SINGKAT CERITA BAHAGIA

219 1 0
                                    

Penulis : Ruli Rahmawati

Dahulu terasa indah, tak ingin di lupakan. Dan kini rindu menghimpitku kembali seakan mengajariku menyiksa diri sendiri.

Tiada yang salah hanya aku manusia bodoh, yang biarkan semua ini permainkan ku berulang –ulang kali. Kamu selalu saja begitu, hanya sekedar menyapa lalu pergi. Kini hari mulai gelap dan sebentar lagi sunyi .

“Tett…Tettt” dering ponselku membuyarkan semua lamunanku tentang mu, tentang kenangan dulu. Dan ternyata kamupun masih menggugatku. Ku buka pesan darimu.

“Nong ?” sapamu

“ Iya yong” balasku padamu dan itulah nama panggilan kami dari dulu hingga sekarang mungkin.

“Keluar aku ada di depan rumah kamu” balasmu

“ Tapi bukannya di luar hujan ? bagaimana bisa di situ ?” tanyaku curiga

“ Tak apa aku hanya ingin bertemu”

Ini membuatku kembali memikirkan masalalu itu, karna sekarang aku dan kamu memang sudah bukan siapa-siapa lagi.

Aku membuka pintu dan keluar, melihat kamu basah kuyup berdiri diteras depan rumah. Rasa tak tega dan khawatirpun ada tetapi aku memilih diam dan cuek.

“Bagaimana kabarmu nong ?” tanyamu

“Baik, kamu sendiri ?”

“Aku juga baik”

“Kok tiba-tiba kerumah ada apa ?” tanyaku

“Hanya ingin bertemu” jawabmu singkat

Akhirnya terbawa suasana kita bercanda dan tertawa lepas malam itu. Sebuah lagu masih jelas terkenang yang kamu nyanyikan.

“Aku terlalu rapuh untuk mengenang memori-memori indah.
Aku terlalu sakit untuk mengenang dirimu.
Aku terlalu takut untuk mengenang memori- memori indah.
Aku terlalu sakit untuk mengingat wajahmu.
Good bye kekasih your always deep in my heart”

Saat ini lagu itu menjadi lagu yang paling sering ku putar, karna kamu yang mengenalkannya.

“Udah malam nih, pulang gih” pintaku

“ yaudah aku pulang ya” jawabmu

Dan mulai saat itu aku menganggap hujan adalah indah. Malampun semakin larut tetapi sepulangnya kamu, kita malah semakin asik telponan.

Rasanya tak ingin henti-henti dan perasaan nyamanpun terasa kembali, kini harapan semakin timbul. Karna kamu kini menjadi bagian penting dalam cerita singkat yang belum usai.

Beberapa haripun berlalu. Namun, kamu tahu apa yang selanjutnya kamu lakukan ? Kini tak ada terdengar kabar darimu lagi, kau telah menghilang kembali dariku.

Dan harapan yang telah tumbuh itu kembali harus ku buang. Harapan yang telah kau berikan untuk kisah kelam ku.
Kini terlalu bodohnya aku rasakan, terlarut dalam kegilaan mu.
Saat ini aku hanya sibuk memanipulasi waktu, merangkai kebohongan demi kebohongan, dan mecoba hidup dalam garisnya.

Karna ini bukan tentang mengikhlaskan atau tidak merelakan, ini masih perihal kenapa, kenapa harus terjadi berulang-ulang kali ? selalu saja memisahkan yang tak bersatu.

Apa hanya aku yang mengingatnya ? aku tidak peduli, yang pasti semuanya masih tersimpan disini.

Kini suara maupun aroma hujan itu selalu berhasil menembus kenangan yang sama sekali tidak aku inginkan. Hujan turun dengan membawa kenangan yang tau mau harus ku ingat lagi, dan semua berubah menjadi sepenggal kenangan indah yang menyakitkan.

Turunnya hujan hanya akan membuat ku semakin rapuh, semakin jatuh dan tidak semakin tanggung. Akhir aku hentikan niatku, ku pikir mencintai sedirian bukanlah cinta yang wajar.

Antara kamu dan hujan terimakasih atas semua kebahagian ini, pahit memang dan aku tak seharusnya memaki hujan, tak seharusnya membenci hujan dan begitupun dengan kamu Yong.

karya kita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang