EIGHTEEN

24 2 0
                                    

[Normal POV]

Seorang wanita yang umurnya sekitar setengah abad mendadak wajahnya masam dan menutup hidungnya dengan tangannya.

"Apakah kau mencium sesuatu yang menyengat?" tanyanya kepada suaminya yang sedang menyeruput kopinya santai.

Suaminya mencoba untuk menajamkan indra penciumannya lalu refleks ia pun menutup hidungnya.

"Bau apa ini? Seperti bau busuk. Bau yang lebih parah dari bangkai tikus," jawabnya sambil berdiri lalu ia pun mencari sumber bau itu.

Mereka berdua pun berjalan keluar rumah dan mengikuti arah dari sumber bau itu. Mereka berjalan kearah tetangga rumahnya, semakin dekat dengan rumah itu, semakin tajam bau itu menusuk ke hidung mereka berdua.

Tok tok tok

Pria itu mengetuk pintu rumah, namun tidak ada jawaban.

"Alfred!" panggil wanita itu dengan keras, berharap penghuni rumah membukakan pintu untuk mereka.

Pria itu mencoba untuk menekan kenop pintu dan beruntungnya, pintu itu tidak dikunci. Mereka berdua pun bergegas masuk ke dalam rumah sambil menutup hidung dan mulut mereka karena bau itu semakin tajam menusuk.

"Oh, God!" wanita itu berteriak histeris saat melihat keadaan Alfred yang sangat menyedihkan, begitu juga dengan pria itu yang bergidik ngeri melihat keadaan Alfred sekarang.

Mereka menemukan Alfred tergeletak tak berdaya dengan keadaan isi perut yang keluar serta gaun merah itu yang ada di tangan kirinya dan gunting di tangan kanannya.

"Hallo, polisi? Ada pembunuhan di Cosman Street blok A nomor 20B," katanya lalu diikuti dengan mengiyakan apa yang dikatakan oleh seseorang diseberang sana lalu mematikan ponselnya.

"Ayo, kita keluar dan tunggu di luar saja," tegasnya sambil merangkul istrinya untuk menuntunnya keluar.

Setelah beberapa menit menunggu, polisi pun datang dan memasuki kediaman Alfred. Ada lima polisi yang datang. Semua polisi itu mulai melaksanakan tugas mereka untuk menyelidiki apa yang terjadi di dalam rumah itu.

Salah satu polisi berpostur tinggi dan kulitnya yang putih ala ciri khas Amerika yang bernama Layton memasuki kamar Alfred sambil menutup hidung dan mulutnya dengan tangannya.

Ia tersentak kaget ketika melihat keadaan Alfred yang menyedihkan dan menjijikan.

"Semuanya, cepat kemari!" teriak Layton memanggil teman-temannya untuk bergegas ke kamar Alfred.

Keempat temannya pun sama terkejutnya melihat keadaan Alfred. Tanpa basa-basi lagi mereka pun melakukan penyelidikan.

●●●

"Tuan dan Nyonya Preston, menurut penyelidikan kami, Tuan Alfred bukan mengalami pembunuhan, namun kasus bunuh diri. Kami sudah memeriksa sidik jari yang ada di gunting tersebut, semuanya dipenuhi oleh sidik jarinya sendiri dan gaun merah itu akan kami selidiki lebih lanjut di kantor polisi."

Mereka berdua hanya mengangguk mengerti mendengar kata Layton lalu ia kembali masuk kedalam rumah untuk menuntaskan pekerjaannya.

Jasad Alfred dikuburkan dengan layak di makam yang tak jauh dari pekarangan rumahnya. Gaun itu akhirnya dimuseumkan di museum New York. Sebelum dimuseumkan, gaun itu pernah di lelang empat kali, namun tidak ada yang berani untuk membayar mahal gaun itu karena sudah tersebar rumor tentang terkutuknya gaun itu.

TO BE CONTINUED...

Need your vote and comment!

A Cursed Red DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang