Bertemu lagi

24 0 0
                                    

Brukkkk!!!!

"Awww" ringis Avia. Deon dan Avia menabrak seseorang dan terjatuh. Orang itu membantu keduanya untuk bangkit.

"Avia? Lo kok bisa ada disini?" tanya seseorang itu...

Suaranya sudah tidak asing lagi ditelinga Avia, harum maskulinnya juga masih dia ingat. hati Avia terus menduga-duga, "apa benar dia Dava?"

"ekkk....Kak Dava, emm....ma..maaf" ucap Deon selalu terbata-bata.

"Dava? kamu Dava?kamu kok ada disini?" sekarang Avia angkat suara.

"harusnya aku yang, eh sorry maksudnya harusnya gue yang nanya sama lo, ngapain lo ada disini" katanya tak kalah bingung.

"Aku sekolah disini, setelah pindah ke rumah Ayah, aku didaftarin sekolah disini" terang Avia.

Entah apa yang dirasakan Dava, yang jelas dia begitu senang mendengar Avia bersekolah disini. Tanpa dia sadari, senyumnya mengembang diwajahnya, tanda hati sangat bahagia. Seolah tercipta satu alasan yang dikirim tuhan untuk membuat Dava bersemangat melanjutkan hidup dengan adanya Avia.

"Oh gitu.. Terus sekarang kamu, eh maksudnya lo mau kemana?" Tanya Dava, "oh tuhan, kenapa makin hari sulit banget sembunyiin perasaan ini dari dia" umpatnya dalam hati, lihat saja gaya bahasanya seringkali dia menggunakan aku-kamu lalu ia tutupi dengan kata lo-gue, udahlah Dava bilang aja kalo suka.

"Aku gatau mau kemana sekarang." ucap Avia menyadarkan Dava.

"Gimana kalo sekarang kita keliling sekolah, gue temenin. Dan buat lo, Deon. Mending lo ke kelas aja ya" ajak Dava lembut pada Avia, namun tidak pada Deon, bahkan dia memelototkan matanya, mengisyaratkan bahwa Deon sebaiknya pergi. Deon yang memang penakut, menuruti kemauan Dava, sebenarnya ia masih ingin bersama Avia, karena semenjak Avia masuk kelas sebagai siswi baru Deon menaruh hati padanya, tapi apa boleh buat untuk kali ini ketakutan mengalahkan keinginannya. Lalu Deon pergi menuju kelas sedikit tergesa dalam langkahnya.

Setelah Deon pergi, Dava meraih tangan Avia dalam genggamannya, "Yuk Vi" ucapnya bersamaan dengan langkah pertamanya.

Apa ini, Dava mengenggam tangan Avia, seketika itu pula jantung Avia berdetak lebih kencang dari sebelumnya, dan darah Avia pun berdesir lebih cepat juga. Kedua insan remaja ini sepertinya merasakan hal yang sama tapi tidak bisa saling mengungkapkan. Sepanjang menyusuri koridor banyak pasang mata yang memperhatikan mereka berdua, bagaimana tidak? Dava adalah murid popular di sekolah ini, yang pastinya banyak siswi juga yang menyukainya. Dan sekarang Dava tengah berjalan dengan Avia, seorang gadis tunanetra itu menambah kesan mereka menjadi sebuah pusat perhatian. Tapi Dava yang cuek tidak menghiraukan mereka yang memandang dengan pandangan aneh.

"Oh iya, lo masuk kelas apa?" tanya Dava basa basi.

Avia tak langsung menjawab, ada jeda waktu dari pertanyaan yang dilontarkan Dava. "Aku masuk kelas XI IPS B" jawabnya dengan senyuman manis dari bibirnya.

"Vi, kita duduk dulu disini ya, cape jalan terus sekolah ini kan lumayan gede" Dava menuntun Avia menuju bangku di area taman sekolah, udara yang sejuk mengisi taman ini. Avia hanya tersenyum pertanda iya. Dibarengi Dava yang membantu Avia meraih bangku yang akan mereka duduki.

Beberapa menit tidak ada percakapan di antara mereka, Avia keliatannya menikmati suasana disini, taman yang sejuk karena banyak pepohonan juga tanaman lainnya yang sengaja di tanam oleh pihak sekolah. Tempat ini juga sering dipakai oleh para siswa yang merasa bosan untuk mengerjakan tugas di dalam kelas. Berbeda dengan Dava, raut wajahnya agak bingung, memikirkan topik pembahasan untuk memulai percakapan dengan Avia, dia merasa berbeda dengan dirinya yang dulu, entah kenapa berada di dekat Avia membuatnya menjadi canggung. Tak seperti biasanya.

Ditariknya nafas gusar oleh Dava, tak lama dari itu ia pun memulai percakapan dengan Avia.

"Avia?" panggilnya lembut, menoleh kearah kiri dan memperhatikan setiap lekuk wajah Avia.

"Iya?" Jawab Avia dengan pandangan yang tetap lurus kedepan, tentuya disertai senyumannya yang tak pernah luntur dari wajahnya.

"Apa lo gak kangen sama keluarga panti?" sebenarnya Dava ragu untuk menanyakan hal ini, hanya saja dia rindu mengunjungi Avia sewaktu Avia masih tinggal di panti. Bertemu dengan keluarga panti juga tentunya. Karena disana lah ia merasakan kembali apa arti sebuah keluarga.

Avia terdiam sejenak, pikirannya jadi teringat kepada keluarga panti terutama Bu Aida. Siapa yang tak rindu jauh dari orang yang di sayangi. Tapi ini sudah pilihan Avia untuk tinggal bersama dengan ayahnya dan juga saudara kembarnya.

"Sebenarnya aku sangat merindukan mereka, canda tawa mereka, kebersamaan dengan mereka, semuanya sangat aku rindukan. Bu Aida, Kak Tia, Shelin, Dea, dan anak panti lainnya, walupun mereka bukan saudara kandungku, namun rasa sayang terhadap mereka sama seperti aku menyayangi Keluargaku. Dan mereka telah menjadi bagian hidupku, penyemangatku, bagaimana bisa aku tidak merindukan mereka? Justru aku sangat merindukan mereka" Avia jadi teringat kenangan – kenangan yang pernah dilalui bersama keluarga panti.

"Sorry Vi, apa lo gak ada rencana untuk ngunjungin mereka? Ke panti?" Dava merubah sedikit posisi duduknya.

"Inginnya seperti itu Dav, tapi dengan keterbatasan aku, aku gak bisa pergi sendiri, dan ayah lagi sibuk, belum bisa untuk sempat anterin aku ketemu mereka. Dan kalo aku minta tolong saudara kembarku, aku gak yakin dia mau bantuin aku. Dia sepertinya kurang senang dengan kedatanganku" Memang benar dengan keterbatasan Avia seperti ini, tidak memungkinkan jika dia pergi ke panti sendiri, dan masalahnya jaraknya yang lumayan jauh dan Avia pun belum hafal jalan dari rumah ayah ke panti.

Dava yang mendengarnya, merasa kasihan kepada Avia. "Hmmm, gimana kalo gue yang anterin lo ketemu sama keluarga panti, mau?" Dava menawarkan dirinya untuk mengantakan Avia ke panti, bertemu dengan keluarga panti.

"Tapi Dav, apa gak ngerepotin kamu?" tanya Avia. "Enggak sama sekali, malahan aku, eh gue seneng bisa bantuin lo" jawab Dava.

"Udah mau masuk bentar lagi, gue anterin ke kelas lo ya?" tanpa persetujuan dari Avia, Dava membantu Avia berdiri dan mengantarkan Avia hingga kedepan kelas.

Sesampainya di depan kelas Avia, Dava pun pamit kepada Avia. Dari dalam kelas banyak siswa yang memperhatikan Avia dan Dava termasuk juga Alia, dan juga Kayla.

Kayla menghampiri Avia yang masih berada di depan pintu, beberapa detik setelah berlalunya Dava.

"Heh..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blind GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang