Keluarga Panti

107 8 1
                                    

"Avia, sini biar ibu saja yang merapikan" ujar wanita paruh baya menghampiri Avia yang tengah merapikan meja makan sehabis anak panti makan siang bersama.

"Gapapa bu, Avia bisa kok" Avia tetap membereskannya.

"Ya sudah,  ibu bantu ya" ujar wanita itu lagi, ia adalah Bu Aida, anak pak Anto pemilik panti ini yang tak lain adalah teman alm.kakek Avia yang sudah meninggal dunia 2 tahun lalu, dan seluruh tanggung jawab panti di pegang oleh Bu Aida.

"Kak Avia, kakak dicariin mbak Tia" ucap seorang anak panti datang dari ruang depan.

Avia segera menghampiri mbak Tia. Ia adalah anak dari Bu Aida yang sudah Avia anggap sebagai kakaknya sendiri.

"Kak Tia cari aku?" tanya Avia menghampiri, langkahnya pelan meraba dinding di sampingnya.

"Iya Vi, kakak punya hadiah buat kamu" Tia menarik pelan tangan Avia untuk duduk disampingnya.

"Tapi kak, ulang tahun aku masih lama"

"Ini iseng aja kok kakak beliin buat kamu" ucap Tia

Avia hanya tersenyum. Diberikannya perlahan benda itu.

"Ini apa kak?" tanya Avia bingung, sambil meraba benda itu menerka dalam hatinya. "Ya ampun kak, ini gitar?" sambungnya

"Iya. Kamu suka gak?" Tia merangkul Avia. Avia mengagguk girang. "Dulu kan gitar kamu rusak, sekarang kakak beliin yang baru".

"Makasih ya kak. Aku suka banget." Avia memeluk Tia erat.

"Kakak mau mandi dulu. Kamu cobain aja mainin gitarnya ya" Tia menepuk pelan bahu Avia dan beranjak dari duduknya.

Dipetiknya gitar itu menjadi nada yang sangat indah, mengalun merdu beriringan dengan suara lembut dari bibir manis Avia.

Avia sangat suka musik, dia juga pandai bermain gitar, tak hanya gitar Avia juga pandai bermain alat musik yang lainnya seperti piano. Jiwa musik memang sudah menyatu dalam aliran darahnya. Dulu saat matanya masih bisa melihat ayahnya lah yang mengajarkannya bermain gitar. Tapi sekarang Avia tak tahu ayahnya pergi kemana, sejak dia buta hanya kegaduhan yang ia dengar di dalam rumahnya dulu, sejak saat itu Avia tak mendengar lagi suara ayahnya.

Gitar itu terus dimainkannya. Lagu  yang dulu berhasil dimainkannya pertama kali. Lagu yang kini selalu ia nyanyikan untuk mengingat mendiang ibunya.

Kubuka album biru,
penuh debu dan usang,
kupandangi semua gambar diri,
kecil bersih belum ternoda.
Pikirku pun melayang,
dahulu penuh kasih,
teringat semua cerita orang,
tentang riwayatku.

Avia menghela nafas sebentar, air matanya tiba-tiba jatuh.

Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu ditimang
Ooh bunda
ada dan tiada dirimu kan selalu
ada di dalam hatiku

Kali ini pikirannya terbawa ke masa lalu, Avia merindukan sosok ibunya.

"Via kalo besar nanti mau bahagiain bunda ya" Avia kecil memeluk ibunya, dan dibalas dengan pelukan hangat.

"Iya sayang, kamu jadi anak yang baik ya. Kalo bunda pergi jauh nanti kamu harus selalu doain bunda nak"

"Emangnya bunda mau pergi kemana? Via mau ikut bunda" tanya Avia kecil dengan polosnya.

"Seseorang yang datang pasti berakhir pergi nak. Begitu pun bunda, Via, juga yang lainnya, suatu saat akan pergi ke tempat yang sama tapi waktunya yang berbeda" jelas Andin~ibu Avia, mengusap pelan rambut anaknya.

Blind GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang