Bandung, Indonesia
Flashback, 3 years ago.-----
Nara membuka matanya dengan hati yang berbunga-bunga. Baru saja ia terbangun dari tidurnya. Namun, bukan itu yang membuatnya begitu senang. Karena Nara memimpikan Nendra, sang pujaan hati yang baru.Ketika Nara menatap langit-langit kamar, ia sedikit mengerinyit. Setahunya, dirinya tidur bersama Freine di kamar milik Freine. Langit-langit kamarnya tidak seperti ini. Begitu ia memutuskan untuk duduk, Nara hampir berteriak kencang kalau saja tangan seseorang tidak sigap membekap mulutnya.
Axel menatapnya dengan pandangan yang aneh, tidak seperti biasanya. Tidak ada candaan atau tatapan yang biasa ditampilkan oleh Axel. Nara tahu, lelaki didepannya ini sedang menjelma menjadi pria dewasa yang serius. "Gue janji akan menjelaskan semuanya kalau lo mau diam sebentar." Nara mengomel dalam bekapan Axel. "Oh, iya, benar. Janji, ya, kalo gue lepas tangan gue dari mulut lo, lo nggak akan teriak?" Nara mengangguk kencang. Axel menarik tangan dari mulut Nara.
Nara langsung menghela nafas lega. "Gila, ya, lo! Sekarang jelasin ke gue, kenapa gue bisa ada di kamar lo? Lo nggak ada niat buat..." Nara menggigit bibir bawahnya, menghentikan ucapannya sendiri ketika Axel tertawa geli. "Apa yang lucu?" tanya Nara galak sambil mempelototi Axel. "Tenang aja, Ra, meskipun gue naksir lo setengah mati, tapi gue tetap tidak berselera dengan body lo yang 11-12 dengan papan triplek," ejek Axel.
"Sembarangan! Gini-gini gue masih bisa disamain sama Kendall Jenner, ya!" sungut Nara. "Jadi dengerin cerita gue, nggak?" tanya Axel dengan sabar. "Ok, sekarang jelasin kenapa gue bisa tidur di kamar lo." Axel menghela nafas. "Tadi pagi, gue sempat kebangun. Gue ngerasa kasur gue berat di sebelah, begitu gue lihat ternyata lo udah tidur di sebelah gue. Akhirnya, gue mutusin buat pindah ke kamar tamu daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan." Axel berkata dengan jujur. "Lo nggak bohong, kan? Lo memang nggak bawa gue dari kamar Freine, kan?" tanya Nara sambil menyipitkan matanya.
"Suer tekewer-kewer, Ra. Mana mungkin gue senekat itu, sih? Meskipun gue naksir lo, tapi itu bukan berarti gue sampai segitunya." Axel menatap mata Nara, yang ditatap pun menjadi sedikit salah tingkah. "Mmm, yaudah, deh. Gue percaya, kok." Nara menyerah. Ia percaya begitu saja dengan Axel karena memang setahunya Axel adalah seseorang yang selalu berkata jujur. Meskipun kejujuran itu pahit, namun Axel takkan mengatakan kebohongan sekalipun kebohongan itu manis rasanya.
"Lo sekarang mending pindah ke kamar Freine. Gue takut dia udah bangun terus nyariin lo, tapi lo nya ada disini. Masih jam 6, orang-orang di rumah masih pada tidur. Cuma Bi Inah sama Mang Tarjo yang udah kerja dari tadi Shubuh." Axel mengusap rambut Nara, yang tak ditolak oleh gadis itu.
Nara melihat ke arah dirinya sendiri. Pakaian piyamanya masih lengkap tanpa kekurangan suatu apapun. Nara langsung meloncat dari kasur Axel lalu berlari kecil keluar dari kamar Axel dan menutup pintunya tanpa berkata apa-apa lagi. Axel yang mengamatinya sedari tadi menahan tawanya.
"Mata Nara kalau bangun tidur cantik. Coklat muda, sewarna dengan karamel." gumam Axel, lalu mengusap wajahnya gusar.
-----
Nara menuruni tangga dengan anggun. Ia sudah tampil cantik dengan kaus longgar berwarna putih serta celana training yang senada dengan kausnya. Nara sengaja menguncir kuda rambutnya, membuatnya tampak lebih segar. Freine menyusul di belakangnya, tampilannya sama dengan Nara namun rambutnya masih basah dan digerai, handuk berada di atas kepalanya.Kalula yang melihat putri dan sahabat putrinya tersenyum lebar. "Ah, princess-princess sudah pada bangun, ternyata. Ayo, sarapan bareng." Nara dan Freine mengangguk kecil lalu menarik kursi masing-masing. "Papa sama Bang Axel kemana, Ma?" Tanya Freine, sedangkan Nara hanya diam saja. "Papa masih tidur, kasihan dari tadi malam lembur. Kalo Axel udah pergi dari tadi pagi, pamitnya mau basket bareng temen-temennya. Sama kakaknya Nara juga." jawab Kalula. "Oh, berarti Mas Sandhi ikut, ya, Nte?" Kini giliran Nara yang bertanya. "Mungkin iya."
"Basket? Sepagi ini? Tumben banget." Freine mengolesi roti tawar dengan selai rasa stroberi. Nara sendiri sudah menikmati roti tawar dengan selai coklat. Dilahapnya roti tawar itu membuat Kalula tertawa kecil. "Makan yang banyak, Ra, jangan malu-malu. Kalau perlu, nambah lagi aja." "Sudah cukup, kok, Tante." jawab Nara dengan nada lembut.
Pagi itu keluarga Winata sarapan dengan formasi tidak lengkap, namun Nara tetap bersyukur karena ia masih bisa merasakan hidup dan nikmatnya sarapan.
-----
Hari Sabtu, Nara masih menikmati hari liburnya. Kini giliran Freine tiba untuk bergantian menginap di rumah Nara. Rumah Nara dan Rumah Freine memang satu kompleks perumahan, hanya saja berbeda blok. Mereka bisa berjalan kaki selama beberapa menit. Mereka berdua sudah berpamitan dengan Bima dan Kalula, untung saja orangtua Freine sudah mengizinkan. Tentu dengan beberapa pesan dari Kalula yang terkesan menceramahi Freine, membuat Freine sedikit kesal. Axel belum pulang daritadi pagi. "Kalau cowok-cowok udah ngumpul, bakal lama Bang Axel mah," kata Freine."Halo, tante!" Freine menyapa Ibu Nara, Darin, dengan ramah. Darin yang sedang bersantai menonton televisi pun terkejut mendapati tamu tak terduga. "Halo, Rein. Nginap di rumah Nara malam ini?" tanya Darin. Freine dan Nara secara bergantian mencium tangan Darin. "Iya, Ma. Mama nggak keberatan, kan?" Darin tersenyum lembut. "Nggak, kok. Selamat datang di rumah kami, Rein. Anggap saja seperti rumah sendiri, ya, jangan sungkan-sungkan." Darin menepuk bahu Freine.
Ayah Nara, Dalvin , sedang tidak berada di rumah karena ada urusan pekerjaan di luar kota. Begitu juga Sandhi, yang kata Lala bermain bersama teman-temannya termasuk Axel.
"Ra, gue bosen banget, deh. Suruh Alody sama Vanya kesini, gih. Atau jalan-jalan kemana gitu." Freine merengek kepada Nara, yang ditanggapi gadis itu dengan datar.
"Hm, yaudah, gue chat ke grup bentar." Nara mengambil ponsel berwarna biru muda itu dari atas meja belajar lalu membuka aplikasi chatting.
Badai Gurlz (4)
Nara A. : Test
Nara A. : Ada anak ribut minta jalan-jalan. What should I do? *send sad sticker*
Vanya Angelista: Pasti Rein?
Vanya Angelista: Yaampun itu anak haus jalan-jalan banget apa kalo liburan?
Freine: Biarin. Suka-suka cecan.
Freine: Ayolah, Nya, Dy, masa kalian sama-sama gak berkepericecanan sama bidadari? Kalian mau tega kayak Nara juga? :(
Nara A.: Ekhem, demi lo gue bela-belain chat grup sepagi ini loh. Mana makasihnya?
Freine: Hehe, makasih masa depannya Bang Axel!
Nara A.: Najisin jangan?
Alody Almaretta: Sebenarnya, gue sama Vanya udah punya rencana mau ngajak kalian berdua ke suatu tempat.
Freine: Kok kalian berdua gak ngasih tau gue sama Nara cih? :((
Nara.A: Najis emot lo. Kek bocah TK ngidam permen.
Vanya Angelista: Ya biar kejutan, gitu.
Vanya Angelista: Gimana, nih, Dy? Jadi kan rencananya?
Alody Almaretta: Jadi. Oke, Nara sama Freine harus siap jam 7 malam tepat. Nggak ada kata terlambat. Gak usah dandan seheboh tante-tante haus belaian juga, santai aja. Gak usah bawa mobil sendiri, bakal gue dan Vanya jemput.
Freine: Huh????????
Freine: Emang kita mau kemana??????
Freine: Yang jelas kalian gak bakal nyulik dedek, kan?!
Freine: Dedek masih polos qaqa:(
*just read by Vanya Angelista, Alody Almaretta, Nara A.*Nara mematikan ponselnya setelah mengecek beberapa notifikasi pesan. Tidak ada yang menarik. Nara bisa merasakan tatapan bertanya-tanya dari Freine.
"Jangan ngerecokin gue. Yang penting, kita udah harus siap-siap jam 7 malam."
-TO BE CONTINUED-
Multimedia: Hyunjin STRAY KIDS as Axel Nathaniel Winata.Astaga rekor banget ga sih aku ngetik sebegini banyaknya habis hiatus XD ? Hope u like it guys, sebenarnya aku udah kelar UAS dari kemarin tapi mood untuk menulis baru sekarang:( I'm so sorry. Maaf kalau fc dari Axel mengecewakan, aku kurang bisa menentukan fc dan aku sendiripun seorang Kpopers yang pastinya lebih update tentang Kpop things lol. Psstt, fc dari Nendra juga artis Korea loh. SIAPA? nanti juga tau. See you pai pai~
-Big Love, A-
KAMU SEDANG MEMBACA
Holding Souls
Teen FictionApa yang akan kau pikirkan ketika kau mengetahui bahwa aku memiliki 2 jiwa yang berbeda? Yang takkan pernah kau sangka sama sekali? Mungkin kau mengenal dan menjalin hubungan yang erat dengan salah satu jiwaku, tetapi apakah kau bisa mengenali jiwak...