Part 3

67 12 1
                                    

Bandung, Indonesia
Flashback, 3 years ago

-----
Hari Jum'at adalah hari yang selalu ditunggu-tunggu oleh sebagian besar siswa Green International Highschool. Bagaimana tidak? Mereka bisa pulang lebih awal daripada biasanya & keesokan harinya mereka akan libur selama 2 hari.

Begitu bel pulang berbunyi, pelajaran Sejarah yang sukses membuat rambut rontok hampir separuh siswa harus terhenti saat itu juga. Sorakan riuh terdengar dari para siswa karena memang selain mereka tidak menyukai pelajarannya, mereka juga tidak suka dengan gurunya yang terkenal membosankan dan bikin ngantuk siapapun yang mendengarkannya sedang mengajar. Sungguh paket combo yang lengkap.

Begitu doa bersama selesai, separuh murid langsung menghambur menuju pintu kelas, sedangkan yang lainnya masih tetap berada di dalam kelas. Salah satunya adalah Nara, yang harus menunggu Freine melaksanakan salah satu tugas mulia, yaitu piket. Nara sibuk memainkan ponselnya sembari mengamati Freine yang sibuk menyapu.

"Nyapunya yang bersih, Neng. Kalo suami lo besoknya brewokan, pusing duluan yang ada." Ledek Nara yang melihat Freine tampak ogah-ogahan saat menyapu.

Freine berdecak kesal. "Kalau suaminya model Adam Levine-nya Maroon 5, gue mau kali, ah. Ravano lewat." Freine mengibaskan tangannya sambil tertawa cekikian. "Itumah nggak cuma lo, Ren, gue-nya juga mau kali."

"Inget Bang Axel, neng. Entar Abang gue ngamuk kalo dia tahu." "Bang Axel, your head. Dia kali yang naksir sama gue sampai segitunya." jawab Nara kalem. "Gue curiga, nih, Ra. Jangan-jangan lo pasang pelet buat melet Abang gue, ya?" tanya Freine dengan nada penuh curiga. Ingin rasanya Nara menimpuk Freine dengan tas sekolah kalau ia tidak ingat bahwa Freine adalah sahabat karibnya.

"Iya, nih. Peletnya manjur, kan? Pesannya khusus di malam Jum'at kemarin, hehe." canda Nara. "Astaga, calon kakak ipar gue mainnya pelet-peletan. Seram, ah." Freine pura-pura ketakutan sambil mengubah nadanya seperti nada anak kecil. "Mulai, deh, resenya." Nara mencibir Freine.

"Lo nginap aja di rumah gue nanti, Ra. Nyokap udah mulai nanya-nanyain, tuh. 'Kapan Nara main sama nginap di rumah kita lagi, Ren?'" Freine menirukan perkataan ibunya. "Nanti, deh. Gue minta izin dulu sama..." "Tante Darin? Yaelah, Ra, mau lo ga pake izinpun Tante Darin pasti ngizinin kalo cuma nginap di rumah gue."

"Ya udah, entar gue bilang Nyokap kalau malam ini gue nginap di rumah lu." Disambut teriak kegirangan dari Freine yang membuat beberapa anak di kelas itu menatap mereka keheranan.

-----
"Serius Nara bakal nginap disini?"

Axel masih tak percaya mendapati Nara dan Freine akan menaiki tangga menuju lantai 2. "Ya iyalah, Bang. Tapi ingat, gue bawa Nara nginap karena gue kangen main sama dia sampai larut malam. Bukan bantuin lo pedekatein si Nara!"

Axel hanya nyengir kuda mendengar perkataan adiknya. "Terserah apa kata lo, but thanks udah mau bawain bidadari di hati gue kesini." Nara hanya mencebik mendengar perkataan Axel. "Minggir, gue mau ke kamarnya Rein. Menuh-menuhin jalan aja lo." Axel langsung bergeser dari posisinya. "Silahkan lewat, Princess." Yang ditanggapi dingin oleh Nara.

"Syukurin." Nara masih bisa mendengar ejekan Freine kepada Axel. Nara diam-diam menyembunyikan senyum kecilnya.

-----
"Dimakan, ya, Ra. Jangan malu-malu. Tante udah masak segini banyaknya khusus buat Nara karena Tante tahu kamu bakal nginap malam ini." Kalula, Ibu dari Axel dan Freine sedang menawari Nara berbagai macam lauk pauk yang terhidang di meja makan.

"Iya, Tante. Nanti Nara ambil sendiri." ucap Nara sopan sambil tersenyum manis. Axel yang melihat senyuman itu meleleh dibuatnya.

Kapan, ya, Nara ngasih senyuman itu ke gue? Batin Axel. Mulai gak sehat, nih, kalo gue mulai ngomong ala banci ke diri sendiri. Axel memukul-mukul pipi dengan kedua tangannya.

"Bang Axel, sehat? Apa gara-gara ada Nara dinner bareng kita malam ini?" goda Freine yang melihat tingkah lucu kakak lelakinya. "Berisik, lo, curut kayang." Axel menatap Freine tajam.

"Axel, Freine, jangan mulai. Ingat, kita lagi kedatangan tamu spesial." Suara seorang pria paruh-baya membuat perdebatan kakak-beradik itu berhenti. Bima berdeham lalu menatap Nara.

"Nara yang nyaman, ya, disini. Om senang ketambahan satu anak perempuan lagi meskipun cuma semalam." "Ah, Om. Kan Nara udah sering nginap disini." Nara tersenyum mendengar perkataan Bima. Freine pura-pura batuk, sedangkan Axel menatap Ayah dan pujaan hatinya takjub.

Bila restu dari calon mertua saja sudah didapatkan, apalagi yang harus dikhawatirkan? Pikir Axel. Ah, asyik juga kalo dijadiin peribahasa jaman now.

Keluarga kecil Winata sibuk makan malam diselingi dengan obrolan ringan. Sesekali tawa mereka semua pecah akibat candaan khas Bima dan Axel yang memang sudah dikenal sebagai pria-pria humoris. Suasana hangat yang terpancar membuat Nara nyaman. Selalu begini jika dirinya sedang menginap di kediaman Freine, ia selalu disambut dengan senang hati dan diperlakukan layaknya anak sendiri.

Rasanya, Axel ingin membekukan waktu saat ini juga. Orang-orang yang disayanginya berkumpul di satu tempat yang sama dengan dirinya. Terutama, Nara yang tampak bahagia dan lepas.

Damn, gue mulai kayak banci lagi, Axel mengusap wajahnya lelah.

-----
Tengah malam. Pukul 1 pagi. Nara terbangun begitu saja dan mendapati keadaan di sekitar ruangan gelap gulita. Ia tidak bisa melihat apapun saking gelapnya. Ia dan Freine memang baru tidur pukul 12 malam tadi setelah mereka asyik mengobrol dan bercerita panjang-lebar.

"Aduh, kok mati lampu, sih." Nara mengerang. Nyawanya belum terkumpul benar, tetapi ia sudah bangkit dari kasur. Nara lupa kalau ia sedang menginap di rumah sahabatnya. Maklum, namanya juga orang kebangun.

Sesekali Nara menabrak beberapa benda, menimbulkan suara berisik yang menyebalkan, namun Nara tidak peduli. Yang ia pikirkan sekarang adalah pergi ke kamar Sandhi dan numpang tidur disana sampai lampu menyala. Nara sangat benci kegelapan.

Nara meraba-raba sekitar sampai tangannya menyentuh gagang pintu. Ia membuka pintu lalu menengok kanan dan ke kiri. Matanya masih setengah terpejam dan kesadarannya belum terkumpul benar. Nara melangkahkan kakinya ke sembarang arah, yang ia yakini arah menuju kamar Sandhi.

Nara hampir menabrak pintu di depannya kalau saja ia tidak menjulurkan tangannya untuk merasakan. Ini pasti kamar Mas Sandhi, pikiran Nara berkelebat. "Mas, aku masuk, ya?" Nara setengah berteriak di depan pintu. Tak mendapat sahutan. Tumben mas Sandhi udah tidur jam segini, batin Nara. Bodo amat, lah.

Nara mencengkram gagang pintu lalu mendorong pintu itu supaya terbuka. Ia berjalan memasuki kamar dan langsung naik ke tempat yang ia yakin itu kasur Sandhi. Nara merebahkan tubuhnya lalu kembali memejamkan matanya. Tak lama kemudian, perempuan itu sudah tertidur kembali ke alam mimpi.

-----
Pukul 4 pagi. Lampu sudah nyala kembali. Axel terbangun karena dirinya merasakan kasurnya semakin berat. Gila, apa jangan-jangan setan mulai mengganggu gue yang tampannya tiada tara gini? Pikiran Axel yang aneh-aneh mulai bermunculan. Ah, gak mungkin.

Begitu Axel menoleh ke sampingnya, ia nyaris meloncat dari ranjangnya. Axel bingung harus bahagia atau terkejut karena perempuan yang selalu menghiasi mimpinya berbaring di sebelahnya.

Ini pasti di alam mimpi, tidak diragukan lagi. Axel mencubit pipinya keras-keras lalu mengaduh sendiri. Entah bagaimana caranya alam mimpi gue pindah ke dunia nyata. Gue gak paham lagi. Axel menatap Nara yang tertidur pulas sambil tersenyum simpul.

Axel ingin menyentuh Nara. Tetapi, satu kenyataan menampar Axel keras. Mereka, kan, belum resmi. Ini semua salah. Salah besar. Axel mendengus lalu berdiri. Tak lupa dirinya bergerak dengan lamban layaknya siput, agar Nara tidak terganggu tidurnya. Axel harus pindah ke kamar tamu secepatnya, atau sesuatu yang tidak diharapkan akan terjadi. Axel berjalan dengan langkah berjingkat-jingkat lalu menutup pintu dengan hati.

-TO BE CONTINUED-
Mulmed: Hyunjin LOONA as Freine Kamilia Winata.

Author is back back back~ Aduh gak tau mau ngomong apa, tapi habis part 3 ini aku mau hiatus dulu karena aku harus UAS. Untuk readers setia Holding Souls, tetap sabar menunggu updatean ya ^^ jangan lupa vote dan commentnya.

-Big Love, A-

Holding SoulsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang