17

34 3 6
                                    

Rangga menarik Soka sampai ke belakang Lab. IPA, Rangga memasang wajah merah karena malu sekaligus kesal.

Soka mengusap pergelangan tangannya yang merah karena cengkeraman kuat Rangga. Tapi, gadis itu tidak mengaduh kesakitan, ekspresi kesakitan pun tidak tampak pada raut wajah Soka sekarang.

"Lain kali, jangan teriak kayak githu lagi," Rangga menutup wajahnya dengan kedua tangannya kemudian mengusap kasar wajahnya.

Soka mengangguk, tangan kanannya masih setia mengusap pergelangan kirinya yang memerah.

"Lo nggak malu teriak kayak tadi?" Tanya Rangga  dengan tatapan laser ke arah Soka

Soka menggeleng, "Jangan cuma ngangguk sama geleng kepala," Ucap Rangga

"Iya, Soka nggak ulangin yang tadi," Ucap Soka datar, Kemudian gadis itu berbalik dan meninggalkan Rangga begitu saja.

Rangga membiarkan Soka pergi begitu saja. Namun, matanya tanpa sengaja melihat bekas merah dipergelangan tangan kiri Soka.

Rangga tahu, itu pasti perbuatannya.

***

Soka berjalan ke arah halte, pergelangan tangannya ngilu karena cengkeraman Rangga siang tadi benar-benar kuat dan keras.

Soka menghela nafasnya pelan, Soka ingin menangis karena ngilu dipergelangan tangannya, dia tidak betah menahan rasa sakit, hanya saja Soka malu kalau harus menangis didepan teman-temannya. Wajah gadis itu kaku tanpa ekspresi. Soka ingin cepat sampai rumah dan menangis diatas tempat tidurnya.

Langkah Soka terhenti ketika didepannya ada sosok Rangga yang berdiri sembari bersandar pada tiang dekat halte.

"Rangga naik bus?" Tanya Soka sembari berlari kecil ke arah Rangga.

"Nggak, gue nungguin lo," Rangga menegakkan badannya

"Kenapa?" Tanya Soka

"Katanya mau pulang bareng, masuk ke mobil," Rangga menunjuk mobilnya kemudian berjalan meninggalkan Soka dibelakangnya, Soka mengekor.

***
Rangga melirik ke arah Soka yang sedari tadi mengusap pergelangan tangan kirinya. Sudah tidak ada bekas merah disana tapi, sepertinya Soka masih kesakitan.

Rangga menepikan mobilnya dipinggir jalan. "Lho, kok berhenti?" Tanya Soka

Rangga melepas seltbeltnya lalu memajukan badannya dan meraih pergelangan tangan kiri Soka, Soka terkejut.

Rangga bisa merasakan suhu panas dipergelangan tangan Soka, efek terkilir. "Sorry kalau gue bikin tangan lo sakit," ucap Rangga tulus

Soka diam beberapa detik kemudian gadis itu menangis dengan kencang. Rangga bingung.

"Lho, kok nangis, sakit banget ya? Aduh, maaf Ka, udah jangan nangis," Rangga panik.

"D-dar-ri tadi, So-ka mau nang-is hiks, tangan Soka Ss-sakit banget," ucap Soka sesegukan, gadis itu mengusap air matanya.

"Jangan nangis, maaf ," Rangga mengusap rambut Soka pelan, Rangga tidak tahu cara agar Soka berhenti menangis, hasilnya Rangga hanya mengusap rambut Soka berkali-kali tanpa henti sambil mengatakan maaf yang juga berkali-kali.

***

Soka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang