Udah'kan?

50 3 0
                                    

"Jadi, udah'kan?" Tanya Aidan.

"Udah? Udah apanya?"

"Marahnya,"

"Siapa yang marah?"

"Lo," Mendengar itu, Ananta langsung tertawa.

Kenapa dia ketawa?-Tanya Aidan kepada dirinya sendiri.

"Kenapa?"

"Nggak ada yang marah, Dan. Gua cuma kesel aja, lagian lo begitu'kan karena khawatir sama gua, ya kan?" Jelas Ananta.

"Nggak marah?" Ananta mengangguk.

"Kalo tau lo nggak marah, ngapain gue ajak lo ke sini," Gumam Aidan yang masih bisa didengar Ananta.

"Jadi nggak ikhlas?" Tanya Ananta.

"Ikhlas," Aidan bergegas pergi meninggalkan Ananta di tempat. Ananta hanya membuang napas kasar, Aidan kembali lagi.

"Aidan tungguin," Teriak Ananta dan menyejajari langkahnya dengan Aidan.

"Kebiasaan banget sih, ninggalin gue terus," Kata Ananta ketika dia sudah berhasil menyejajari langkahnya.

"Siapa?" Kata Aidan datar, benar-benar datar, hingga Ananta tidak tahu apakah itu pertanyaan atau bukan.

"Lo nanya?" Dibalas anggukan oleh Aidan.

"Tapi itu kayak bukan pertanyaan, datar banget," Kata Ananta.

"Yaudah, siapa, tanda tanya," Kata Aidan, tetap datar.

"Jelaskan, kalau itu pertanyaan?" Kata Aidan yang membuat Ananta tertawa. Entah kenapa melihat Ananta tertawa seperti Aidan merasakan hatinya menghangat.

"Yaudah, balik," Ajak Aidan, dan berjalan meninggalkan Ananta.

Mereka berjalan menyusuri berbagai stan. Dan ketika melihat stan permainan yang hadiahnya boneka, Ananta refleks menarik topi hoodie milik Aidan yang otomatis Aidan mundur untuk menjaga keseimbangannya.

"Apa sih?" Aidan jengah dengan perlakuan Ananta itu. Ananta membalas dengan menunjuk stan yang menarik perhatiannya.

"Siapa yang main?" Ananta hanya membalas dengan menunjuk Aidan dengan wajah puppy eyes-nya.

Aidan hanya mengehela napas kasar. Aidan menghampiri stan tersebut, memberi uang, dan mengambil batu untuk melempari kaleng agar jatuh semua.

Aidan mulai mengambil ancang-ancang untuk melempar batu ke sasaran yang menurutnya mampu menjatuhkan semua kalengnya.

Satu..

Dua..

Tiga.. Dan

Pletuk..

Semua kakengnya jatuh semua, Ananta yang melihatnya bersorak senang.

"Yeay.." Ananta bertepuk tangan dan melompat seperti anak kecil yang baru mendapat mainan yang sudah diimpikannya.

"Mau yang mana, Mas?" Aidan melihat-lihat untuk memilih hadiahnya, tapi Ia sudah di dahului oleh perempuan yang berada di sampingnya itu.

"Yang itu aja, Bang," Ananta menunjuk boneka keropi yang berukuran sedang.

Dan penjaga stan itu pun mengambil apa yang di inginkan Ananta. Ananta menunggu keropi itu dengan mata berbinar dan tangan yang terulur ke depan.

"Anak kecil," Kata Aidan meninggalkan Ananta menuju mobilnya yang masih mengagumi bonekanya.

***

Sekarang, mereka sedang dalam perjalanan pulang. Ananta diam menatap jalanan dengan pandangan sayu, dia sedang mengantuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang