dari ku, seorang pria berbadan besar yang sedang duduk di sebuah kursi panjang, dengan tas hitam besar yang ada di sebelahnya, terlihat seakan sedang membaca koran.

"Tuan, apa anda tidak masuk?"tanya satpam itu padaku.

"Ah, tidak, aku hanya sedang menunggu temanku... Dia akan segera keluar" jawabku.

Setelah itu, tanpa mencurigai apa-apa, dia kembali melakukan tugasnya, memeriksa mereka yang hendak masuk ke rumah sakit.

Setelah menunggu beberapa menit, orang yang aku tunggu akhirnya keluar.

Dia berjalan melawatiku, sambil memegang sebuah ponsel, dan diletakkan di telinganya.

"Oke, ayo mulai"

Dia mengatakan itu kepada seseorang di ponselnya, setelah itu pria berbadan besar mulai berdiri dan mengangkat tas itu di punggunnya, dan mulai berjalan ke arahku.

Lalu, tidak lama setelah itu...

Lampu di rumah sakit itu mulai padam dan...

*dor *dor

KenyataanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang