Part 7

25 6 0
                                    

Flashback, 3 years ago.
Bandung, Indonesia.

————

Nara menusuk batagor yang lezat itu dengan garpu, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Sungguh apes, saat ini dia hanya sendirian menikmati hidangan di kantin. Teman-temannya yang lain sedang mengurus urusan mereka masing-masing, entah apa itu.

Kan, jadi kelihatan banget jomblo-nya, begitu pikir Nara saat ini.

Sembari memakan batagornya, Nara membuka ponselnya lalu mengecek media sosial yang biasa ia gunakan. Tidak ada notifikasi yang penting. Nara menghela nafas lelah, lalu kembali men-scroll timeline media sosialnya itu.

Hingga akhirnya ia menemukan postingan baru dari Nendra, yang di post 3 jam yang lalu.

❤️ 786likes | 159commentsganendrapm no caption needed, still handsome as fuck

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤️ 786likes | 159comments
ganendrapm no caption needed, still handsome as fuck.

"Yaampun, kok makin cakep aja, sih?" Gumam Nara, lalu kikihan kecil muncul dari bibirnya. Tak lupa Nara memberi tanda 'love' di postingan Nendra. Lalu Nara mengarsipkan postingan Nendra. "Lumayan, lah, ya, buat dilihat sebelum tidur."

Merasa bosan dengan kegiatan yang ia lakukan, Nara mematikan ponselnya lalu segera menghabiskan batagor yang masih tersisa. Nara berdiri dan berjalan menuju ke gerobak batagor untuk membayar.

Saat akan membayar, Nara merogoh-rogoh tas ranselnya. Namun ia tak mendapati dompet berwarna peach kesayangannya itu. Dengan panik Nara membongkar seluruh isi tasnya.

"Yah, kok kagak ada sih?!" gumam Nara kesal sembari mengecek isi kantong tasnya satu-persatu. Padahal Nara termasuk penganut 'pantang membuat hutang di kantin'.

"Kenapa, Neng? Kagak bawa duit?" tanya si penjual batagor. "Iya nih, Kang! Ilang dompet saya!"

"Biar gue aja yang bayar." Seorang lelaki tiba tiba muncul & langsung mengeluarkan dompet dari saku celana seragamnya, lalu memberikan selembar sepuluh ribuan kepada si penjual batagor yang diterima dengan senang hati.

Nara tidak dapat mengenali si penyelamat sampai lelaki itu membalikkan badannya.

"Loh, Nendra? Kok lo ada disini?"

——

"Lucu ya, kita ketemu buat yang kedua kalinya di kantin. Mana lo pake drama dompet ilang segala, lagi." Kata Nendra santai sambil memakan baksonya. Sedangkan perempuan yang ada di depannya hanya terdiam, memandang Nendra dengan tatapan merasa bersalah sekaligus malu.

"Tenang aja, gue bakal ganti duit lu, kok! Janji!" ucap Nara berapi-api yang langsung membuat Nendra tertawa geli. "Buat apaan? Udah, anggep aja gue traktir temen baru gue."

"Tapi gue masih ngerasa nggak enak sama lo!"

"Udah dibilangin gue gak masalah. Lupain aja, oke?" Nendra meminum es tehnya. Yang membuat Nara semakin salah tingkah adalah tatapan Nendra yang begitu tajam & mempesona.

"Emm.. y-yaudah kalo itu mau lu, deh." Nara akhirnya menyerah, membuat Nendra menyunggingkan senyum mautnya.

"Lo sebenernya kelas berapa, sih?" Tanya Nendra penasaran. "Oh, gue di XI IPS-2. Kalau lu?" Meskipun Nara sudah tahu kelas Nendra, tetap saja ia menanyakannya. Demi memperpanjang percakapan. "XI IPS-3. Jadi kelas kita tetanggaan, nih?"

Nara tertawa mendengar perkataan Nendra. "Yeah, kira-kira gitulah."

"Jadi boleh dong kalo gue sering-sering mampir ke kelas lu?"

Untung saja Nara sedang tidak meminum atau memakan apapun, kalau iya pasti dirinya sudah tersedak saat Nendra berkata seperti itu.

"Y-yahh.. itusih terserah lo aja, Ndra." Nara tertawa canggung.

"Ya udah. Gue mau balik ke lapangan, dalam. Futsal. Lu kagak ada acara lagi kan?" Nendra berdiri, diikuti Nara. Nara menggelengkan kepalanya. "Nggak, emang gue niatnya habis makan batagor langsung pulang."

"Butuh gue anter pulang?"

"Eh, nggak usah! Makin ngerepotin aja gue ntar." Tolak Nara mentah-mentah, padahal sebenarnya dia menginginkan hal itu. Jarang-jarang, kan?

"Lagian gue bareng temen-temen gue, kok. Lu pasti kenal Vanya sama Alody." Lanjut Nara. "Oh, mereka temen-temen lu? Iya, kenal." Nendra mengangguk-anggukan kepalanya. Kini mereka berjalan saling beriringan menuju ke parkiran. Mereka berdua terdiam. Situasi jadi canggung.

"Itu kayaknya temen-temen lo?" Tanya Nendra sesampainya di parkiran. Nara menyipitkan matanya, mengamati mobil matic seri berwarna putih keluaran terbaru milik Vanya. "Eh, iya. Udah ditungguin daritadi ternyata guenya."

"Sebelum lo pulang, gue boleh minta ID Line lo?"

——

"OH MY TU DE GAT, LO TADI NGAPAIN SAMA SI ANAK BARU, RAAA?"

"Please, Ren. Jangan teriak-teriak di telinga gue. Sakit." Dengus Nara sambil menutup kedua telinganya dengan tangan.

"Wahgelaseh lu Ra, deket sama anak baru kok gak cerita-cerita. Mana anak barunya modelan kayak Ganendra, lagi." Celetuk Vanya sambil menyetir.

"Guys, gue dan Nendra tuh nggak sedekat yang kalian berdua bayangkan." Gerutu Nara. Sedangkan Alody asyik menjadi penonton setia persidangan seorang Kanara Adyatama.

"JADI LO UDAH MANGGIL DIA NENDRA? WUIH, TANDA-TANDA BENERAN INI MAH!" Sahut Freine semakin heboh, bahkan suara musik yang diputar radio tape saja kalah dengan teriakan Freine.

"Udah-udah, kasian Nara ini direcokin mulu." Lerai Alody. Dia memang selalu menjadi penengah ketika situasi sudah ribut seperti ini.

"Ah gak asyik, lo, mah." Ucap Freine lesu lalu menatap ke arah luar jendela mobil, terdiam lama. Hening seketika.

Nara tersenyum-senyum saat mengingat kembali pertemuannya barusan dengan Nendra, saat ia mengiyakan permintaan Nendra dan dengan sukarela memberikan ID Line-nya.

Hari ini begitu indah dan cerah.

—- to be continued —-

YOHOOOEEEE AKHIRNYA AKU BISA KAMBEK GAES! GIMANAA? ADA YANG KANGEN BERAT GA? Setelah melalui perjuangan yang cukup beradh akhirnya kubisa melanjutkan lagi:") TISU MANA TISU?

Yeap, kalian pasti terkejut kenapa aku melakukan revisi dadakan (mana revisinya 'lumayan' banyak, lagi, sekitar 85%-an) karena berbagai faktor (misal aku udah nggak sreg, ganjel, dsb) tapi akhirnya selesai juga huhuhu~

Maaf yaaa kalo part 7 ini terlalu pendek, namanya juga baru kambek jadi masih agak kaku gitu ㅠㅠ Diusahakan nanti di part 8 agak bagusan & panjangan dikit deh yaㅋㅋㅋ

Oh iya guys, aku juga butuh pertolongan dikit nih. Karena saking banyaknya revisi dadakan yang aku lakukan, dan mungkin karena aku kurang fokus atau gimana, tolong nanti kalo kalian nemuin typo atau kesalahan penulisan tokoh (ex: Vanya jadi Nadia, Nendra jadi Rafka) please, tell me! Beberapa tokoh memang aku ganti namanya dengan alasan khusus. Jadi tinggal bilang ke aku dan voila, aku bakal langsung memperbaiki ketypoan itu hehe~

'Key, kayanya udah cukup ya aku cuap cuap. See you in the next chapter!

XOXO, J✨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Holding SoulsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang