Rangga bergegas memasukkan semua barangnya ke dalam tas, bel pulang sekolah berbunyi belum ada lima menit, namun Rangga sudah bergegas.
"Gue duluan ya?" Rangga menepuk bahu Asha yang mendapat respon anggukan dari Asha.
"Rangga,"
Sial,begitu kira-kira umpatan yang Rangga ucapkan dalam hati.
Rangga menoleh, Soka melambaikan tangannya.
"Dia beneran nggak punya ekspresi," ucap Rangga sangat pelan.
"Pulang bareng boleh?" Tanya Soka
"Nggak sama sekali," Rangga berjalan meninggalkan Soka.
Soka mengekor dibelakang Rangga. Sampai parkiran sekolah pun Soka masih mengikuti Rangga.
"Rangga, hati-hati dijalan ya," Soka kemudian berjalan mundur sembari melambaikan tangannya.
Rangga tidak merespon
***
Soka duduk dihalte sendirian, lututnya terasa nyeri, Soka tidak menyeka darah yang mengalir dilututnya.
Soka hanya melihat lukanya, kemudian mendengus kesal. Soka menyandarkan punggungnya didinding halte.
"Sakit," Soka menyeka air matanya
***
15 menit, Rangga hanya duduk dikursi kemudi dan mengamati Soka yang duduk dihalte, sebelum Soka meninggalkannya diparkiran tadi, Rangga melihat lutut Soka yang berdarah.
"Dia nangis," Rangga memegang gagang pintu mobil ingin menghampiri Soka. Namun, kemudian menahannya.
"Nanti dia salah paham."
"Tapi dia nangis, lututnya pasti sakit."
"Kalau dia kehabisan darah gimana?"
"Ah, kenapa mesti pusing mikir si kanebo kering."
Rangga mengacak rambutnya kesal, kemudian menyalakan mesin mobilnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Soka
General FictionSiapa juga yang mau diikuti cewek seperti Soka, Soka itu auranya mistis kayak hantu, deket Soka bentaran udah merinding semua. Soka cantik, sayang aja dia kaku kayak kanebo kering, Senyum juga nggak pernah. Rangga jadi cowok malang disekolah, karen...