Chapter 18 - Senasib dengan Stephie?

1.1K 112 11
                                    


Bukan Dimas yang menyingkir agar kami bisa bicara berdua,melainkan kami yang pergi. Tanpa kata-kata,aku mengikuti langkah Gio. Sama seperti ketika aku mau bicara dengan Dimas tadi. Ajaib,hari ini aku merasakan dua hal serupa.

Ternyata dia ingin bicara dimana di tempat biasa kami berbicara tanpa sandiwara. Di balkon pojok. Sudah lima menit kami sama-sama membisu.Astaga,gak tahu apa dia aku sudah keringat dingin?Masih belum bicara juga.Aku sudah tidak tahan, "Mau ngomong apa sih?"

"Ee..."

"Oh ya!" aku baru ingat harus mengembalikan sesuatu. Aku buka isi tasku. Kuambil kalung darinya dan handuk tangannya. Kalau di ingat-ingat di tempat inilah handuk tangan itu di buang ke bawah. Waktu cepat sekali berlalu. "Nih kalung yang waktu itu,kayak yang lo bilang kan gue harus balikkin kalung ini setelah kontrak kita abis"

Gio mengelak. "G,gue gak sepelit itu,Nya. Udah lo simpen aja kalungnya,gue ikhlas kok. Omongan gue yang dulu itu lo lupain aja"

Aku (berusaha keras) tidak menanggapi. Aku cepat-cepat menaruh kalung tersebut di tangannya. "Sama ini handuk tangan yang waktu itu lo buang,gue pungut. Handuk ini berharga kan?Dari Sheila"

"Kok lo tahu?"

Aku berusaha tersenyum. "Iyalah,ada inisialnya di situ. GS,pasti Gio-Sheila kan?" Kutaruh lagi handuk tersebut di tangan Gio yang masih kaku memegangi kalung. "Oke deh,tugas gue udah kelar. Ya walau sedikit di luar dugaan sih soalnya masih ada kurang lebih tiga bulan lagi. Tapi gue rasa udah cukup kan bos?Pengganggu-pengganggu lo udah ngilang semua tepat dengan baliknya Sheila. Tujuan lo udah tercapai semua."

Gio kelihatan ingin bicara namun tidak kubiarkan, "Lo sama Sheila,dan gue..." Aku menarik nafas. "Gue sama Dimas. Kita sama-sama enak kan?"

Gio diam sebentar sampai akhirnya memasukkan kalung dan handuk tangannya ke saku celananya. Dia mengangguk-angguk, "Yep.Ya udah gue rasa udah gak perlu yang dibicarin lagi,semuanya udah lo omongin. Oke,makasih Kanya untuk beberapa bulan ini. Maaf karna dulu-dulu gue suka kasar sama elo. Setelah ini,hubungan kita harus tetep baik ya?"

Aku menangguk. "Pasti. Makasih juga ya selama ini gue udah sering ngerepotin elo."

Gio mangut-mangut lagi. "Lo tinggal dimana sekarang?"

"Hm,di kost-an gue. Tapi karna nyokap gue lagi di Jakarta jadi gue lagi tinggal di hotel."

"Nyokap di Jakarta?"

Aku tidak mau obrolan ini memanjang. Aku sudah hampir kelimpungan menahan air mataku. "Iya. Eh gue kesana dulu ya,kasihan Dimas udah kelamaan nunggu" Tanpa menunggu jawabannya aku langung meninggalkannya. Air mataku sudah tidak bisa dibendung lagi. Air mata itu sudah keluar.

Aku mencuci muka di toilet tak jauh dari balkon pojok. Aku berkaca sambil memikirkan obrolanku dengan Gio barusan. Apa aku terlalu mencegahnya bicara?Sepertinya dia ingin bicara sesuatu. Hmm ya sudahlah,membiarkannya bicara sama saja cari mati,yang ada aku kelepasan nangis. Nanti ketahuan lagi kalo aku suka sama dia.

Aku menyeka wajahku dengan tissue sambil berjalan keluar toilet. "Eh" Karna sedang mataku sedang tertutup aku tak sengaja menabrak. "Maaf ya gak se..." Mataku membesar. Aku kenal dengan orang yang kutabrak,Gina!

"Kanya!" Gina memelukku erat. "Lo kemana aja!Sumpah ya..." Gina menguatkan pelukannya. "Gue udah denger semuanya dari Gio,maafin gue ya. Coba aja gue mau denger penjelasan elo dulu!"

"H,hah?"

Gina melepaskan pelukannya. Wajahnya sudah full make up,dia mengenakan loose top berwarna putih bertuliskan "I'm Gonna Rock Your World" berwarna hitam,skinny jeans warna hitam,boots hitam tinggi yang membuatnya semakin tinggi,dia juga memakai kuteks warna hitam. Dandanannya tidak berlebihan,malahan keren.

Pacar Lima Belas Juta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang