Chapter 4

202 16 1
                                    

"Jadi, menurutmu pelaku pembunuhan berantai di rumah detektif Robi adalah orang gila"kata seorang polisi yang sedang duduk sambil mengemudi di sebelahku.

"Ya, memang itu yang aku pikirkan"

"Tapi, kalau di pikir-pikir, orang bodoh macam apa dia ini. Tanpa rencana, dan persiapan, datang sendirian ke sebuah rumah sakit untuk membunuh seseorang... Yah, mau bagaimana lagi, dia inikan cuma orang gila... Mungkin orang-orang rumah sakit sudah menangkapnya saat ini...hahahaha"

"..."

Aku hanya diam saja. Ini mungkin akan terdengar bodoh, jika kau berpikir bahwa orang-orang ini hanyalah orang gila biasa, tapi...

Robi tidak berpikir seperti itu.

---------------------------

3 hari yang lalu

Hari itu aku dan Robi sedang berada di rumah sakit jiwa, atau lebih tepatnya tempat terjadinya pembunuhan berantai yang diduga dilakukan oleh 12 orang pasien di sini.

"Reno, menurutmu.. apa motif dari pembunuhan berantai ini?"tanya Robi, dia sedang berjongkok di sebuah ruangan yang penuh berwarna merah, karena darah para korban.

"Hah? Bukankah mereka hanya orang-orang gila? Apakah mungkin, mereka memiliki alasan lain selain kesenagan?"aku balik bertanya sambil mengamati sepasang rantai yang digantung di tembok.

"Justru karena mereka adalah orang-orang gila, menurutmu, apa mungkin mereka melakukan hal seperti ini?"

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti..?"

"Begini Reno, bukankah tadi kamu bilang mereka hanyalah orang-orang gila yang membunuh hanya demi kesenangan?"

"Ya, memang seperti itulah mereka menurutku"

"Begitukah? Tapi, coba kau pikir baik-baik. Jika mereka memang membunuh hanya untuk kesenangan, kenapa mereka menyekap setiap orang yang sudah ada maupun yang baru datang ke tempat ini..?"

".. Bukankah itu hanya karena mereka ingin membunuh lebih banyak orang?"

"Tidak semudah itu Reno. Ada telalu banyak pasien disini, belum lagi para pegawai dan mereka yang datang mengunjungi pasien di sini... Dibutuhkan sebuah kerjasama, dan perencanaan yang benar-benar matang untuk bisa melakukan ini. Apakah menurutmu orang gila yang membunuh demi kesenangan bisa bekerjasama seperti itu? Maksudku, bisa saja kan mereka malah saling membunuh satu sama lain? Tapi nyatanya, mereka malah mengupulkan para korban di ruangan ini, ditambah lagi..."

Saat ingin mengatakan sesuatu, Robi tiba-tiba saja terdiam, dan tidak melanjutkan kata-katanya.

"Ada apa?"

".. Ah, tidak, tidak ada, hanya saja..."

Lagi-lagi dia terdiam, namun aku tidak menyelanya kali ini.

"..ah, sudah lupakan saja! Aku masih belum memiliki bukti apapun saat ini"

"Memangnya apa yang kau pikirkan?"

-------------------------------

"Hei! Detektif Reno! Apa yang sedang kau pikirkan!? Lihat itu!" tanya polisi itu, telihat panik.

Aku yang baru saja mengingat apa yang pernah Robi katakan padaku, tersadar berkat teriakan tiba-tiba polisi itu.

Lalu aku melihat ke arah yang ia tunjuk. Dan yang aku lihat di sana adalah....

"I-ini...."

Tempat yang kami tuju..."Rs. Kenyataan".... Namun, bukan itu yang aku lihat. Melainkan... Asap tebal yang keluar dari bagian dalamnya.

Setelah melihat itu, polisi itu mulai memacu mobilnya lebih cepat.

Lalu, sesampainya disana...

"To..tolooong! Tolo..oong!"

Teriak seorang pria, yang tubuhnya dipenuhi dengan luka, dia terduduk di tembok di dekat pintu masuk rumah sakit.

Lalu, kami menghampirinya.

"Apa yang terjadi!?"tanya polisi itu.

"Se..sekelompok orang menyerang... D..dan mereka masih ada di dalam sana..."

"Apa...! Hei kalian cepat tangkap mereka!"

"""""Baik!"""""

Setelah mendengar perintah dari polisi itu, polisi-polisi yang lain bergegas masuk ke dalam rumah sakit.

"Apa maksudmu? Kenapa mereka masih di dalam?"

Setelah memberi perintah, polisi itu kembali bertanya kepada pria yang sedang terluka itu.

"A..aku tidak telalu mengerti, ta..tapi sepertinya salah satu dari mereka menyadari kedatangan para polisi, dan pergi menyusul salah satu temannya yang masih ada di dalam, sementara yang satunya lagi sudah pergi..."

*Booom

Saat kami sedang mendengarkan penjelasan dari pria itu, tiba-tiba terdengar suara ledakan. Lalu seorang polisi yang sedang mencari di dalam rumah sakit berteriak:

"Hei! Sepertinya mereka kabur lewat belakang! Ayo kita kejar mereka!!"

Mendengar itu, aku dan yang lain berlari masuk ke rumah sakit untuk melihat apa yang baru saja terjadi. Lalu...

"I..ini.."

Tembok rumah sakit telah hancur sebagian akibat ledakan itu, dan di seberangnya, kami dapat melihat seseorang yang tengah berlari, lalu ia masuk ke dalam kendaraan yang terparkir di sana.

*DOR *DOR *DOR

Beberapa polisi mengarahkan tembakan padanya, namun kendaraan tersebut langsung melaju dengan cepat.

"Jangan biarkan mereka kabur! Cepat kejar mereka!"kata seorang polisi, sambil berlari ke luar rumah sakit, dan diikuti oleh polisi lainnya.

"Tunggu!"

Menyadari ada sesuatu yang salah di sini, aku mencoba untuk menghentikan mereka.

Namun, tanpa mendengarkan peringatan dariku, mereka terus berlari mengejar para penjahat itu.

Lalu, kedua gadis yang sejak tadi terus diam, mulai mendekat dan betanya:

"Ada apa Reno? Kenapa kau tidak ikut mengejar mereka? Apakah ini adalah jebakan?"tanya Linda, padaku.

"Iya, ada apa sebenarnya?"Dinda juga.

Lalu, sambil membalikkan badan ke mereka aku pun menjawab.

"Kalau soal jebakan, itu sudah pasti telah mereka persiapkan. Orang-orang yang bisa melakukan hal seperti ini tidak mungkin kabur tanpa persiapan, tapi meski begitu para polisi memang tetap harus mengejar mereka apapun resikonya, karena itulah tugas mereka"

"Lalu? Kalau memang mereka telah melakukan hal yang benar? Kenapa tadi kau mencoba untuk menghentikan mereka?"Linda bertanya lagi.

Namun, aku tidak langsung menjawabnya, dan mulai berjalan melewati mereka berdua.

Melihat sikapku yang seperti itu, Linda mulai kesal.

"Hei! Ada apa!? Jawab pertanyaanku!!"

"Ssssst! Mereka masih ada di sini"kataku, sambil mengamati pintu tangga darurat.

Bersambung...

-------------------------------------------------

KenyataanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang