🌸🌸🌸
Sesuai dengan ucapannya semalam, pagi ini Adi sudah berdiri di depan rumah Binar menjemput sahabatnya itu untuk berangkat sekolah bersama. Memang mereka selalu berangkat bersama setiap hari, hanya saja kemarin Adi tidak datang menjemputnya karena Binar bilang Dion yang akan mengantarkannya ke sekolah.
Adi memarkirkan motor besarnya di halaman rumah Binar, ia pun menunggu dengan bersandar di motornya sambil merapihkan rambutnya dengan menyisirnya menggunakan tangan.
Sepertinya menunggu Binar di sini akan terasa bosan, mengingat ia datang menjemputnya terlalu pagi. Diliriknya arloji yang melingkar di tangannya, menunjukkan pukul 6.15 a.m., membuat Adi berpikir akan lebih baik jika ia menunggunya di dalam saja sambil ikut sarapan. Kebetulan sekali perutnya belum diisi.
"Assalamu'alaikum..." ucapnya sesampainya di depan pintu sambil mengetuk pintu rumah sahabatnya. Terdengar jawaban salam dari dalam, dan tak lama pintu itu pun terbuka.
"Eh.. Adi, ayo masuk. Tumben ketok pintu dulu. Binar nya baru selesai mandi tadi lagi dandan. Kamu sarapan dulu aja." Ucap wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang bisa dibilang sudah tidak muda lagi.
"Siap Tante.. Tante emang paling tau aja kalau Adi belum sarapan," kekeh Adi pelan, lalu ia masuk ke dalam rumah itu dengan santai.
Akhirnya Adi pun ikut sarapan dengan orang tua Binar. Sambil berbincang dan tertawa membuat mereka terlihat sangat akrab. Adi memang tidak merasa segan mengobrol dan bercanda dengan orang tua Binar, karena sudah menganggapnya seperti orang tuanya sendiri. Sudah tidak ada lagi kejaiman di antara mereka. Bahkan Adi pun sudah cuek meledek Binar di depan orang tuanya Binar. Itu menjadi hal yang biasa.
Akhirnya sosok yang ditunggu sedari tadi pun akhirnya menampakkan batang hidungnya. Binar terlihat menghampiri meja makan dengan tangan yang sibuk memasangkan dasi.
"Kamu lama sekali sih, Nak. Lihat...Adi yang menunggu mu sampai sarapannya aja udah habis dari tadi." Ucap Pada Erik.
"Ya.. itu sih Adi nya aja yang lagi kelaparan, Pah." Sahut Binar yang sekarang sudah duduk di kursinya bersebelahan dengan Adi.
"Ye..enak aja bilang gue kelaparan. Lagian nih ya, gue tuh cuman memanfaatkan kesempatan yang ada. Mama lo sendiri yang nawarin... iya 'kan Tante?" menoleh ke wanita yang hanya tersenyum geli melihat kelakuan dua remaja di hadapannya ini. Mamanya Binar––Cinta, sudah tidak aneh lagi melihat percek – cokkan antara anaknya dengan sahabat kecil putrinya itu.
"Lah kok malah diem? Cepet makan sarapannya, nggak usah ngeliatin gue gitu. Gue tau gue ganteng." Narsis Adi yang membuat Binar memutarkan bola matanya. "Udah mah dandan lama, sarapan juga lama, putri solo sekali." Cibir Adi membuat gadis di sampingnya melayangkan cubitan maut di pinggangnya.
"Aw!"
"Adi!"
"Udah buruan deh.. nggak usah cemberut gitu. Nih liat sekarang udah jam setengah tujuh lebih lima menit dua belas detik mau ke tiga belas detik. Eh udah melewati." Ucap Adi sambil memperlihatkan jam tangannya ke arah Binar.
"Iya iya! Bawel sih ya." Sahut Binar dengan ketus.
***
Adi dan Binar pun sampai di parkiran sekolah tepat saat bel masuk berbunyi. Binar melepaskan helm dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Untung saja jalanan tidak terlalu macet, dan itu membuat Adi yang membawa motor besarnya seperti kesetanan.
"Gila ya lo, awas aja kalau lo bonceng gue kayak gitu lagi. mau bikin gue jantungan apa? Kalau lo mati, mati aja sendiri jangan ajak – ajak gue. Gue masih sayang sama nyawa gue." Dumel Binar sambil memberikan helm nya pada Adi. Lalu ia pun merapikan rambutnya yang menjadi kusut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us
Teen FictionBinar sudah tidak heran akan tingkah laku Adi sahabatnya yang super absurd. Sepertinya semua sikap ada pada diri Adi. Di satu sisi sahabatnya itu memang ia akui tampan dan cool, tapi di sisi lain tingkahnya menyebalkan. Ia tengil, jahil, petakilan...