PASAR MALAM

45 4 1
                                    

Ananta masuk ke kamarnya dan disusul Bunda, sedangkan Aidan? Dia sudah berpamitan pulang karena takut Mamanya mencarinya.

"Kamu kenapa ninggalin Aidan?" Tanya Bunda.

"Aku kesel, Bun sama dia." Jawab Ananta.

"Kenapa bisa kesel? Aidan buat salah?" Tanya Bunda.

"Dia pegang tanganku tadi." Bunda hanya mendengarkan, menunggu putrinya melanjutkan cerita.

"Aku mau jatuh tadi, terus dia pegang tanganku, katanya kalau dalam keadaan darurat nggak apa-apa. Emang nggak apa-apa, Bun?" Jelasnya.

"Sebenarnya Bunda kurang tahu, kakek nggak pernah mengajarkan Bunda tentang itu. Mungkin yang ada dalam fikiran Aidan saat itu adalah kamu, dia takut kamu kenapa-kenapa. Dia mempedulikan kamu, nak." Kata Bunda sambil mengelus puncak kepala putri sulungnya itu.

"Tapi aku udah terlanjur kesel, bun. Emang harus pegangan? Bunda tahu itu adalah pegangan pertamaku terhadap lawan jenis. Astaghfirullah, aku kesel banget, Bun."Ananta mengusap wajahnya untuk mengurangi rasa kesalnya itu.

"Sudahlah, nak. Kamu nggak kasihan sama Aidan? Dia pasti merasa bersalah banget." Kata Bunda.

"Yaudah, Bun. Aku mau sholat dulu, aku lupa, tadi aku belum sholat." Bunda mengangguk, dan pergi meninggalkan kamar Ananta.

***

Aidan masih saja memikirkan kejadian tadi siang, dia merutuki kebodohannya. Kenapa harus berpegangan, padahal dia tahu itu haram.

"Goblok lo, Dan." Katanya sambil memukul kepalanya sendiri.

"Abang... Kenapa pukul kepalanya?" Perkataan polos itu keluar dari bibir mungil Alden. Aidan yang terkejut, refleks menengok ke asal suara.

"Alden?! Kamu ngapain di sini?" Teriak Aidan, dia terkejut didatangi tiba-tiba oleh adiknya itu.

"Mau main sama Abang." Jawab Alden masih dengan wajah herannya.

"Ya udah, sini." Alden mendekati Aidan.

"Mau main ap..."

"ALDEN, KAMU DI MANA?" Belum lagi Aidan melanjutkan ucapannya, Mama sudah memanggil si bungsu.

"Kamu ngapain? Kok Mama sampai teriak-teriak begitu?" Tanya Aidan.

"Aku pecahin botol palpum Mama, syuut.. Abang diem plisss. Jangan kasih tahu Mama." Kata Alden neletakkan telunjuknya di depan bibirnya agar Aidan diam. Dan Aidan hanya mengangguk. Alden pun bersembunyi di bawah ranjang.

"Aidan! Kamu liat Alden?" Tanya Mama Lail dengan nada bertanya tapi seperti tidak bertanya.

Aidan menggedikkan bahunya. "Baru juga balik, Maa." Jawab Aidan.

"Jangan bohong kamu. Alden kan sayang banget sama kamu."

"Apa masalahnya? Perasaan yang pecah parfum Mama, kenapa bawa-bawa sayang segala?" Gumam Aidan yang masih bisa didengar Mamanya.

"Iya, ya? Yang pecah kan parfum... Kenapa kamu bisa tahu kalau parfum Mama yang pecah?! Kamu ketemu Alden dimana?" Teriak Mamanya.

"Ohh itu... Itu... Itu.."

"Itu, itu. Itu apa, hah?" Cecar Mamanya.

"Itu tadi Alden pergi keluar pas denger Mama teriak."

"Kemana anak itu?"

"Hmmm kayanya ke arah taman deh." Mama langsung melesat ke arah taman. Aidan pun langsung menutup pintu kamarnya dan menguncinya.

"Alden, udah. Mama udah keluar." Alden pun perlahan keluar dari bawah ranjang.

ANANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang