Aku meminjam pakaian pemilik rumah, dia sangat ramah, dia membiarkan aku memilih sendiri di lemarinya. Sebenarnya, dia tidak mengatakan apapun saat aku bertanya, tapi aku yakin dia tidak akan keberatan meminjamkannya padaku.
Setelah selesai bersiap-siap, aku lupa, aku tidak membawa kejutan apa-apa untuk gadis itu.
Lalu aku pun mencari, kalau-kalau ada mainan yang bagus di rumah ini. Tapi nyatanya, tidak ada yang bagus disini.
"Haah, kenapa tidak ada mainan sih? bagaimana mungkin mereka bisa bersenang-senang kalau begini?"
Hah, pantas saja saat pertama aku datang mereka tidak terlihat bahagia. Tapi mereka beruntung aku datang ke sini, semalam mereka tampak bersemangat saat bermain-main denganku.
Bahkan istri pemilik rumah langsung berlari kerahku sambil memegang pisau setelah mendengar suara teriakan suaminya yang baru aku tembak di bagian kaki dan tangannya saja.
Tidak seperti keluarganya yang lain, dialah yang paling memberikan perlawanan padaku. Dia bahkan berhasil sedikit menusuk punggungku, dan memberikan beberapa luka goresan. Yah.. Walaupun pada akhirnya aku bisa merebut pisau itu darinya, setelah itu aku jatuhkan dia ke lantai, aku duduk di perutnya, lalu pisau itu aku tancapkan ke lengan kirinya, lalu dia berteriak:
"Aaakhhaaaaaahhh"
Dia tidak diam saja, melainkan terus melakukan perlawanan. Dia memukul-mukul wajahku berkali-kali dengan tangan kanannya, dan mencoba melakukan sesuatu dengan kakinya, tapi... Justru itulah bagian yang paling aku sukai.
Aku tidak suka saat lawan mainku tidak melakukan perlawanan, justru saat mereka melakukan perlawanan aku merasa lebih hidup. Jantungku tersa berdetak lebih cepat, dan terus semakin cepat, apalagi saat dia saat memukulku, perasaan kaget, dan rasa sakit meningkatkan ketegangan dalam permainan.
Lalu aku menariknya, dan menacapkannya lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi, lagi lagilagilagilagiiiii..... Hahahaha, ini sangat menyenangkan. Aku bingung, bagaimana mungkin seseorang bisa bahagia tanpa melakukan ini. Mereka telah melewatkan arti kehidupan yang sebenarnya.
Aku jadi kasihan pada pemuda yang membukakan pintu rumah ini saat aku pertama datang. Aku langsung menembak bagian tengah tenggorokkannya sehingga dia tidak sempat merasakan kebahagiaan yang sama seperti yang aku lakukan pada ibunya.
Oh iya, masih ada lagi bagian yang menyenangkan. Yaitu saat aku mendengar sura:
"Greokkrekukrkhtrhkhkherrk" saat aku mengaduk-aduk pisau di mulutnya. Tubuh itu sedikit mengejang... yah... Mungkin karena dia terlalu bahagia. Aku yakin putranya pasti ikut bahagia jika mengetahui ini. Aku telah melakukan hal yang baik...
"Ah, kenapa aku malah memikirkan hal itu di saat-saat seperti ini?"
"Aku kan harus cepat-cepat ke rumah sakit, aku dan teman-temanku telah memulai permainan beberapa hari yang lalu. Tidak baik jika tidak ada yang memberikan akhir yang pantas atas partisipasinya dalam permainan. Aku tidak boleh membuatnya menunggu terlalu lama"
"Tapi mau bagaimana lagi, saat ini aku hanya memiliki tiga peluru, dan lagi, bagaimana aku bisa membawa kejutan ini ke kamarnya...?"
Setelah berpikir beberapa saat akhirnya aku mendapat ide.
"Ah aku dapat ide, aku yakin kalau yang ini mereka pasti punya"
Setelah itu aku pun mulai mengobrak-abrik sesisi rumah itu untuk mencari barang yang aku butuhkan.
"Hahaha... Dengan ini aku yakin pasti bisa"
Setelah menemukan apa yang aku cari, aku memasukkannya ke dalam tas, lalu aku pun pergi meninggalkan rumah itu.
----------------------------------------------------------
*nomor yang anda hubungi tidak menjawab, t
*tuut
"Si Robi kenapa sih!? Dari semalam aku telpon gak di angkat! Padahal kan kita sudah ada janji"kataku, kesal.
"Sabar Lin, mungkin dia sedang sibuk" kata Reno yang saat ini sedang memegang kemudi.
Saat ini kami memag sedang ada di dalam mobil, Reno sedang mengemudi, sedangkan di sebelahnya...
"Reno, jangan karena kamu laki-laki kamu malah membela Robi seperti itu ya..."
Itu adalah Dinda, dia adalah kekasih Reno, dan juga sahabat terbaikku.
"Bu-bukan begitu, aku yakin dia pasti punya alasan"
"Alasan apanya!? Diakan yang telah membuat janji, dia bilang dia akan membawa kita menyelidiki kasus yang saat ini dia tangani"
"Itulah yang aku maksud, dia itu kan seorang detektif. Mungkin saja ada perkembangan dari kasus itu, sehingga dia harus segera pergi menyelidikinya"
Mendengar itu, Dinda mencodongkan wajahnya ke Reno, sambil menyipitkan kedua matanya, seraya berkata:
"Kamu tidak membuat alasan ini karena kamu juga seorang detektif kaaan?"
"Glup(suara tenggorokkan) te-tentu saja tidak, memang seperti inilah seorang detektif"
"Huuh, kenapa sih pria selalu saja membuat alasan!?" Dinda mengatakan itu sambil melipat kedua tangannya, dan kembali ke posisi duduknya.
"Heeeh? Aku tidak seperti itu loh"
"Tidak, kau sama saja. Iyakan, Linda?"
Eeeh kok malah nanya ke aku sih? Dia kan pacarmu.
Tentu saja aku tidak mengatakan itu.
"Sudah-sudah, kok malah jadi kalian sih yang bertengkar? Aku sudah gak apa-apa kok"
"Iih, Linda, kamu kok malah ngebelain Reno sih? Aku kan mengatakan ini agar para laki-laki tidak seenaknya membatalkan janji"
"Bukan begitu Dinda, kita masih belum mengetahui apa alasannya hingga Robi tidak mengangkat telponnya, lagi pula sekarang kan kita akan pergi ke rumah Robi. Lebih baik kita tanyakan saja langsung padanya"
"Huuuh!"
"Sudahlah Dinda, maaf kalau kamu merasa aku seperti itu. Tapi, aku tidak melakukannya dengan sengaja, ini benar-benar karena pekerjaan"
Reno mengatakan itu sambil mengusap rambut Dinda dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya masih memegang kemudi. Hei, bukan kah itu berbahaya?
"Un, tapi aku masih penasaran dengan kasus yang saat ini sedang Robi tangani. Apakah pelakunya benar- benar sekumpulan orang gila?"
"Yah.. Kalau dari barang bukti, CCtv, dan keterangan dari saksi, sekaligus satu-satunya korban yang selamat sih memang, sepertinya pelakunya hanya para pasien rumah sakit jiwa"
---------------------------------------------------------
Sekitar 30 menit kemudian, kami pun sampai di rumah Robi.
Saat kami sampai di sana, kami melihat pintu gerbang rumah Robi tidak tertutup rapat.
*Tin *Tiiin
Reno membunyikan klakson, tapi satpam yang seharusnya membukakan gerbang tidak kunjung datang.
"Kalian tunggu di sini"
Setelah mengatakan itu, Reno keluar dari mobil, lalu masuk melalui gerbang Rumah Robi. Dan melihat ke dalam dan tiba-tiba...
"Linda! Dinda!"
Reno berteriak setelah melihat sesuatu di dekat pos satpam.
Kami pun keluar dari mobil dan menghampirinya, lalu apa yang kami lihat adalah...
Mayat seorang satpam tergeletak mengenaskan.
A-apa yang terjadi di sini?
---------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenyataan
Mystery / ThrillerSebuah pembunuhan berantai terjadi di rumah sahabatnya yang juga merupakan seorang detektif. Akankah dia berhasil menangkap pelakunya? Ini adalah cerita bergenre Mystery pertama saya jadi mohon kritik dan sarannya jika ada kesalahan, agar tulisan sa...