8. Break Up

32 4 0
                                    




🌸🌸🌸


Beberapa hari ini Binar dihantui oleh perasaan tidak karuannya. Seolah firasatnya itu mengatakan akan ada sesuatu yang terjadi padanya. Sampai pada akhirnya ia mendapatkan panggilan dari Dion, yang beberapa hari belakangan ini setelah hubungan mereka renggang, dia baru menghubunginya lagi. betapa senangnya Binar ketika melihat panggilan dari pacarnya itu.

Namun, kesenangannya tidak bertahan lama. Ketika ia mendengar orang di seberang panggilan sana memberitahukan padanya untuk menyudahi hubungan mereka. Dan ternyata perasaan gelisah yang selalu menghantuinya akhir – akhir ini pun benar – benar terjadi.

Binar yang speechless mendengar perkataan tiba – tiba Dion itu pun hanya bisa mematung diam selama sekian detik sampai ia sadar lalu mencerna kembali ucapan pacarnya itu.

"Kita sudahi aja hubungan ini."

"Kenapa?" Tanya Binar dengan suara yang gemetar menahan tangis.

"Jangan tanya kenapa. Aku nggak bisa ngasih tahu alasannya, maaf."

"Bukan karena cewek lain, 'kan?"

Hening cukup lama. "Sekali lagi, aku minta maaf Binar. Yang jelas ada alasan tersendiri yang nggak bisa aku jelasin alasannya sama kamu.. dan mungkin ini yang terakhir kalinya aku menghubungi kamu." Dan setelah itu hanya terdengar suara sambungan yang terputus.

Selesai.

Semuanya sudah selesai. Kini yang bisa Binar lakukan di tempat tidurnya adalah menatap layar ponselnya dengan mata yang sudah berkaca – kaca. Lalu Binar pun langsung mengirimkan pesan kepada Adi supaya sahabatnya itu segera datang ke rumahnya.

Tak lebih dari lima menit, sosok yang ditunggu kedatangannya pun muncul di pintu kamarnya. Laki – laki itu berjalan mendekat ke arah tempat tidur Binar. Melihat keadaan sahabatnya itu Adi yakin jika sesuatu terjadi padanya.

Tak lama setelah laki – laki itu duduk di hadapannya, direngkuhnya laki – laki itu oleh Binar. Dan tangisnya yang sejak tadi ia tahan pun kini pecah.

Adi yang mengerti akan perasaan sahabatnya itu hanya bisa diam, lalu tangannya bergerak membalas pelukan sahabatnya. Ia menepuk – nepuk pelan pundak sahabatnya berharap dengan itu bisa menenangkannya. Adi membiarkan sahabatnya melepaskan kesedihan yang ditahan dengan melampiaskan tangisannya.

"Ad–di.." panggil Binar dalam pelukannya dengan tangisnya yang tersedu – sedu.

"Sshh.." kilah Adi lembut sambil mengusap – usap punggung sahabatnya. "Ceritanya nanti aja kalau lo udah ngerasa tenang. Sekarang, lo tenangin diri lo dulu. Gue ada di sini. Nggak akan kemana – mana," ucapnya menenangkan sahabatnya itu.


***


"Gue putus sama Dion."

Binar mulai menceritakannya pada Adi. Sekarang ia sudah berhenti menangis walau masih sedikit tersedu – sedu. Setelah hampir setengah sejam lamanya Binar melampiaskan tangisannya pada Adi.

Adi sudah menduganya. Dugaannya selama ini ternyata benar.

"Gue nggak tau kenapa Dion tiba – tiba ngomong kayak gitu. Waktu gue tanya kenapa, dia bilang kalau dia nggak bisa ngasih tau alasannya." Jelas Binar. Hatinya sakit, setelah belakangan ini Dion jarang menghubungi Binar, dan sekalinya Dion menghubunginya ternyata hanya untuk memutuskannya dengan sepihak pula tanpa memberikan penjelasan pada Binar sedikit pun.

Setidaknya dengan Dion memberikan penjelasan padanya bisa membuat Binar mengerti dan menerima keputusannya. Tidak seperti ini, memutuskannya tanpa alasan yang jelas, membuat Binar juga bingung pada dirinya sendiri. Apakah dirinya melakukan kesalahan?

Tapi dimana letak kesalahannya kalau begitu? Jika memang Dion memutuskannya karena Binar berbuat salah, setidaknya Dion katakan saja langsung padanya. Tidak harus menggantungkan hubungannya selama belakangan ini dengan tidak menghubunginya dan terus menghindarinya.

"Apa gue berbuat salah?" tanyanya menatap Adi.

"Nggak. Lo nggak berbuat salah." Kilah Adi. "Yang salah itu si Dion sialan itu."

"Tapi mungkin aja gue yang melakukan kesalahan tanpa gue sadari, sampai bikin Dion ngerasa nggak nyaman lagi sama gue."

"Bukan lo yang salah, Bi. Gue yakin itu." Adi mengucapkannya dengan penuh keyakinan. Tidak salah lagi pasti Dion memutuskan Binar karena ada hubungannya dengan Vionna si cewek so hits itu. "Kalau dia nggak berbuat salah, nggak mungkin dia terus berusaha ngehindar dari lo. Lo sendiri 'kan yang bilang, kalau belakangan ini dia udah jarang ngehubungin lo. Itu berarti dia emang menyembunyikan sesuatu dari lo." Jelasnya.

"Udah sekarang lo berhenti nyalahin diri lo sendiri." Adi menenangkan. Sedangkan Binar matanya kembali berkaca – kaca lagi. Adi pastikan air itu akan tumpah hanya dengan sekali kedipan saja. Dan Binar pun menangis lagi.

"Udah dong jangan nangis lagi." Adi mencoba menghibur Binar. "Lo tau? Air mata lo itu terlalu berharga buat nangisin orang kayak dia."

Adi menghapus air mata Binar yang mengalir di kedua pipi sahabatnya itu dengan ibu jarinya. Lalu ia mengusap – usap bahu sahabatnya lembut. "Udah. Mulai sekarang lo lupain dia. Gue nggak akan biarin siapa pun nyakitin sahabat gue lagi."

"Karena itu buat hati gue juga sakit." Lanjut Adi dengan sebelah tangannya yang kembali mengusap air mata sahabatnya itu.

"Makasih, Di. Lo emang selalu ada buat gue." Ucap Binar bersuara.

"Anything for you."

Dimana Binar merasa sedih dan membutuhkan sandaran, disitulah Adi selalu siap datang untuk memberikan pundaknya. Ya, pundaknya selalu terbuka lebar untuk sahabatnya ini, kapan pun Binar membutuhkannya.

Yang jelas di sinilah tempat dimana Binar seharusnya berada.


🌸🌸🌸


TBC..

Jgn lupa tinggalkan jejak 🌟

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang