Chapter 11 - Lagi dan Lagi, Kusakiti Dimas

2.1K 109 1
                                    

Pelajaran Muatan Lokal Photography kali ini kami boleh ke luar sekolah untuk mencari objek foto. Satu kelompok terdiri dari dua orang,tentu saja aku sama si kunyuk ini satu kelompok. Aku melihat objek yang akan dijadikan foto.Objek yang disuruh guru adalah sampah. Ya aku benci banget tadi saat mendengarnya,kenapa sih objeknya harus sampah? Kan bisa objek yang lain yang lebih bagus!

Gio memberikan kamera DSLRnya kepadaku, "Gih sana elo yang cari objek fotonya.Gue mau cari minum kesana"

Dasar seenaknya!Dia enak-enakkan minum,aku malah disuruh nyari fotonya sendirian. Pasti dia gak mau bau-bau-an deh. Objeknya kan sampah. Aku berkeliling mencari objek yang bagus,tapi gak ketemu. Apa yang bagus dari objek sampah?Aku sampai kembali ke sekolah untuk melihat apakah ada sampah yang 'bagus' untuk di foto. Tapi aku malah melihat pemandangan yang sangat 'bagus' sampai menyilaukan mataku. Dimas sedang berduaan dengan Fira di dekat gerbang sekolah.

Ngapain sih mereka berduaan disitu?Dimas gak nyari foto? Fira ngapain sih keluar kelasnya?Dimas menangkap mataku yang sedang melihat mereka. Aku cepat-cepat membuang muka lalu meniggalkan mereka keluar sekolah lagi.

Aku melihat sebuah sampah plastik yang sedari tadi terbang-terbang terkena tekanan kendaraan-kendaraan. Aku menyebrang sampai di pembatas tengah jalan. Aku menyiapkan fokus di kamera ini lalu menunggu kendaraan datang.Klik!

"Waaah" aku beruntung sekali!Aku langsung dapat fotonya dengan posisi pas ketika sampah plastik itu sedang terbang,ada yang blur sedikit sih,tapi sepertinya gak apa-apa.Atau aku coba sekali lagi deh. Sampah plastik itu berpindah tempat,ya ini pas sekali...

TINNN!!!

Seseorang menarikku sampai aku hanya bisa melihat dadanya di depanku. Ya ampun,tadi pasti aku hampir saja tertabrak?Aku mengadahkan kepalaku ke atas,jadi yang menyelamatkan aku ini adalah orang paling menyebalkan yang pernah kukenal,namun juga merupakan orang yang paling banyak aku punya utangi budi. Giovani Feritzo.

"Lo mau mati?!" bentak Gio.

Untuk pertama kalinya aku tidak kesal mendengar bentakannya.

Gio membuang muka,dia kelihatan kesal sekali. "Ini cara lo biar bisa lepas dari lima belas juta?!"

Seketika perasaan baikku tentang Gio buyar. Aku sakit hati sekali mendengar kata-kata Gio barusan.Apa 'hargaku' dihadapannya hanyalah liam belas juta itu saja?

"Apa-apaan sih lo?Cowok bukan sih?Kasar banget sama cewek!" Entah darimana Dimas datang,tapi kalimatnya barusan aku rasa akan makin memperkeruh suasana.

"Heh siapa lo?Seneng banget sih lo ikut campur urasan gue sama cewek gue! Pacar bukan,sodara juga bukan. Kok lo yang repot?" bentak Gio.

Dimas memincingkan matanya. "Fine,tapi Kanya itu sahabat gue. Berhak dong gue marah ngelihat sahabat gue dibentak-bentak kayak barusan"

Aku gak nyangka Dimas bakal bicara seperti itu.

"Cih," Gio tersenyum. "Coba sekarang aku tanya ke kamu,kamu seneng dibela sahabat kamu ini hah?" Gio memainkan matanya padaku. Aku tahu sekali itu adalah sebuah perintah. "Jawab aku,kamu seneng dibela sama sahabat kamu ini?"

Berat sekali rasanya untuk menggelengkan kepalaku ini. Walau akhirnya kulakukan. Gio brengsek!Sekarang aku benar-benar jadi orang yang jahatnya minta ampun. Sudah ninggalin cowok yang tinggal jadian sama cowok lain,sekarang cowok itu udah baik bahkan dibilang sahabatpun masih juga aku nyakitin cowok itu.

Pacar Lima Belas Juta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang