Part 1

98 13 3
                                    

Bandung, Indonesia
Flashback, 3 years ago.

-----
Nara sibuk mendengarkan lagu dari iPod-nya yang sedang memutar lagu-lagu Jazz kesayangannya. Meskipun lagu-lagu itu sering diledek oleh Freine, yang notabene merupakan seorang pemuja lagu-lagu Kpop, namun Nara tidak mempedulikannya. Toh, selera orang memang berbeda-beda, bukan?

Begitu Nara dilanda kebosanan, dirinya langsung mengambil novel koleksi terbaru yang ia pinjam dari perpustakaan tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu Nara dilanda kebosanan, dirinya langsung mengambil novel koleksi terbaru yang ia pinjam dari perpustakaan tadi. Ya, selain penggemar lagu-lagu Jazz, Nara juga penggemar novel. Terutama, novel bergenre fantasi dan romantis.

Novel yang Nara baca hari itu bercerita tentang vampire, mitos makhluk penghisap darah manusia, yang jatuh cinta kepada manusia. Novel ini adalah salah satu novel kesukaan Nara. Meskipun seharusnya manusia adalah makanannya, namun vampire itu tak mempedulikan hal itu. Memang tidak ada hal yang mustahil, batin Nara.

Nara melirik sekilas ke jam tangannya yang melingkar manis di tangan kirinya. Masih ada 10 menit waktu istirahat sebelum ia harus kembali ke kelasnya, XI IPS-2, yang terletak di lantai 2.

Punggungnya langsung merasakan dahan pohon yang kokoh ketika Nara menyenderkan tubuhnya. Angin semilir membuat Nara sedikit mengantuk. Taman itu memang sepi dikarenakan murid lain lebih suka pergi ke kantin atau tetap di kelas, alasan itulah yang menyebabkan Nara langsung menjadikan tempat itu sebagai 'wilayah'nya setelah kafe langganan geng-nya.

"Capek, ah. Mending tidur-tiduran aja dulu. Bisa-bisa jadi kutu buku kayak yang suka dibilang Axel kalo gue baca novel terus." Nara langsung menaruh novel itu di sebelahnya lalu memejamkan matanya sambil menikmati cahaya mentari yang malu-malu mengintip dari sela-sela daun pohon yang rindang.

Nara sedang asyik memejamkan matanya sambil mendengarkan lagu ketika ia merasakan ada sesuatu yang menggelitikinya. Tepat di bagian telapak kaki Nara. Nara langsung bangkit duduk dan mendapati seorang lelaki tersenyum jahil sambil memegang bulu ayam-mungkin berasal dari kemoceng?- yang digunakan untuk menggelitiki kaki Nara.

"Axel! Rese' banget sih lo." Gerutu Nara sambil mempelototi Axel yang menunjukkan cengiran khas-nya karena berhasil menjahili Nara. Tiada hari tanpa menjahili Nara, itu motto hidup seorang Axel Nathaniel Winata.  Sungguh motto hidup yang tidak bermanfaat sama sekali.

"Habis, lo kelihatan asyik banget." Axel memanjat pohon dengan lincah dan tiba di samping Nara. Ia langsung duduk dan langsung memberi Nara sebuah senyuman yang disambut oleh gadis manis itu.

"Lagi dengerin lagu apa? Dengerin lagu tentang kisah kita berdua, ya?" Goda Axel, membuat Nara memukul bahu Axel refleks. Axel berpura-pura mengerang kesakitan yang tentu saja diketahui Nara sebagai modus ala Axel. "Geer, ah! Gue lagi dengerin lagu Jazz."

Axel mengusap bahunya yang dipukul Nara sambil memanyunkan bibirnya. "Abang sakit nih, Dek."

"Lo mah, emang udah sakit jiwa daridulu, kali. Amnesia seketika ya, lo?" Axel hanya terkekeh mendengar jawaban pedas dari bibir tipis Nara.

"Duh, si Eneng gak peka amat, sih. Kan, Abang ngode biar Eneng ngobatin Abang yang sedang kesakitan." Axel mencolek dagu Nara yang membuat Nara langsung menatap Axel kesal.

"Ya, ya, ya. Sana gombalin cewek lain. Gue udah kebal digombalin sama cowok playboy cap buaya kayak lo." Nara mendengus lalu memungut kembali novelnya yang tergeletak begitu saja di sebelah kirinya. Tidak mempedulikan keadaan Axel.

"Baca apa, Cantik?" Axel mencoba mengintip ke halaman novel yang sedang dibaca Nara yang langsung ditutupi oleh gadis itu. "Kepo, lo. Cowok kayak lo, mah, mana ngerti."

"Tapi Abang kalo ngertiin Eneng bisa, kok." Axel tetap tidak menyerah dengan rayuannya yang selalu ia tujukan kepada Nara meskipun selalu ditanggapi judes oleh gadis itu.

"Ciee, dua sejoli ngapain berduaan disini? Gak takut tercyduk sama Bu Nida, ya?" Suara cempreng seorang perempuan mengagetkan mereka berdua. Serentak, Axel dan Nara langsung menengok ke bawah yang disambut lambaian tangan dari Freine dan kekasihnya, Ravano.

"Yaelah, ini bocah lagi. Gak di rumah, gak di sekolah, kerjaannya gangguin gue mulu." Gerutu Axel pelan sambil mengacak rambutnya kesal.  Sedangkan Nara malah tersenyum bahagia. "Untung lo datang, Rein, atau gue bakal terjebak selamanya sama buaya yang satu ini!"

"Oh, jadi kamu nggak suka kalo aku datengin kamu?" Axel menunjukkan ekspresi kesal yang disambut gelengan dari Nara. "Emang nggak." ujar Nara santai.

Ravano terkekeh, begitu juga Freine. "Daripada lo pedekatein Nara terus tapi gak jadi-jadi, mending lo ke kantor guru sekarang, Bro. Dicariin Pak Rudy, katanya lo disuruh mempersiapkan latihan basket nanti sore." Kini giliran Ravano yang angkat bicara.

"Susah emang kalo jadi cowok mempesona. Ditinggal bentar aja langsung dicariin fans gue." Axel meloncat turun dari atas pohon. Nara dan Freine langsung berpura-pura ingin muntah mendengarnya.

"Dah, kekasih jiwanya Abang. Abang cuma pergi bentar, kok. Jangan rindu, ya?" Axel melambaikan tangannya dari bawah. "Kalo bisa pergi yang jauh, ya!" Teriak Nara sambil melambaikan tangannya dengan semangat 45.

"Untung calon jodoh gue, coba kalo bukan. Yok cabut, Van!" Axel langsung menarik Ravano yang sedikit memberontak.

Kini tinggal Freine dan Nara saja di taman itu. "Jadi, kapan lo mau turun dari pohon, Ra? Masih kangen sama Abang gue, ya?" tanya Freine dengan tawanya. Nara hanya memutar kedua bola matanya.

"Amit-amit. Yaudah, gue turun bentar."

-----TO BE CONTINUED-----
Mulmed: Heejin LOONA as Shinta Kanara Adyatama

Halooo, ketemu lagi sama Author cantik nan menggemaskan *gumoh berjamaah* Maaf kalo part 1 terlalu pendek, diusahakan nanti di part 2 bakal dipanjangin deh. Semoga kalian suka ya❤️❤️ jangan lupa vomment nya karna vomment dari kalian sangat berarti buatku~ ;)

Big Love, Amorita.

Holding SoulsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang