Part 6

55 6 1
                                    

Bandung, Indonesia
Flashback, 3 years ago

———
Nara menghabiskan hari libur terakhirnya dengan bermalas-malasan. Makan, tidur, bersantai, ulangi. Bagaimana tidak? Tidak ada orang yang mengajaknya main. Semua orang seakan-akan sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri.

"Bosan setengah mampus gue. Kenapa gak coba main di taman depan perumahan aja kali, ya? Jam-jam segini kan, biasanya masih sepi." Nara melirik jam dinding yang terpaku rapi di dinding kamarnya lalu tersenyum lebar.

Segera ia mengambil jaket hitam kesayangannya dari gantungan pakaian lalu memakainya dengan sedikit tergesa-gesa. Nara menuruni anak tangga 2-2 sekaligus.

"Bi Tati, Nara pamit ke taman depan perumahan, ya! Kalo Mama sama Papa udah pulang bilang aja Nara lagi mampir kesitu bentar!"

"Beres, Cah Ayu!" Sahut suara ramah dari dapur. Tidak salah lagi, itu suara Bi Tati, asisten rumah tangga di rumah Nara.

———
Matahari bersinar cukup terik siang ini. Nara tak heran mendapati taman itu dalam kondisi yang cukup sepi. Justru, Nara sangat menyukainya karena dirinya tak perlu mendengar suara ribut dari anak-anak kecil. Bukannya Nara tak suka anak kecil, hanya saja dia memang suka dengan tempat-tempat yang menenangkan.

Nara memutuskan untuk duduk di ayunan yang masih terlihat bagus dan kokoh. Ia sedikit mengayunkan ayunan itu sambil tertawa kecil. Usianya memang sudah terbilang cukup dewasa untuk bermain ayunan, namun Nara tak peduli. Nara merogoh sakunya dan mendapati earphone-nya terlipat rapi. Nara menyumbat kedua telinganya dengan benda berwarna putih itu lalu menyambungkannya pada iPod kesayangannya. Lagu Coldplay yang berjudul Yellow mengisi rongga pendengaran Nara.

Masih sambil bermain ayunan, sesekali suara merdunya mengikuti nyanyian Chris Martin yang oh-astaga-indah-sekali.

"Gue enggak nyangka bakal ada orang yang datang ke taman ini siang-siang gini."

Nara langsung menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sumber suara. Dirinya memang mendengarkan lagu dengan volume rendah, jadi ia bisa mendengar suara itu.

Lelaki itu tersenyum. Ternyata gadis ini tidak menyadari keberadaannya sedari tadi. Padahal, lelaki itu hanya berdiri di belakangnya. Mulanya ia mau mengagetkan gadis itu, namun urung ia lakukan. Dia tidak mengenal gadis ini, namun ia cukup sering melihatnya di taman sekolah. Takdir mempertemukan mereka kembali, rupanya.

Nara menoleh ke belakang. Lelaki misterius itu tersenyum tipis. Oksigen seakan-akan terserap habis bagi Nara.  Detak jantungnya semakin cepat berlari. Bukankah pria ini yang beberapa minggu terakhir sering mengunjungi alam mimpinya?

"Hai, gue Nendra. Tapi gue sering lihat lo di sekolah. Kita satu sekolah, kayaknya." Nendra menyodorkan tangannya sambil tetap tersenyum. "Hm... gu-gue, Nara." Nara melihat tangan milik Nendra cukup lama sebelum menyambut uluran tangan itu. Nendra tertawa geli. "Salam kenal, ya, Cantik."

Pyar! Rasanya terdapat ratusan kembang api yang diledakkan bersama-sama di hati Nara.

"Lo juga demen disini?" tanya Nendra santai, lalu duduk di ayunan yang terletak persis di sebelah Nara. Nara menganga, namun dengan cepat ia berhasil mengontrol dirinya kembali.

"Y-ya, gue demen disini." Sial, kemana kemampuan bicaraku pergi? Batin Nara berteriak kesal.

Nendra terus saja melontarkan berbagai pertanyaan, dan hanya dijawab Nara seadanya. Bukannya ia berniat bersikap jutek kepada Nendra, namun Nara menjaga tingkahnya yang bisa-bisa berada di luar batas. Berada di dekat orang yang menarik hatinya memang berbahaya.

"Lo orangnya kalem banget, ya. Tipe cewek gue yang begini, nih."

Kalem banget gundulmu! Belum aja liat kalo gue berubah jadi siluman singa lapar. Batin Nara berteriak kesal.

Tiba-tiba, terdengar nada dering dari ponsel seseorang. Merasa tidak membawa ponsel, Nara menoleh ke arah Nendra. Nendra merogoh saku celananya lalu mengambil ponselnya yang meraung-raung. "Nyokap gue," Kata Nendra tanpa ditanya oleh Nara. Nendra langsung mengangkat telepon itu. "Halo, Ma?"

Tidak mau dianggap tukang nguping, Nara membiarkan Nendra bercakap dengan Ibunya dan lebih berfokus kepada lagu yang saat ini sedang diputar iPod-nya.

"Sorry, Ra, gue harus pergi sekarang. Nyokap butuh bantuan." Nendra berdiri lalu menatap Nara, sedangkan yang ditatap sibuk menyembunyikan pipinya yang memunculkan semburat merah. "Gue harap gue bisa ketemu sama lo lagi di sekolah, besok. See you later, Beautiful." Dan Nendra langsung berlalu pergi begitu saja. Padahal Nara belum menjawab perkataan Nendra

Nara mengamati punggung kokoh Nendra  dari jauh dan suara hatinya berbisik,"Gue juga mau ketemu sama lo besok, Nendra."

——TO BE CONTINUED——
Multimedia: Lee Taeyong NCT as Ganendra Pramudya Mahenra.

Akhirnya setelah sekian lama saya bisa update lagi. Saya mau curcol dikit, nih. Waktu ngerjain HS part 6, tiba tiba saya dapet kabar buruk. Idola saya, Kim Jonghyun, meninggal :") Dan langsung mengacaukan segala kegiatan yang lagi saya kerjakan. Termasuk, nulis part 6 ini. Ternyata hilang moodnya keterusan karena saya sendiri pun ada masalah pribadi heol. Tapi untung semuanya udah selesai dan beberapa hari ini saya udah bisa nulis lagi.

Oh iya, buat para readers tersayang, semoga kalian suka ya *cium jauh* maaf juga kalo masih rada flat, namanya juga baru balik dari hibernasi;( Tapi saya ngetik ini pake perasaan sama hati kok ekekeke.

See you in part 7!

-Regards, A-

Holding SoulsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang