Penuh Warna

10 0 3
                                    

Memasuki sebuah gedung bercat warna-warni dengan berbagai gambar di sana sungguh bikin adem hati ini. Bergegas kuayunkan kaki menuju ruang guru.

Teman-teman sudah berkumpul ada yang ngerumpi ada juga yang menyiapkan bahan ajar untuk hari ini.

"Heem... Dasar cewek-cewek kalau ketemu pasti ngrasanin orang, ups... lha aku emangnya apaan? Bunglon," batinku seraya tersenyum geli.

"Bu Himma, Bu Himma Wildan nangis dia habis dipukul Haykal," lapor Sinta salah seorang siswi ku. Aku bergegas melihat keadaan.
***
Itulah hariku, setahun sudah aku bekerja di sini, di sebuah Taman Kanak-kanak. Yups, inilah kantorku bersama mahkluk-mahkluk kecil yang mengemaskan.

Sahabatku Rina pernah mencibirku.
"Apa enaknya jadi guru TK, yang ada kamu pusing, nggak ada cowok cakep lagi." aku cuma ketawa nggak mau memperpanjang.
***
"Himma ngelamun aja, entar Kesambet loh, tuh ada croissant dapat gratisan sekeranjang," ujar Dianing temanku.

Tanpa bertanya dari siapa aku mengambil sebuah, ketika hendak memasukannya ke dalam mulut, lenganku di sikut Dianing.

"Stt... Yang traktir roti datang tuh."
Mataku tertuju ke arah pintu masuk. Jantungku seakan berhenti, sesosok pria jangkung menyapa.

"Selamat pagi teman-teman guru semua, perkenalkan nama saya Satria akan bergabung di sini sebagai staf  TU."

"Oh... My God, mimpi apa aku semalam, kalau gini caranya hariku bakal berwarna bukan cuma dinding aja," gumamku terkikik sendiri, sambil menggigit croissant yang kini, jadi semakin terasa manis.

Tentang Perjumpaan dan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang