Awal Pertemuan

75 5 0
                                    

Setiap sore Avia pergi ke danau yang letaknya tak jauh dari panti, entah sejak kapan tempat itu jadi tempat favoritnya. Untuk hanya sekedar duduk dibangku bawah pohon rindang tepi danau mengenang masa lalunya yang indah.

Pikiran Avia terbawa lagi pada kenangan waktu dulu, masa bersama keluarganya yang masih utuh. Avia hendak memejamkan mata, menikmati angin yang membawanya pergi ke masa lalu, namun tak lama Avia mendengar satu teriakan keras yang sedikit membuatnya terusik.

"Aaaaarrghhhhhh"

Dengan lembut Avia menanyakan sosok itu.

"Kamu siapa? Lagi ada masalah?" Tanya Avia.

Namun tak ada jawaban, hanya gemercik air dari batu yang dilemparkan ke tengah danau.

"Aku Avia tinggal di Panti ujung jalan sana, kamu bisa cerita masalah kamu." tutur Avia lembut.

Lagi-lagi tak ada jawaban. Tapi Avia mendengar langkah kaki yang mendekatinya.

Avia mengulurkan tangannya dan tersenyum "Avia". Uluran tangan Avia tak tepat sasaran membuat orang itu bingung.

"Lo buta? Mm maksud gue gak bisa lihat?" tanya orang itu bingung, melambaikan tangan di depan wajah Avia.

Lagi-lagi Avia tersenyum "Iya, kamu siapa?" tanyanya lagi.

"Gue Dava" Dava duduk disamping Avia. "Tadi lo bilang tinggal di panti asuhan? Orang tua lo udah meninggal?" lanjut Dava.

"Iya aku tinggal di panti asuhan kasih bunda yang di ujung jalan sana" Avia menunjukan ke arah timur. "Bunda udah meninggal 3 tahun yang lalu, kalo Ayah.." Sedikit ada jeda dari Avia menarik nafas berat dalam-dalam "Ayah pergi gatau kemana".

"Kenapa lo tinggal di panti?" tanya Dava lagi.

"Ya habisnya mau kemana lagi, aku udah gak punya siapa-siapa. Orang yang kak Levia kenal cuman Bu Aida, pemilik panti" Avia tersenyum.

"Kak Levia? Kakak lo? Udah meninggal juga?" tanya Dava. Kisah dari gadis didekatnya ini seperti magnet yang menarik rasa ingin tahu Dava.

"Iya" jawab Avia singkat tak lepas dari senyumnya.

Beberapa saat hening diantara mereka.

"Gue gak nyangka ketemu cewek kayak lo yang masih bisa senyum sama keadaan lo sekarang." Dava membuka suaranya lagi.

"Semuanya udah ditakdirin sama tuhan. Mulai dari aku buta, ayah pergi, bunda,kakek,kak levia meninggal, ketemu Bu Aida sama keluarga panti yang lainnya, termasuk ketemu kamu sekarang."

"Gue masih bingung kenapa lo bisa sekuat ini. Gue malu, masalah gue mungkin cuman masalah kecil tapi gue malah terpuruk kayak gini" Dava menyandarkan punggungnya ke sandaran bangku.

"Aku juga pernah berada di posisi kamu. Terpuruk!. Merasa tuhan gak adil, bahkan merasa putus asa. Tapi, semenjak aku ketemu Bu Aida, aku fikir ini jalan tuhan buat temuin aku sama keluarga baru yang lebih baik, ya mungkin ini cara tuhan supaya aku bisa lebih bersyukur sama apapun yang diberikan-Nya." ucap Avia. "Emangnya kamu lagi ada masalah apa?" tanya Avia.

"Gue dulu punya keluarga yang bisa dibilang sempurna, dan masih baik-baik aja, sampai pada akhirnya semua itu tiba-tiba hilang." Dava terhenti sebentar, tatapnya lurus kedepan. "Bokap gue selingkuh, awalnya gue gak percaya, gimana mungkin bokap yang gue kenal baik, dan selalu sayang sama keluarganya bisa selingkuh, sebelumnya jarang bahkan gak pernah orang tua gue berantem cuman gara-gara hal sepele, tapi sekarang hampir tiap hari. Dan gue bingung kenapa harus kejadian sama gue" jelas Dava.

"Nanti juga ada jalan keluarnya kok. Ada saatnya nanti kamu bisa nerima semuanya. Tuhan punya cara sendiri buat kasih yang lebih baik." Avia tersenyum. "Aku harus pulang, pasti Bu Aida khawatir aku terlalu lama pergi dari panti." ucap Avia beranjak dari duduknya.

"Gue ikut lo ya, boleh kan?" Tak sadar Dava memegang pergelangan tangan kiri Avia.

"Boleh kok" jawab Avia. "Maaf tangan kamu."

"Ehmm sorry" dilihatnya sedari tadi tangan Dava memegang pergelangan tangan Avia.

***

"Assalamu'alaikum" ucap Avia saat memasuki pintu panti.

"Avia kamu dari mana aja, Bu Aida dari tadi khawatir nanyain kamu" ucap Risna, sahabat indigo Avia. "Itu siapa?" lanjutnya berbisik pelan pada Avia.

"Ini Dava. Dava ini Risna sahabat aku" Avia memperkenalkan mereka.

"Risna" mengulurkan tangannya, di balas dengan uluran tangan Dava. "Dava".

"Anak-anak waktunya makan malam" teriak Bu Aida dari arah dapur.

"Yuk Vi, dipanggil Bu Aida tuh" ujar Risna.

"Vi, gue pulang deh ya" Dava meletakan tangannya di bahu Avia.

"Sebaiknya, kamu ikut makan malam dulu sama kita" ajak Avia.

"Nggak usah deh Vi, takut ngerepotin"

"Nggakpapa kok Dav, lagian Bu Aida pasti seneng kedatangan tamu, iyakan Ris?" Bujuk Avia, Risna mengangguk menandakan iya bahwa kedatangan Dava tidak merepotkan bagi mereka.

"Hmm, ya udah deh iya" ucap Dava.

Mereka bertiga berjalan menuju dapur, Avia yang sedikit dituntun oleh Risna di ikuti langkahnya oleh Dava di belakang mereka.

"Avia kamu dari mana saja, Ibu khawatir" ucap Bu Aida saat Avia menghampiri tempat duduknya di meja makan.

"Maaf Bu, Avia pergi terlalu lama" jawab Avia. "Oh iya bu, ini Dava temen baru Avia, tadi kita ketemu di tepi danau" lanjut Avia.

Dava tersenyum sopan kepada Bu Aida.

"Lain kali jangan terlalu lama pergi dari panti ya Vi. Ya sudah kamu makan, kamu juga Dava cobain masakan Ibu ya kamu makan juga" ujar Bu Aida menyiapkan piring untuk semua anak panti.

Dava terlihat bahagia berada ditengah keluarga panti yang tak terlepas dari kehangatan mereka. Seperti Avia dulu, Dava merasa mendapatkan keluarga baru sebagai pemberi kebahagiaan barunya.

"Makasih ya Vi, buat hari ini, gue seneng ketemu lo." ucap Dava pamit saat Avia mengantarkannya ke depan panti. "Gue berharap bisa ketemu lo lagi."

"Kamu bisa datang kapan aja ke panti ini atau kamu juga bisa pergi ke danau aku sering datang ke tepi danau setiap sore kok" jawab Avia.

"Okey, ya udah gue pulang ya, sekali lagi thanks ya" ucap Dava dibalas dengan senyuman Avia.

Kini yang tampak hanya punggung Dava yang semakin menjauh. Avia menutup pintu panti dan menguncinya seperti yang dikatakan Bu Aida.

Hari ini Avia mendapat peristiwa dan teman baru, jujur ini baru pertama kalinya dia akrab dengan teman laki-laki yang baru dikenalnya.

Blind GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang