.five

512 79 16
                                    

"Jihoon" Soonyoung mengernyit. Manik hitamnya menelusuri deretan kata yang tertulis di selembar kertas, agak berantakan.

Saat ini, mereka sedang menikmati waktu istirahat di kantin yang tersedia di kantor. Mereka bekerja sebagai editor di sebuah perusahaan penerbitan. Yang membedakan ialah Soonyoung bekerja sebagai Picture Editor, dan Jihoon bekerja sebagai Copy-Editor.

"Ada apa?"

"Tidakkah lirik yang kau tulis menjadi lebih.. 'hidup' ?

"Jadi, selama ini lirik yang kutulis itu tidak terasa 'hidup'?

"Bukan! Maksudku.. rasanya lebih berwarna saja"

"Oh ya?" Jihoon mengambil selebaran yang sebelumnya ada di tangan Soonyoung "Bagian mana?"

"Secara keseluruhan, menurutku" Soonyoung menopang dagunya, menatap Jihoon penuh selidik "Apa ada sesuatu yang menyenangkan terjadi?"

"Apanya? Tidak ada"

"Jangan berbohong padaku, Jihoon-ah. Tingkahmu belakangan ini mencurigakan"

"Aku serius, Soonyoung. Tidak ada hal yang menyenangkan, kok"

"Benarkah?" Mata Soonyoung melukiskan rasa kecurigaan.

"Terserah" Jihoon mengalihkan pandangannya menuju selembar kertas yang ia pegang, ia membaca kata demi kata dengan teliti.

This isn’t the first time so what can I do?
I can’t get over
how you laugh in front of me
I can’t just stay still

"Sebentarㅡ"

Jihoon tahu ia menulisnya beberapa hari yang lalu, tapi ia tidak menyangka bahwa rangkaian kata itu menjadi seperti ini, ia hanya menumpahkan seluruh pikirannya kala itu. Dan ini berbeda dengan yang sebelumnya, yang biasa dibuatnya.

Jihoon mencoba mengingat semuanya kembali. Waktu itu, ia terjebak hujan dan berteduh di sebuah gedung, lalu secara tak sengaja bertemu dengan Seungcheol, kemudian Seungcheol mengantarnya pulang setelah hujan reda, sesampainya di rumah, ia mengganti bajunya, kemudian menulis lirik untuk menghempaskan segala kekesalannya terhadap Seungcheol.

Tapi sejak kapan rasa kesal berbunyi seperti itu?

"Hoon! Hei!"

"Y.. ya?"

"Kau ini, kau tidak mendengarkanku?!"

"Aku mendengar segala ocehanmu tentang Seokmin, jadi diamlah."

"Aku sedang membicarakan Seungkwan!"

"Sama saja, kau ini sensitif sekali"

"Hei!!"

ㅡㅡㅡ


Jihoon bersenandung kecil. Sebuah earphone putih menggantung di kedua telinganya, mendengarkan lagu adalah salah satu hobinya. Menurut Jihoon, seluruh beban dipundaknya akan terangkat.

Jihoon menangkap sosok familiar yang menuju kearahnya, Dan sepersekian detik berikutnya, sosok itu tersenyum padanya. Dengan ini, hanya ada mereka berdua di halte.

"Hei, Ji"

"Hei" Balas Jihoon

"Ingin pulang?"

Jihoon memutar bola matanya malas "Tidak, ingin kembali ke busan"

"Eh?!"

"Tentu saja aku mau pulang!"

"Ah, kau ini mengagetkan saja"

Tidak ada yang membuka mulut setelah itu. Jihoon mengecilkan volume earphonennya. Diam diam, ia memperhatikan Seungcheol dari ujung matanya. Seungcheol terlihat sedikit.. pucat? Entahlah. Kantung matanya menebal, dan rambutnya terlihat agak berantakan.

"Ada apa?" Jihoon memutuskan untuk memulai obrolan.

"Hm? Tidak ada. Tumben sekali kau bertanya. Memangnya ada yang aneh dariku?" Seungcheol terkekeh

"Tidak. Bukan itu"

"Lalu?"

"Hanya saja kau terlihat.. lelah dan.. maaf, agak berantakan, hyung "

Seungcheol menaikkan alisnya "Oh? Apa ini? Kau memperhatikanku ternyata"

"Berhenti mengasumsikannya secara sepihak. Semua orang yang mengenalmu sadar akan hal itu"

"Kurasa Jisoo tidak?"

"Lupakan."

Seungcheol tergelak pelan. "Tak perlu khawatirkan aku, Ji. Pekerjaanku menumpuk, hanya itu."

Suara Seungcheol yang menggelitik telinga Jihoon terasa begitu memabukkan. Jihoon dapat merasakan wajahnya menjadi semerah kepiting rebus.

"Aku tidak mengkhawatirkanmu. Sudah kubilang berhenti mengasumsikan segalanya"

Seungcheol tersenyum tipis. Tangannya meraih puncak kepala Jihoon, mengelusnya. Jihoon sedikit terkejut menerima perlakuan mendadak dari Seungcheol. Rasanya begitu lembut. Namun, Jihoon dapat merasakan keraguan yang ada di setiap sentuhannya.

Sejak dulu, Jihoon tidak menyukai skinship dan hal itu mutlak hukumnya.

Karena itu

Seharusnya ia tengah menepis tangan Seungcheol.

Seharusnya ia tidak merasa nyaman dengan semua ini.

Namun kenapa?

Kenapa ia tidak bisa menolak Seungcheol?

Kenapa ia merasa nyaman jika berada di dekat Seungcheol?

Kenapa.. Seungcheol?

"Jihoon-ah" Seungcheol menyingkirkan tangannya, menyebabkan kekecewaan tumbuh di dalam hati kecil Jihoon.

"Ya?"

"Jangan melamun, Kau bisa kerasukan" Seungcheol tersenyum jahil

"Aku tidaㅡ"

"Lalu, wajahmu semerah tomat"

Picture Editor : bertugas memeriksa dan memperbaiki bahan-bahan grafis untuk penerbitan, seperti ilustrasi, foto, label, peta, ataupun warna.

Copy Editor : bertugas memeriksa dan memperbaiki naskah dari kesalahan serta menyesuaikan dengan aturan kaidah yang berlaku.

Also, Happy Birthday Lee Jihoon! 🎊🎉🎂

You Sure?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang