Pertama setelah pertengkaran part 2

218 7 1
                                    

Aidan langsung pergi meninggalkan Ananta, tapi selang beberapa menit ia keluar, ia kembali masuk kedalam ruangan. Aidan mengambil handphonenya yang tertinggal.

5 hari kemudian...
Hari ini Ananta pulang dari rumah sakit. Ia dijemput oleh mama Lail. Ananta tidak tahu kalau bunda, Astrid, Amora, dan yang lainnya tengah mempersiapkan kejutan atas kepulangannya dari rumah sakit.

Tok..Tok..Tok..
Semua sudah tahu kalau itu Ananta, karena Astrid sudah mengintip dari jendela. Satu..Dua..Tiga..Doorr..

"Aaaaaaaa." Teriak Ananta.
"Welcome back Ananta." Kata Amora.
"Ha? Syukraan lakum jamieana." Kata Ananta bahagia. Artinya : "Ha? Terima kasih semua."
"Afwan." Jawab Aidan.
"Madha tafeal huna?" Tanya Ananta yang artinya : "Apa yang kamu lakukaam disini?"
"Fi antizar 'amiyin." Jawab Aidan yang artinya : "Menunggu ibuku."

Ananta berjalan pergi menuju teman temannya, sedangkan Aidan pergi menemui mama Lail.Setelah menemui mama Lail, Aidan duduk kembali di sofa yang ia duduki tadi. Lalu ia mengambil earphone di kantung celananya, lalu memasangnya di handphone dan ia mulai mendengarkan lagu kesukaannya.
"Jus." Kata Ananta memberi segelas jus untuk Aidan.

"Syukraan." Kata Aidan mengambil jus yang diberikan Ananta.
"Iya." Jawab Ananta.
"Lu lagi dengerin apa?" Tanya Ananta.
"Musik." Jawab Aidan.
"Ohh." Jawab Ananta dan langsung pergi. Mama Lail datang mendekati Aidan.
"Kamu ini, dingin banget sih sama Ananta." Kata mama seperti menghardik.

Aidan tidak menjawab, walaupun sebenarnya ia mendengarkan apa yang dibicarakan mamanya itu.
"Hei, kalo mama lagi ngomong itu dengerin." Kata mama Lail mencabut earphone dari telinga Aidan.
"Iya, maa." Kata Aidan dan pergi entah mau kemana.

Alden datang bersama papanya, dan langsung menemui Mama Lail.
"Ma, abang Edan mana?" Tanya Alden.
"Lagi di taman belakang." Jawab mama Lail membungkuk karena Alden terlalu pendek.
"Abang..." Kata Alden sambil lari.
Aidan mendengar suara teriakan adiknya itu, dan ia lantas menengok ke belakang.
"Abang Edan." Kata Alden.
"Iya.." Jawab Aidan mencubit pipi kanan adiknya.
"Abang tau nggak? Tadi Aden sekolah, ehh ada olang yang nyaliin abang." Kata Alden dengan cadelnya.

"Siapa?" Tanya Aidan.
"Olang gilaaa.. ha ha ha ha." Kata Alden tertawa dan lari takut digelitiki oleh kakaknya.
"Aldennnn." Teriak Aidan dan berlari mengejar Alden.
"Kamu mau kemana?" Kata Aidan terus berlari mengejar Alden.

Ananta lewat dan Alden bersembunyi dibalik tubuh Ananta. Aidan tahu kalau Alden ada dibalik tubuh Ananta, ia berusaha berhenti tapi larinya begitu kencang, jadi ia menabrak Ananta hingga membuatnya hampir terjatuh. Tapi dengan refleks Aidan menangkap tubuh Ananta.

"Astaghfirullah.." Kata Ananta.
"Maaf, gue refleks." Kata Aidan.
"Iya, gapapa." Jawab Ananta dan menarik tangan yang tadi menyebabkan ia hampir terjatuh.

Ananta menatapnya, tapi Alden merasa bersalah jadi ia menunduk.
"Jangan takut, aku nggak marah kok sama kamu." Kata Ananta lembut.
"Maafin Aden, kak." Kata Alden.
"Iya, kaka maafin kok." Kata Ananta.
"Makasih, kak." Kata Alden.
"Udah..kaka mau liat senyumnya Alden." Kata Ananta.

Tanpa ragu Alden memberikan senyuman termanis yang ia punya, lalu mencium pipi Ananta. Ananta mencium balik kedua pipi Alden dan mengajaknya ke ruang tengah.

"Kamu sekolah dimana?" Tanya Ananta.
"Aden sekolah di PAUD deket sana." Kata Alden menunjuk entah kearah mana.

Lalu perjalanan hening tanpa pembicaraan apapun. Tangan kiri Alden dipegang oleh Ananta, dan sebelah kanan dipegang oleh Aidan. Alden menyanyi riang, melompat lompat, dan berlari tetapi tidak melepaskan genggamannya.

ANANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang