#Day3 : Midnight Secret

529 11 0
                                    

Emma berjalan sambil mengikuti Eda yang berjalan dengan sangat bersemangat di depannya. Sejak mereka bangun tadi padi hingga saat ini ketika mereka berjalan bersama dengan mahasiswa baru yang lain menuju ke Gedung Oval, Eda tidak henti-hentinya menceritakan segala hal yang dia ketahui tentang kampus mereka ini. Sangat mirip dengan sebuah radio berjalan. 

"Dan setelah kita selesai masa orientasi ini, kita nggak langsung dianggep sebagai mahasiswa baru sama kakak kelas, Em. Kita harus menjalani masa kepemanduan selama setengah tahun, setelah itu akan ada Anastomisis, semacam kayak makrab akhir semester gitu dan kita bakalan resmi menjadi mahasiswa baru," kata Eda. 

"Waktu semester dua?" tanya Emma sambil mengimbangi kecepatan berjalan Eda. 

Eda mengangguk dengan bersemangat, "Awal semester dua," 

Mereka berdua kemudian berjalan memasuki sebuah lorong besar yang menampakkan foto-foto setiap angkatan dan daftar penghargaan yang diterima kampus ini pada sisi kanan dan kiri lorong. Di bagian tengah terpasang beberapa bendera yang menampakkan simbol kampus ini dan beberapa moto sekolah yang tertulis dengan jelas. Wherever the art of medicine is loved, there is also a love of humanity. 

Hippocrates.. kata Emma dalam hati.

Setiap mahasiswa langsung berjalan menuju ke kursi mereka masing-masing. Eda menarik Emma dan mereka berdua langsung duduk di kursi yang berada di lantai dasar Gedung Oval itu. Emma hanya terdiam dan memperhatikan arsitektur yang ada di dalam ruangan ini. Sejak dulu sebenarnya Emma memiliki ketertarikan akan seni dan arsitektur, tetapi karena Om Kamal juga memiliki pekerjaan sebagai arsitek -begitu pula dengan anak menyebalkannya, Betha- Emma memutuskan untuk tidak lagi tertarik pada bidang ilmu pengetahuan tersebut. 

Seorang gadis berdiri di tengah podium dan membuka acara ini bersama dengan seorang laki-laki yang berdiri di sampingnya. Emma tidak begitu mempedulikan mereka. Dia hanya ingin acara ini cepat selesai dan dia bisa kembali ke kamarnya. Kedua matanya bergerak mengamatin apapun yang ada di dalam ruangan ini. Hingga kedua matanya berhenti pada deretan beberapa orang yang duduk di atas podium - tepat di belakang pembawa acara. Di sana duduk beberapa orang dalam balutan jas berwarna abu-abu gelap, seragam almamater mereka.  

Emma mengamati setiap orang yang duduk di bangku itu dengan seksama dan kemudian tiba-tiba saja dia menemukan seseorang yang tak pernah dia sangka akan duduk di depannya hari ini. Emma mengerjapkan matanya beberapa kali dan orang itu masih saja duduk di sana. Mata orang bergerak mengamati orang-orang yang ada di depannya hingga akhirnya kedua mata mereka saling bertemu. Raut keterkejutan terlihat jelas di keduanya. Emma tidak pernah tahu kalau Andromeda adalah seorang mahasiswa kedokteran dan parahnya lagi, Emma TIDAK PENAH TAHU kalau Andromeda juga bersekolah di sekolah kedokteran yang sama dengannya. 

"Dan berikut ini adalah sambutan yang akan disampaikan oleh Ketua Steering Committee kita, Andromeda,"

"Lihat! Lihat! Dia dulu Ketua DPM di kampus, Em," kata Eda sambil berbisik di sampingnya.

Emma menoleh sekilas pada Eda dan kemudian kembali memandang 'mantan-calon-tunangnya'. Dia terlihat bingung beberapa saat dan kemudian menoleh pada laki-laki yang duduk di sampingnya. Dia mengatakan sesuatu dan terlihat panik. Pembawa acara dari acara ini telah memberikan microphone ke arahnya. Dia masih terdiam dan kemudian laki-laki yang duduk tepat di sampingnya berdiri mengambil microphone itu. Dia berjalan ke tengah podium dan terdiam untuk beberapa saat. 

Emma memandang laki-laki itu dengan tatapan ingin tahu. Sesaat kemudian laki-laki itu juga menoleh ke arah Emma. Mereka saling berpandangan selama beberapa saat. Laki-laki itu menghembuskan napas panjang dan kemudian memulai sambutannya. 

Today, Yesterday, and TomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang