Chapter 5

170 16 3
                                    

"Kita bertemu lagi"

Setelah berkata begitu, pria besar itu mulai berjalan mendekati ranjangku.

*Tap *Tap *Tap

Dia berhenti tepat di depan ranjangku. Lalu, dia sedikit membungkuk, dan kedua lengannya diletakkan di ujung ranjang. Setelah itu, dia mulai naik dan merangkak mendekat dan berhenti tepat di atas tubuhku.

"Apa kau sudah siap?"

Dia mengatakan itu, tepat di depan wajahku.

Setelah melihat wajahnya, aku menuntup mata dan tanpa sadar air mataku mengalir.

Melihat itu, dia menghapus air mata ku, dengan tangan kanannya seraya bertanya.

"Ada apa? Apa kau terlalu bahagia?"

Sebenrnya aku sangat benci mengakuinya, tapi... Dia tidak sepenuhnya salah.

Bukannya aku sudah siap untuk mati, tapi... Aku sangat bersyukur bahwa bukan pria itu yang datang untuk mengakhiri hidupku.

Pria paling kejam, sadis dan tidak bermoral.

Seorang penyiksa yang membunuh dengan perlahan...

Tidak...

Dia bahkan lebih buruk dari itu...

Yang dia inginkan hanyalah menyiksa...

Dia ingin setiap detik dalam hidupnya dipenuhi dengan jeritan...

Satu-satunya alasan baginya untuk tidak langsung merusak bagian vital yang dapat membunuh adalah karena dia tidak ingin kesenangannya cepat-cepat berakhir.

Dia bahkan tampak sangat kecewa saat lawan mainnya mati.

Jika saja ada orang yang tidak bisa mati...

Dia pasti akan sangat bahagia...

Itu karena dia tidak perlu menahan diri lagi...

Dia akan mengerahkan semuanya, tanpa perlu takut itu akan mengakhiri kesenangannya...

Yah... Mungkin, Neraka lah satu-satunya tempat yang paling dia impi-impikan...

"...Wah, nampaknya kau benar-benar bahagia bisa bertemu denganku lagi ya? Aku jadi ikut senang"

Benar, setidaknya... Aku tidak akan mati dengan cara yang sama seperti Ria...

"Tapi sayang sekali kau masih harus menunggu"

Mendengar itu, aku sempat bingung...

"Tapi tenang saja, aku akan membawamu ke tempat teman-temanku. Kami akan memberikan persembahan paling istimewa untukmu"

Tapi, setelah mendengar lanjutan dari kata-katanya aku mulai putus asa.

Melihat ekspresi wajahku yang berubah seketika dia berkata:

"Wah, kau nampaknya kecewa sekali setelah mendengar kata-kata ku barusan. Kau jangan begitu! Aku jamin kau tidak akan menyesal, ini akan menjadi pertunjukkan terindah yang tak akan pernah bisa kau lupakan, bahkan di neraka sekalipun"

Setelah mengatakan itu, dia mulai mengngkat tubuhku dan menaruhku di punggungnya.

Tidak... Tidak... Tidak...

Dia turun dari ranjang dan mulai berdiri.

Ini tidak boleh terjadi...
Ini tidak boleh terjadi...

Dia berjalan dengan perlahan.

Bagaimana pun caranya...

Dia membawaku keluar dari ruang pasien.

KenyataanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang