Chapter 4 : Sulur Menyebalkan

14 7 1
                                    

Kami melangkah keluar dari rumahku dengan diam. Tapi karena aku tidak ingin situasi ini menjadi canggung, aku pun memulai pembicaraan.
"Hei, Chill. Jadi kita mau kemana?", kataku pada Chill di depan pintu.
Chill dan Angel ikut berhenti. "Erm, tidak tahu", Chill menjawab dengan wajah yang heran. "Kita akan berpetualang. Itu saja", lanjutnya.
"Hey! Bukankah Kau sudah memikirkan rencana?", tanyaku padanya dengan nada kesal.
"Um, a..., ehehehehe", Chill tertawa dengan wajah bersalah. "Maaf, maaf. Ide untuk pergi ini kudapat sekilas tadi saat kalian bertarung. Tujuan utamaku ke sini hanyalah untuk menyelamatkan desa, tapi... Ya sudahlah", jelasnya kembali dengan panjang lebar.
Aku berpikir. "Oke, baiklah. Untuk saat ini, aku yang akan memimpin jalan. Daerah di sekitar desa sudah seperti telapak tanganku sendiri, jadi kita tidak akan tersesat", aku berkata pada mereka.
"Hmm, baiklah. Itu lebih baik daripada tidak ada", Angel menyetujui usulanku.
"Aku juga setuju kalau begitu", jawab Chill.
"Baiklah, sudah ditentukan. Yang mau setuju, ikuti aku!", kataku pada mereka. "Walaupun semuanya memang harus setuju".
~~~~~~~~~~~
Aku melangkah maju memimpin grup kecil ini. Kami bergerak ke arah hutan tempatku biasa berburu. Saat ini, kondisi hutan kembali seperti biasanya.
Suara jangkrik dan serangga serangga kecil lainnya menghiasi suara alam yang merdu.
Kadang kadang ketika jenuh, aku biasanya pergi ke hutan untuk menenangkan diri. Aku tidak tahu kapan aku bisa kembali ke tempat ini mengingat bahaya yang mungkin menungguku.
"Hei, bukankah semalam tempat ini sangat sepi", seseorang bertanya padaku, rupanya itu Angel.
"Hewan hewan di sini mungkin menggunakan instingnya dan mereka bersembunyi dari aura naga yang datang itu", jawab Chill.
"Hmm, ya.. Mungkin", kami berbicara sambil berjalan. Tidak ada hal lain yang dapat kami lakukan selain berbicara sepanjang jalan.
Aku cukup hapal bagian bagian hutan ini, tetapi aku tidak pernah sampai ke ujungnya sehingga aku tidak mengenal dunia luar. Semoga petualangan yang dikatakan Chill bermanfaat.
"Hei, apa kita sudah dekat?", Chill berbicara,"Aku bosan".
"Chill, bagaimana caranya kau datang ke sini?", kami berbicara sambil berjalan.
"Fuh", dia menghembuskan nafas panjang."Entahlah, semalam, aku tiba tiba berada di semak semak, aku tidak ingat apapun".
"Kau kehilangan ingatanmu?", Angel mengikuti pembicaraan kami.
"Hmph, begitulah", Chill menjawabnya.
Sesudah itu, kami berjalan dengan diam. Pikiran kami dipenuhi oleh hal hal yang mungkin sama. Apa yang terjadi di dunia ini? Itulah yang ada dalam pikiranku. Tetapi aku bahkan tidak tahu apa apa tentang dunia.
Kami sudah berjalan selama kurang lebih satu jam dan belum ada tanda tanda akhir dari hutan.
"Aku tidak tahu hutan ini begitu luas", aku berbicara lagi.
"Hei! Berarti kau belum pernah sampai ke sini !?", Angel berseru kepadaku .
"Sori, aku tidak menyangka hutan ini begitu luas", ucapku walaupun tanpa penyesalan.
Beberapa menit kemudian, aku merasa ujung hutan masih jauh. "Hei, apa kalian ingin istirahat? Mungkin tujuan kita masih jauh".
"Apa kau lelah?", Angel bertanya padaku.
"Hei! Sebagai pemimpin, aku yang seharusnya bertanya begitu. Aku sudah berbaik hati memberi kesempatan untuk istirahat", kataku kesal.
Sementara itu, aku melihat Chill duduk dengan nyamannya di bawah pohon yang rindang dan sepertinya berumur cukup tua.
"Daripada bertengkar, lebih baik kalian mengisi tenaga dengan beristirahat", katanya pada kami.
Kami bertiga segera duduk juga dengan Chill. "Kita beristirahat hanya dua menit, setuju?", kataku pada mereka. Mereka berdua hanya mengangguk tanda setuju.
Aku pun langsung mengambil tempat yang bagus untuk tiduran. Sambil telentang, aku melihat ke langit. Fyuh.. Sungguh menenangkan pikiran.
Dua menit berlalu, kami bersiap siap untuk melanjutkan perjalanan. Aku mencoba berdiri, tetapi sepertinya ada yang menahan kakiku. Aku mencoba lagi dan ikatannya semakin erat.
Aku melihat ke arah kakiku dan melihat sesuatu berwarna hijau melilit kakiku. "Knive !", pisauku langsung muncul ketika ku panggil.
Benda yang melilitku segera ku potong. Rupanya itu tanaman sulur.
"Angel! Chill! Berhati hatilah dengan sekitar kalian!", perintahku pada mereka berdua. Mereka berdua heran, tetapi tetap saja mereka mengikuti perintahku.
"Sam! Apa yang terjadi?", Angel berkata padaku. Aku tertegun sejenak, itu pertama kalinya dia menyebut namaku. Tapi aku langsung fokus lagi.
"Sepertinya di sekitar sini ada tumbuhan pelilit. Tadi kakiku dililit", kataku pada mereka. Chill langsung bersiaga.
Tanpa ada peringatan, sebuah sulur langsung melaju kepadaku dari arah kiri. Penempatan waktuku kurang, sehingga bahu kiriku terkena sayatan dan berdarah.
"Shortsword", aku memanggil pedang yang kudapat dari goblin. Mungkin pedang kecil ini lebih baik digunakan melawan tumbuhan.
Tanpa pikir panjang, aku langsung menebaskan pedangku pada si sulur. Dengan mudahnya sulur tersebut terpotong dan langsung jatuh lemas.
"Semudah in-", belum siap aku berbicara, sulur sulur lain mulai melilit aku, Angel, dan Chill.
"Aku... tidak... bisa... bergerak", kata Angel terputus putus. Sementara Chill tidak terlalu terganggu, dia sepertinya sedang konsentrasi.
Masalahnya, aku juga sedang dalam keadaan terikat. Berpikir cepat! Aku harus berpikir. Hmm... Tiba tiba aku mendapat ide.
"Coil!", sahutku. Seketika tubuhku terbalut oleh panas. Dalam hitungan detik, sulur yang melilitku melemas dan memberiku celah untuk memotong.
Aku terlepas dan langsung melesat ke arah Angel. Syut! Syut! Syut! Seluruh sulur yang melekat padanya sudah terpotong.
Setelah itu aku ke tempat Chill dan juga langsung memotongi sulur yang melekat.
"Fyuh... Apa sudah selesai?", tanyaku.
Sialnya pertanyaanku itu terlalu cepat terjawab. Tepat setelah aku selesai berbicara, sulur sulur yang lebih besar keluar dari tanah. Bentuknya tebal seperti cambuk dengan duri duri tajam sebagai aksesoris.
Sulur sulur ini sepertinya lebih kejam dari yang barusan. Warnanya hijau kejinggaan seperti warna sesuatu yang busuk.
"Sam, mungkin itu induknya", Chill berkata padaku.
Hmm, memang benar itu mungkin induknya. Apa salahnya mencoba?
Aku maju ke arah kumpulan sulur itu dan menebaskan shortswordku pada salah satu sulurnya.
"Tidak terpotong!", tanpa sengaja aku berbicara sendiri. Sulur ini sepertinya elastis dan tahan benda tajam. Tch, apa yang harus kulakukan?
"Minggir!", dari belakangku, Angel berdiri dan sepertinya sedang merapalkan mantra. Aku melihat kondisinya, dia terlihat lemas.
"Angel, apa kau baik baik saja?", tanya Chill padanya. Chill terlihat khawatir.
"Tenang saja, aku baik", jawab Angel. Tetapi aku tidak yakin.
Setelah sekian detik, Angel berseru, "Sunfire!".
Sebuah lingkaran terbentuk di sekitar sulur sulur itu, lama kelamaan lingkaran itu mengeluarkan api. Semakin lama, apinya semakin besar dan semakin besar.
Sulur itu tidak sanggup bertahan, dan pada akhirnya mati terbakar sampai ke akarnya. Sesudah itu, abu pembakarannya menyusut dan lama kelamaan membentuk menjadi suatu benda.
Sementara itu, terdengar suara jatuh di belakangku. Aku melihat ke belakang, terlihat di sana Angel sedang tertidur pingsan

Knive : Pisau biasa
Shortsword : Pedang kecil pendek mirip Knive
Sunfire : Lingkaran api matahari

New FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang