.one

716 91 17
                                    


Segerombol tetesan air dengan gagahnya mengguyur kota pada malam hari, Jihoon dapat melihat orang orang berlarian, mencari tempat untuk berteduh, berlindung.

Menyenderkan kepalanya pada jendela bus umum, Jihoon kembali larut dalam benaknya.

"Bagaimana kalau ada seseorang yang jatuh cinta padamu?"

Ah. Kepala Jihoon terasa pening, gagasan dari seorang Kwon Soonyoung kerap menari nari di dalam benaknya. Seseorang? Menaruh hatinya? Pada Jihoon? Jangan bercanda, ini bukan kisah telenovela yang biasa dinanti nanti oleh ibundanya setiap Kamis sore. Bukan juga novel picisan milik remaja kasmaran, yang membaca kata demi kata dengan telaten, tenggelam dalam lautan imajinasi, kemudian tersenyum mengharapkan hal sedemikian rupa terjadi padanya. Mungkin Soonyoung terlalu banyak membaca hal seperti itu.

























"Boleh aku duduk disini?"

Jihoon mendongak. Suara itu menariknya kembali pada realita

"Maaf?"

"Ah, ya. Tentu. Maaf saya melamun" Tangan mungilnya menggeser tas yang ia letakkan di kursi yang berada tepat di sebelah kanannya. Mempersilahkan pria tadi untuk duduk.

Jihoon dapat menghirup aroma parfum yang kemungkinan dipakai oleh seseorang yang beberapa detik lalu meminta izinnya untuk duduk. Wangi ini, entah kenapa terasa cukup familiar bagi Jihoon.





"Apa kau selalu pulang jam segini?"





Jihoon mengerjap. Memproses fenomena yang baru saja terjadi

"Kau berbicara denganku?"

"Yep"

"Ya, hampir setiap hari. Dari mana kau tahu? Apa kita pernah saling mengenal sebelumnya?"

"Tidak, aku sering melihatmu disini kau tahu?"

"Ah, begitu."

Pantas saja aku mengenal aroma parfumnya.

"Omong omong, sebaiknya pelajar tidak bermain sampai larut malam"

"...... Aku ini sudah bekerja"













"... Maafkan aku"

"Tak apa, bukan salahmu"

Keheningan menyelimuti keduanya. Jihoon sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk kembali bercengkerama dengan pria ini. Jihoon akui, tidak jarang ia dikira pelajar, Jihoon juga cukup terbiasa dengan itu. Walau bagaimanapun, rasa jengkel tetaplah ada.

"Kenapa diam? Kau pasti marah."

"Memangnya aku harus mengatakan apa?"

"Barangkali kau ingin berbagi cerita denganku"

Bus berhenti melaju sebelum Jihoon sempat melontarkan kata kata. Sadar bahwa sekarang adalah saatnya untuk turun, Jihoon berdiri dan berjalan keluar tanpa menghiraukan anak manusia yang duduk di sebelahnya.

"Omong omong, namaku Choi Seungcheol. Sampai bertemu lagi"

You Sure?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang