Semua yang ku miliki telah diambil olehnya, mengapa dia begitu kejam terhadapku apa aku tak pantas untuk bahagia? Aku hanya ingin hidupku kembali seperti dulu. Aku sangat ingin seperti dulu, bersama dengan orang yang kusayangi satu-satunya yang selalu mengenggam tanganku erat bila ku takut, yang menjagaku, yang selalu ada untukku setelah ayah dan ibu tiada.
Apa aku akan terus begini dengan kegelapan yang menemaniku, aku hanya ingin melihat secercah carhaya yang mungkin dapat mengubah takdirku, kau mengambil kehidupanku dan mengubahnya menjadi lebih buruk apa kau tau kehidupanku sebelumnya sangat damai hingga saat ini kedamaian itu menghilang digantikan dengan kekelaman yang terus ada dihadapanku.
Tuhan mengapa kau mengambil ini semua dari hidupku, kau tak pernah adil terhadap hidupku kau merusak segalanya apa kau akan mengembalikan semua yang telah kau ambil? aku mohon kembalikan salah satunya untukku.
Saat ini hanya aku sendiri. Tak ada seorang pun yang dapat mengulurkan tangannya disaat aku terjatuh, tak ada seorang pun saat ini. Perih rasanya saat kehidupan kelam ini selalu berlanjut rasanya ingin mati saja, aku tak ingin hidup lagi dia memang tak adil kepada makhluk ciptaannya yang lemah ini.
Sudah 5 tahun terakhir semenjak kepergian sosok malaikat yang selalu menjagaku. Dia sudah tiada didunia ini dan sudah pergi sangat jauh sampai-sampai aku tak bisa meraihnya lagi. Sudah banyak pertanyaan yang ku tanyakan padanya namun tak kunjung ada jawaban, apa dia sengaja membuatku kesusahan. Tak bisakah dia melihat saat ini aku sudah kesusahan dengan semua ini, dengan hidup ini.
Ayah, Ibu, dan kakak. Bahkan, telah kau ambil dan terakhir kalinya kedua indra penglihatanku apa tak sekalian saja kau membunuhku. Seperti kata orang-orang tuhan tak akan melimpahkan segala kesusahan diluar batas makhluknya. tapi ini apa, kau melimpahkan semuanya padaku? Aku benar-benar tak sanggup menghadapi ini semua.
"Aaaaarrrrggggghhhhh." Dengan amarahnya gadis itu pun memecahkan gelas yang berada digengamannya.
"Cabut saja nyawaku ini, hidupku sudah tak ada artinya lagi."
Dengan tergesa-gesa dia mengambil tongkat panjangnya dan mengambil gardigan hitam yang dia raba-raba sebelumnya. Dengan langkahnya dia keluar rumah dengan membanting pintu keras-keras.
Dia terus melangkahkan kaki beratnya tanpa arah. Bahkan, beberapa orang sempat tersenggol olehnya tanpa meminta maaf dia terus melangkahkan kakinya. Kristal bening yang terus turun di pipi mulusnya.
"Pak, gedung tertinggi disebelah mana?" Tanyanya pada kakek-kakek disamping dia saat akan menyebrang jalan.
"Setelah menyebrang jalan lurus saja dan belok kanan disitu gedung tertinggi berada." Ucap sang kakek.
"Terimakasih."
Sesampainya dia di depan gedung tinggi itu. Dengan hati-hati dia memasuki gedung yang dipenuhi banyak orang berlalu-lalang, dia mencoba memasuki lift namun sayang orang-orang terlalu sibuk dengan dirinya yang terburu-buru memasuki lift, sampai-sampai disabilitas sepertinya dianggap tak ada.
"Mba, mau kemana?" Tanya seseorang pada gadis itu.
"Saya ingin ke atap gedung ini, gedung ini sampai lantai berapa yah?" Tanyanya pada pemuda tinggi yang menanyainya.
"Gedung ini hanya punya 55 lantai mba."
"Hanya 55 maksudmu? Bukannya ini tinggi sekali?" Sontak kaget ia mendengar perkataan pemuda itu.
"Iya mba, mba sendiri mau apa ke atap gedung?" Tanya pemuda itu
"Saya? Kau tak usah tahu ini urusanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
karya kita (END)
Teen Fiction⚠cerita lengkap silahkan follow sebelum baca kumpulan cerita pendek yang dibuat oleh remaja-remaja dengan imajinasi yang berbeda-besa memujudkan mimpi dan harapan menjadi satu bagian cerita dengan awal dan akhir yang berbeda