"Apa yang sebenarnya kau lakukan, saat ini mereka pasti mencurigaimu?" kataku pelan, setelah menutup pintu.
Namun, pria di depanku ini malah balik bertanya.
"Ada apa denganmu, kenapa malah berbisik seperti itu?"
"Kenapa? Menurutmu, apa yang akan dilakukan oleh orang-orang yang ada di luar jika mereka tahu aku ini adalah polisi"
Orang-orang yang aku maksudkan adalah ke-12 orang pasien Rsj, dan 9 orang yang seharusnya menjadi korban dalam insiden di Rumah sakit jiwa.
Namun, mereka semua telah di cuci otaknya oleh pria di depanku ini, Dokter Riyadi, dan telah merubah mereka menjadi mesin pembunuh yang rusak dan tidak bisa di kendalikan.
Hanya Dokter Riyadi yang saat ini bisa mengendalikan mereka.
Sebenarnya, berbicara dengan orang sepertinya di tempat seperti ini sangatlah berbahaya bagi orang sepertiku. Tapi aku tidak punya pilihan, karena sejak awal aku memang sudah terlibat dan juga karena kami memiliki tujuan yang hampir sama.
Tapi meski begitu, perkembangan situasinya hingga saat ini benar-benar diluar dugaan. Aku sama sekali tidak bisa memahami apa yang sebenarnya ia rencanakan.
Sejak awal dia memang tidak pernah menjelaskan apa-apa soal rencana, dan hanya memintaku memberikan dukungan saat di butuhkan.
Tapi meski begitu, aku selalu berpikir bahwa mungki itu lebih baik dari pada saat dia menceritakan semua yang ia rencanakan. Jika dia sudah mulai melakukan itu, itu artinya dia sudah bersiap untuk menyingkirkanku.
Itu karena dia sangatlah bersih, dia tidak akan membiarkan seorangpun mengetahui apa yang ia rencanakan, dan membiarkan rencananya bocor keluar.
Dia hanya perlu memberikan instruksi terpisah terhadap beberapa kelompok. Dengan begitu, sekalipun terjadi suatu masalah, itu hanya akan menjadi masalah mereka, dan tidak akan pernah sampai kepadanya.
Dan itulah yang saat ini membuatku bingung.
Kenapa orang sepertinya bisa bertindak seceroboh itu, dan dengan sengaja membiarkan dirinya di curigai?
"Aku hanya ingin tahu, mengapa si Robi itu bisa mencurigaiku"
"Hah? Bagaimana bisa?"tanyaku, terkejut mendengar pernyataan darinya.
Namun, dia dengan ringan menjawab;
"Entahlah, di pagi hari tepat sebelum kematiannya Robi sempat datang ke tempatku"
"Eh?"aku terkejut lagi.
Itu karena dua hari sebelum hari itu, Robi sudah datang kesana.
"Kau tentunya sudah tahu apa artinya itu kan?" tanya, Dokter Riyadi.
Tentu saja aku tahu.
Kedatangan pertama dari seorang detektif yang belum memiliki bukti apa-apa, hanya akan menganggap orang yang ditemui sebagai saksi dan itu pun hanya karena Dokter Riyadi pernah memiliki hubungan dengan rumah sakit jiwa itu.
Hal semacam itu, tidak akan membuat seseorang bisa di curigai.
Tapi hal semacam itu tidak berlaku jika, si detektif menemuinya untuk yang kedua kali.
Itu artinya, dia sudah menemukan sesuatu dari keterangan saksi lain yang ia temui, dan itu mengarah langsung pada Dokter Riyadi.
Tapi...
Siapa?
Selain mereka yang ada di luar, semua yang berhubungan dengan kejadian itu telah di singkirkan. Dan tidak mungkin kebocoran itu berasal dari mereka.
Itu karena, ke-12 orang itu telah menjadi tersangka dan tidak pernah melakukan kontak dengan orang luar, sementara sisanya sudah dianggap orang hilang.
Kalaupun masih ada orang lain, itu pasti...
Dokter Riyadi sendiri...
Hanna...
Dan juga...
Saat aku sedang berpikir, aku merasakan tatapan Dokter Riyadi tepat ke arahku.
"Ti..tidak, tidak mungkin, aku bahkan tidak pernah bertemu dengan Robi"
"Lalu, menurutmu siapa?"tanya Riyadi.
"Mu..mungkin itu Hanna"
"Itu tidak mungkin, aku sudah menyerahkan tugas untuk mempengaruhi pada Farhan, bahkan sebelum Hanna mulai bekerja di sana. Jadi dia tidak akan pernah melihatku melakukan sesuatu yang aneh, kecuali tadi pagi saat aku mempengaruhinya"jelas Riyadi, membantah jawabanku.
*Plak *Plak
Riyadi mulai berjalan mendekat dengan perlahan sambil menepuk tangan seperti memberi isyarat.
Seakan telah menunggu isyarat itu, pintu di belakangku terbuka.
Dua orang pria mulai masuk, itu adalah Farhan dan juga Jay.
Lalu...
"Tu..tunggu sebentar!"
Aku berteriak karena panik, sambil mencari sesuatu di dalam tas yang ku bawa.
Melihat itu, Farhan dan Jay mencoba untuk menghentikanku, namun dihentikan oleh Dokter Riyadi dengan isyarat tangannya.
Dia tampaknya tertarik dengan apa yang akan aku keluarkan.
"Apa itu?" tanya Riyadi.
"Ah, ini adalah data-data yang di kumpulkan oleh detekti Robi tentang kasus ini. Dengan ini, mungkin kita bisa mengetahui apa yang telah ia ketahui"
Dokter Riyadi mengambil berkas itu dariku, dan mulai membacanya. Lalu...
Dia terhenti di suatu lembaran...
Dan...
"Fufufu..."
Dia mulai tertawa...
"""..."""
Perkembangan itu membuatku dan dua orang di belakangku bingung, sementara itu, Dokter Riyadi malah terus tertawa melihat lembaran itu sambil sedikit menggelengkan kepala, sekan sedang menertawakan kebodohannya sendiri.
"...haah, maaf-maaf, sepertinya ini memang kesalahanku sendiri... Fufuf... Bagaimana aku bisa lupa, kalau masih ada orang ini"
"Eh?"
"Yah untungnya, setelah aku bicara dengan Reno tadi pagi, sepertinya dia belum mengetahui apa-apa soal ini. Jadi, kita hanya perlu menyingkirkannya sebelum dia menemuinya"
"Tunggu dulu, jika kita menyikirkan orang ini begitu saja, mereka pasti akan mecurigaiku"kataku, perotes.
"Memangnya kenapa? Mereka memang sudah mencurigaimu setelah kejadia di Rs Kenyataan waktu itu kan"
"Tapi, jika Reno menyelidikinya..." kataku, yang hendak perotes lagi, namun segera di potong oleh Dokter Riyadi.
"Tenang saja, itu tidak akan sampai kepada kita berdua" kata Dokter Riyadi dengan seringai di wajahnya.
Bersambung...
------------------------------------------------------
![](https://img.wattpad.com/cover/127722640-288-k855853.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenyataan
Mystery / ThrillerSebuah pembunuhan berantai terjadi di rumah sahabatnya yang juga merupakan seorang detektif. Akankah dia berhasil menangkap pelakunya? Ini adalah cerita bergenre Mystery pertama saya jadi mohon kritik dan sarannya jika ada kesalahan, agar tulisan sa...