3. Menantu(?)

23 7 1
                                    

🌸🌸🌸

Sore ini Adi sudah berada di rumah Binar yang sedang asik bermain PS. Ia terlihat sangat fokus memainkan permainan sepak bolanya. Binar juga suka bermain PS sedari mereka kecil. Maka dari itu orang tua Binar membelikannya, tetapi dengan syarat anaknya harus tahu waktu dan tidak lupa meluangkan waktunya untuk belajar.

Orang tua Binar juga sudah biasa melihat PS anaknya sering dimainkan oleh Adi karena mereka juga tahu bahwa Adi pun sangat menyukai PS. Orang tua Binar bilang kalau mereka membelikannya untuk Binar dan Adi. Karena Adi juga sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Jadi sudah bukan hal yang aneh lagi jika PS nya sering dipakai oleh Adi. Karena bagi Adi juga itu sudah menjadi miliknya sendiri.

Biasanya Adi dan Binar akan memainkannya waktu sore hari. Itu juga dijadwal. Tidak boleh memainkannya setiap hari dan juga tidak boleh lebih dari dua jam.

Malam harinya adalah waktu mereka untuk belajar. Memang tidak selalu setiap hari Adi mengunjungi rumah Binar malam – malam untuk belajar bersama. Lebih tepatnya Adi akan mengunjunginya jika ada tugas dari sekolah. Ya, Sahabatnya itu memang datang jika ada maunya saja.

Binar sudah sangat hapal kalau Adi tidak datang ke rumahnya untuk belajar bersama, itu tandanya tidak ada tugas dari sekolah, jadi Binar hanya belajar sendiri saja. Sahabatnya itu memang anak yang pemalas sebenarnya. Toh jika mereka mengerjakan tugas bersama pun, kebanyakan Adi hanya menyalin tugas milik Binar dari pada mengerjakannya sendiri.

Kini mereka sedang berada di ruang tengah. Adi yang masih terlihat asik sendiri memainkan permainan sepak bola kesukaannya, dan Binar hanya menonton tak jauh dari tempat Adi duduk sambil memakan cemilan buatan Mamanya. Tak lupa Mamanya Binar--Cinta pun turut ikut bergabung bersama Binar menonton permainan sepak bola Adi.

Mama Cinta memang tidak bekerja, semenjak melahirkan Binar ia memutuskan untuk tidak bekerja saja, dan memilih untuk fokus menjadi ibu rumah tangga. Jadi cukuplah Papa Binar saja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Berbeda dengan keluarga Adi yang kedua orang tuanya sama – sama bekerja. Wajar saja jika sore harinya Adi sering berkunjung ke rumah Binar, mengingat di rumahnya tidak ada siapa – siapa selaini asisten rumah tangganya.

Ya, Adi memang anak tunggal. Sedangkan Binar, ia memiliki seorang kakak laki – laki yang bernama Bhakti Yuda. Namun Kakak Binar sudah bekerja, maka dari itu Kakaknya jarang berada di rumah.

Yuda memutuskan untuk tinggal di apartemen yang dekat dengan tempatnya bekerja. Karena jarak dari rumah ke tempat bekerjanya cukup jauh jika harus pulang pergi. Jadi Yuda hanya pulang setiap hari minggu saja atau saat ia libur.

"Goal!! Edaannn... mantap."

Dilihatnya Adi yang bersorak ketika ia berhasil memasukan bola ke dalam gawang lawannya dengan semangat. Namun kesenangannya tidak bertahan lama setelah mendengar celetukan orang di belakangnya.

"Lebay. Biasa aja kali, baru cetak goal satu doang."

Adi pun menoleh kea rah sumber suara yang merusak kesenangannya. "Ye.. biarin. Sirik aja lo. Mendingan gue walaupun lama tapi akhirnya menang dari pada lo, kalah mulu." Ledeknya.

"Oh iya, tumben lo hari ini nggak pulang malem lagi. Bosen juga 'kan tiap hari jalan bareng pacar mulu mah." Tambahnya yang sekarang ia sudah tidak menoleh pada Binar lagi, namun sudah fokus memainkan permainannya lagi.

Ya, tadi saat Adi datang ke rumah Binar, tumben sekali Binarnya sudah ada di rumah. Mengingat beberapa belakangan ini Binar selalu tidak ada di rumahnya tatkala Adi datang ke rumahnya. Alhasil Adi memilih kembali pulang saja, walaupun Mama Cinta menyuruhnya untuk menunggu Binar pulang di rumahnya.

Tetapi Adi tetap memilih untuk pulang. Setelah merasa kebosanan sendirian di rumahnya, ia memutuskan pergi keluar untuk berkumpul dengan teman – teman sekawannya yang lain.

"Siapa juga yang bosen, orang tadi Dion cuma bisa nganterin gue pulang aja karena dia hari ini lagi ada keperluan kok. Berprasangka buruk mulu sih lo, pamali tau." Balas Binar dengan mulut yang masih dipenuhi makanan.

"Cih, gue yakin lama – kelamaan juga bakal bosen lo. Liat aja."

"Kok lo doain gue kayak gitu sih? Jahat banget." Binar mengerucutkan bibirnya.

"Gue cuma nggak mau lo dengan orang yang nggak tepat. Dan Dion adalah salah satunya. Gue selalu bilang kalau Dion itu nggak seperti malaikat yang lo kira. Dia nggak sebaik itu, Bi."

"Ya, ya, ya.. terserah lo ajalah. Maklum jones dia Maa, jadi ya gitu sukanya nyinyirin orang mulu." Binar menoleh pada Mamanya yang berada di sampingnya.

Mama Cinta hanya terkekeh, ia menggelengkan kepalanya saja jika sudah mendengar ledekan dua anak itu yang sesekali membuatnya terkekeh geli melihatnya. Mereka itu sangat lucu jika sudah saling meledek.

"Tante Cinta, kok Tante ngebiarin Binar pulang malem sih. Dia 'kan anak perempuan, kata orang anak perempuan nggak baik keliaran malem – malem, anak perempuan yang baik tuh kalau udah maghrib diem di rumah, nggak keluyuran." Adi yang kali ini mengajak ngobrol dengan Mama Cinta, namun pandangannya tetap fokus ke layar persegi panjang di depannya. Melanjutkan kembali permainannya.

Mama Cinta hanya tertawa pelan, "Iya.. nanti Tante marahin Binar kalau dia pulang malam lagi, tenang aja."

Cinta langsung mendapat delikan kesal dari Binar. "Ih..Mama kok gitu sih, malah belain Adi," Binar langsung cemberut.

"Lagian kamu sih bandel. Kemarin – kemarin Mama 'kan juga udah ingetin jangan pulang malem terus, tapi kamunya tetep aja ngeyel."

"Ya.. marahin aja Tante nanti mah. Atau lain kali tampol aja Tan nanti kebiasaan." Ucap Adi santai.

"Apaan sih lo! Dasar kompor meleduk," Semprot Binar melihat aksi Adi yang terus berusaha mengompori mamanya.

"Pake duaaarrrr- ngga?" celetuk Adi.

"Udah, udah.. kalian ini kayak anak kecil aja berantem terus." Kilah Mama Cinta

"Adi nya tuh Ma, yang mancing Binar terus." Binar menunjuk – nunjuk ke arah Adi seperti anak kecil yang sedang mengadu pada ibunya. "Lagian 'kan Binar juga jalannya sama pacar sendiri bukan orang asing. Binar pasti aman kalau sama Dion."

"Cih! Yang jelas aja. Tolong bilangin Tante sama anak Tante, dia itu akan selalu aman kalau sama Adyan-Dirga-Irgafsyah seorang." Ujarnya dengan menekankan kata - kata terakhirnya.

"Oh ya?!" Binar meremehkan tidak yakin.

"Yes of course," Adi mengangguk dengan santai.

"Emang dia itu siapa ya, sorry gue nggak kenal." Ledek Binar tidak percaya akan ucapan sahabatnya itu.

"Yaelah.. masa lo nggak tau. Dia 'kan calon menantunya Mama Cinta, iya 'kan Tante?"

Mama Binar hanya mengangguk saja pasrah sambil terkekeh pelan, dengan raut wajah yang seolah mengatakan ada saja kelakuan anak ini... Ada aja cara yang dilakukan untuk menghangatkan suasana.

Calon menantunya dia bilang?

Cinta terkekeh kembali saat mengingat ucapan anak itu.

Kedengarannya itu tidak buruk.

🌸🌸🌸

TBC..

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang