6. She's not Believe

22 7 2
                                    




🌸🌸🌸


Waktu istirahat sedang berlangsung. Adi memainkan gitar milik temannya di depan koridor bersama Binar yang bertugas sebagai vokalis. Ya, disaat waktu luang dan mereka sedang malas untuk melakukan sesuatu yang melibatkan kakinya atau bisa dibilang mager... alias malas gerak, biasanya Adi dan Binar sering menghabiskan waktu bermain gitar dan mengcover – cover lagu.

Adi memang sudah pandai memainkan gitar sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tidak hanya gitar, bahkan ia sudah mahir memainkan beberapa alat musik seperti drum, piano, bass, sampai... kendang.

Adi menyukai alat musik sejak ia masih kecil. Bahkan ia sudah bisa memainkan alat musik drum sejak ia berusia tujuh tahun. Kecintaannya pada alat musik membuat ia penasaran ingin menguasai lebih banyak lagi alat musik. Sampai – sampai ketika ia duduk di bangku SMP ia sempat mengikuti ekstrakulikuler karawitan. Sehingga kemampuannya dalam memainkan alat musik bertambah lagi dengan memainkan kendang.

Sebenarnya ia pun juga bisa memainkan suling bambu... namun ia tidak terlalu menekuninya, jadi ia ragu bila disuruh memainkannya lagi sekarang.

Tidak hanya berbakat dalam memainkan alat musik saja, Adi juga mempunyai bakat suara yang sudah tidak diragukan lagi oleh orang - orang. Dan ternyata bakatnya pun tercipratkan pada sahabatnya. Binar juga mempunyai suara yang tidak kalah bagusnya dengan Adi. Maka dari itu mereka sering iseng duet mengcoverkan lagu. Namun sayangnya, Binar tidak pandai dalam hal memainkan alat musik.

Adi pernah mengajarinya memainkan gitar dan piano. Tapi hasilnya nihil, sahabatnya itu selalu saja salah dan kaku memainkannya terlebih ia juga susah menghapal kunci. Padahal jika dalam hal pelajaran di sekolahnya, sahabatnya itu bukanlah jajaran siswa yang masuk ke dalam kategori kurang pintar. Kebalikan dari dirinya.

Dan akhirnya Binar pun melambaikan tangan...ia menyerah. Binar mengatakan bahwa dirinya mungkin memang kurang berbakat dalam hal alat musik. Sepertinya kemampuannya memang cukup dalam hal vokal saja.

"Hanya padanya... untuk dia..." petikan gitar Adi mengakhiri lagu dari penyanyi Anji yang baru selesai mereka nyanyikan.

"Yeay!" Binar bersorak sambil menepuk kedua tangannya sendiri dengan bangga akan hasil duet lagu yang mereka cover dalam sekali take. Biasanya mereka memang sering banyak mengulang – ngulang. Entah itu karena lupa lirik, atau Adi yang banyak bercanda.

Sedangkan di sisi lain Adi hanya menggeleng – gelengkan kepalanya pelan melihat tingkah sahabatnya itu. "Nyanyi sendiri, ditepuk tanganin sendiri. Yah...maklum namanya juga kids."

"Ye.. ya suka – suka gue lah. Protes mulu lo, heran." Gerutu Binar lalu ia meminta untuk menyanyikan lagu lagi. "Lagu lain dong, Di." Request Binar.

"Emm... apa ya, yang hits akhir – akhir ini... Oh iya, Surat Cinta Untuk Starla aja. Itu dalem banget lagunya sumpah." Saran Binar setelah menemukan lagu yang menurutnya bagus.

"Kalau 'Surat Cinta Untuk Adi' aja, gimana?" tanya Adi sambil mengerlingkan matanya.

Binar menghela napasnya panjang. "Serah lo, Di. Serah..." ujar Binar malas.

"Oke guys... satu lagu lagi dari Binar khusus buat gue dengan judul 'Surat Cinta Untuk Adi', check it out!" seru Adi setengah berteriak membuat orang – orang yang berlalu lalang di sekitarnya menoleh ke arahnya. Bahkan sebagian dari mereka ada yang rela untuk diam terlebih dahulu demi menontonnya. Entahlah mungkin itu fans Adi.

Tak sedikit mereka yang memekik tertahan mendengar Adi bernyanyi sambil memainkan gitar. Kebanyakan dari mereka sepertinya adik kelas, terlihat dari tingkahnya yang tersipu malu tatkala Adi memberikan senyum manisnya.

Lalu Adi pun mulai memetikkan gitarnya sebagai masuknya intro, dan setelah itu mereka pun hanyut dalam lagu yang mereka nyanyikan bersama.


***


Waktu istirahat sudah berlalu sejak lima menit yang lalu. Seluruh murid sudah masuk ke dalam kelasnya masing – masing. Binar dan Adi pun kini sudah duduk di bangkunya. Kelasnya masih sangat berisik karena guru yang akan mengisi kelas mereka belum masuk. Sehingga masih banyak teman kelasnya yang masih berlalu lalang.

"Bi, lo tau? Sebenarnya waktu kemarin – kemarin gue liat pacar lo tuh kayak yang deket banget sama si cabe." Adi mulai membuka obrolan mereka, karena dilihatnya belum ada tanda - tanda guru yang masuk, dan teman – temannya yang lain pun masih asik mengobrol dan berlalu lalang.

"Cabe?" tanya Binar bingung.

"Iya si Vionna lah. Siapa lagi," Adi memutar bola matanya melihat raut wajah sahabatnya itu yang tidak mengerti maksud dari ucapannya. "Kok si Dion mau – maunya aja sih, dipepetin sama cabe itu. Ew."

Binar langsung menggeplak bibir Adi dengan jari tangannya pelan. "Hush! Kalau ngomong itu dijaga, Adi."

Binar tidak terima atas omongan yang diucapkan sahabatnya itu barusan. "Ya, mungkin karena mereka teman sekelas, jadi wajar dong kalau mereka dekat. Dion orangnya nggak pernah membeda – bedakan teman kok."

Adi menghela napasnya panjang. Ia tidak tahu harus dari mana dan bagaimana lagi caranya untuk menjelaskan pada sahabatnya itu. "Ya tapi ini tuh beda, Bi. Beda. Mereka tuh kayak bukan hanya sekedar dekat layaknya teman sekelas aja. Gue juga bisa bedain kali."

Binar mengibas – ngibaskan tangannya.

"Udah lah, Di ... Lagian Dion nggak mungkin kayak gitu. Dia sendiri kok yang sering bilang ke gue kalau nggak akan ada lagi cewek lain yang bisa ngambil hatinya selain gue." Binar tetap tidak percaya omongan sahabatnya itu.

"Cihh..." Geli Adi mendengar apa yang Binar ucapkan padanya. "Ucapan itu bisa lain di mulut, lain di hati, Bi. Siapa yang tau, 'kan?"

"Tau ah. Lagian kok lo keukeuh banget sih nuduh Dion selingkuh."

Binar kesal mendengar sahabatnya itu selalu saja memandang jelek perilaku pacarnya. Padahal Binar sendiri yang menjalani hubungannya dengan Dion, selalu merasa baik – baik saja tuh. Ia tidak melihat ada hal yang mencurigakan dari sikap Dion.

Jadi itu mungkin hanya bualan Adi saja, supaya hubungan dirinya dengan Dion menjadi retak. Orang – orang mengatakannya sih sebagai PHO alias Perusak Hubungan Orang.

"Ya terserah sih, ya, lo mau percaya atau nggak."

Adi tidak ingin terlalu memaksakan sahabatnya itu agar mempercayai dirinya. Hanya saja... "Gue cuman nggak mau liat lo nangis nantinya."

Dan Binar yang hendak akan membalas ucapan sahabatnya itu pun kembali diurungkannya, melihat guru berkaca mata tebal masuk untuk mengajar di kelasnya.

Dion nggak mungkin seperti itu. Dion orang yang baik.

Binar terus merapalkan kalimat itu dalam hatinya hingga pelajaran pun mulai berlangsung. Ia yakin kalau pacarnya tidak mungkin berani mengkhianatinya.

Dan Binar percaya itu.


🌸🌸🌸

TBC..

Jangan lupa tinggalkan jejak 🌟
Vomment kalian adalah penyemangat utk tetap lanjut ngetik^^

-Luv❣️

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang