.four

490 75 25
                                    

Sinar matahari yang dengan seenak hatinya menyeruak kedalam kamar Jihoon membuatnya mengerjap tidak nyaman ketika ia membuka kedua matanya. Indra pengelihatannya mendapati bahwa pagi telah tiba.

Jihoon berdecak. Daya tarik yang dimiliki oleh ranjangnya terlalu kuat, terlebih lagi Jihoon tidak dapat tidur nyenyak semalam. Salahkan dirinya yang terlalu banyak berpikir. Ah, tidak, Choi Seungcheol lah yang membuatnya seperti itu. Sungguh, Jihoon tidak mengerti. Seungcheol membuatnya merasakan suatu euforia yang terasa asing baginya, dan itu membuat Jihoon cemas.

Melihat kalender yang menggantung di kamarnya, Jihoon tersenyum kecil. Paling tidak ini adalah hari Sabtu, hari dimana Jihoon pulang lebih awal, hari dimana Jihoon bisa terjaga semalaman untuk sekadar menonton film atau menulis lirik, dan hari dimana Jihoon dapat bersantai tanpa memikirkan apapun. Setidaknya itu yang Jihoon pikirkan, sebelum hujan memutuskan untuk menyapanya. Jihoon menyukai hujan, tapi ia tidak menyukainya jika mereka datang di saat yang tidak tepatㅡsaat pulang kerja, ditambah lagi, ia tidak membawa payung. Alhasil, ia berakhir dibawah perlindungan sebuah bangunan bertingkat dua. Menyesali keputusannya untuk melewatkan tayangan perkiraan cuaca pagi tadi.

Hujan semakin deras, seolah mengejek Jihoon yang telah jenuh. Pada awalnya, lelaki mungil itu berpikir untuk menerobos hujan, namun ia mendengar suara pintuㅡyang membuatnya sedikit terkejut, terbuka dibalik punggungnya. Menampakkan seorang lelaki yang mengingatkan Jihoon akan seekor kucing.

"Apakah aku mengagetkanmu?"

"Ah, tidak. Maaf aku berteduh di depan em.. rumahmu?" Bodoh, ini tidak terlihat seperti rumah sama sekali.

"Sebenarnya, ini kantor. Tapi, tidak masalah" Lelaki itu tersenyum lembut "Disini cukup dingin, mau masuk ke dalam?"

Dia benar, di luar cukup dingin, dan berdiri terus menerus menguras tenaganya secara perlahan.

"Jika kau tak keberatan.."

"Tentu saja tidak. Ayo, kubuatkan cokelat hangat" Ujarnya sebelum mempersilahkan Jihoon masuk.

Jihoon melangkahkan tungkainya kedalam, ia disambut oleh kertas yang berserakan dimana mana.

"Er... Maaf, kantor kami memang sedikit.. berantakan, ahahaha.." Lelaki itu tertawa canggung sambil memunguti kertas.

"Bukan masalah"

"Oh! Dan kau bisa duduk disana selagi menunggu" Jarinya menunjuk ke sebuah sofa panjang berwarna hitam sebelum meninggalkan Jihoon seorang diri. Mungkin untuk membuat cokelat.

Jihoon mengedarkan pandangannya, selain kertas yang berserakan dan beberapa kertas kalkir, tempat ini terorganisir dengan baik. Tanaman imitasi yang ada menyajikan perpaduan seimbang dengan interior yang didominasi oleh warna monokrom. Sangat nyaman untuk sebuah kantor.

Beberapa saat kemudian, ia tiba dengan dua cangkir cokelat hangat di kedua tangannya. Kemudian ia meletakkannya di meja yang ada di hadapan Jihoon.

"Minumlah selagi hangat, kau harus menghangatkan tubuhmu"

Dengan ragu, Jihoon meraih cangkir tersebut sambil menggumamkan kata terima kasih, kemudian meminumnya perlahan.

"Maaf mengajakmu masuk tiba tiba" Ucapnya sebelum menyesap cokelatnya.

Jihoon mengangguk kecil. "Tidak apa, aku sangat berterima kasih"

Lelaki itu tersenyum "Aku memperhatikanmu dari dalam, berdiri selama kurang lebihnya satu jam benar benar melelahkan bukan?"

"Benar, jika kau tidak mengajakmu masuk, kemungkinan besar aku tengah menerobos hujan saat ini"

Mendengar pernyataan Jihoon, Ia tergelak.

"Omong omong, aku Hong Jisoo" Ujarnya sambil mengulurkan tangan

"Lee Jihoon" Jihoon menyambut uluran tangannya

"Eh? Lee Jihㅡ"

"Jisoo-ah, kita kedatangan tamu?" Jihoon membelalakkan matanya

"Seungcheol hyung?"

Seungcheol bergeming.

"Tidak tidak, aku pasti sedang berhalusinasi sekarang, Jihoon tidak mungkin memanggilku hyung." Seungcheol memijat pelipisnya.

"Tak perlu berkomat kamit seperti itu.."

"Jisoo, sepertinya mengurung diri disini membuatku gila. Aku harus minum kopi"

"Ya! Ini benar aku!"

"...Jihoon?"

"Apa?!" Jawab Jihoon dengan ketus

"Kenapa.. kau ada di kantorku?"

".... Ini kantormu?"

"Whoa whoa, calm down mate." Jisoo menengahi dengan bahasa Inggrisnya yang kental "Biar kujelaskan semuanya"


"Jadi, kau mengajak Jihoon masuk saat dia sedang berteduh?" Jisoo mengangguk.

"Ya, tapi aku tidak menyangka kalau dia adalah Jihoon yang sering kau bicarakan sejak dulu" Mendengar namanya disebut sebut, Jihoon menaikkan sebelah alisnya.

Seungcheol melotot "Siapa yang membicarakannya?!"

"Bukankah setiap hari kauㅡ"

"Cukup cukup! Kau tertular Jeonghan ya?! Kukira kita teman."

Jisoo tak kuasa menahan tawanya "Kita memang teman, Choi"

"Terserah kau. Jihoon, jangan dengarkan dia, dia sudah terkena sihir aliran sesatnya Jeonghan!"

"Berhenti bicara yang tidak tidak tentang Jeonghan!!"




AAAAA AKHIRNYA BISA UP ㅠㅠ

You Sure?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang