MEMORY GLASS -5

139 36 1
                                    

Kamu seperti gelapnya malam, yang perlahan memudar seiring terbitnya matahari.
(Audy Kirana)

"Tumben pulangnya sore sayang, udah mulai ekskul?"
Tanya wanita setengah baya dan ia adalah Mama ku, namanya Susanti yang selalu merawat dan membesarkan aku dari kecil. Kalian juga pasti begitu.

Kami pindah ke Jakarta sebulan lalu dirumah yang tak terlalu besar tapi nyaman. Kami tinggal berempat, ada Mama, aku, Abang Galih, dan abang Dana. Jangan tanya Papa, beliau sudah tenang ditempat peristirahatan indahnya disurga

"Belum ada kegiatan eskul Ma,"

Jawabku tenang sambil membuka kulkas dan mencari yogurt kesukaanku, mataku membelalak seketika. "LOH!!!. Kok yogurt strawberry Rana gak ada, Ma!" Sontak saja mulut ini berteriak diruangan dapur, meminta penjelasan kenapa minuman sedap sedunia itu tidak ada disana.

"Masa sih, tadi pagi masih ada kok pas Mama lihat"

Mataku langsung tertuju pada seorang cowok yang berpenampilan santai, dengan bokser sepaha dan kaos oblong tengah duduk di sofa dengan enaknya kaki ditaruh diatas meja yang mengarah ketv.

Abang Galih, berumur 18 tahun.
Dia tengah memasuki kuliah semester 2 abangku satu ini ganteng ganteng tapi otaknya agak gresek abisnya gimana ya.. dia tuh tukang maling yogurt milik adiknya sendiri, 'kan durhaka.!

"ABANG!!!" teriaku membuat ibu dan bik Munah menengok ke bang Galih

"Kenapa adik abang paling cantik "
Katanya seolah tidak tahu dosa yang telah diperbuatnya selama ini.

"GAKUSAH PURA PURA DEH PASTI ABANG 'KAN YANG AMBIL YOGURT RANA!!!" Kali ini aku memang benar benar kesal

Kalau saja bang Galih itu bukan abangku pasti detik ini sudah ku ambil pisau dan aku gorok lehernya_ hng tidak tidak sepertinya terlalu dramatis, bodo pokoknya aku marah besar. Gimana si perasaan kalian jika baru pulang sekolah terus buka kulkas dan minuman favorit kalian hilang? kuduga pasti kalian akan naik darah sama seperti ku.

"Abang gak sengaja"
Lagi lagi dia berlaga sok ganteng dengan memasang wajah lugu seperti itu, aku tidak akan terpengaruh sama sekali.

"Abang harus ganti! Rana gakmau tahu."

"Biar abang yang ganti yogurt kamu."
Abang Dana menuruni tangga dan menuju tempat kejadian.
Berbeda dengan abang Galih, abang Dana selalu membela ku saat dijahili oleh bang Galih, mungkin karena umurnya sudah dewasa 23 tahun jadi cukup baginya untuk berfikiran lebih baik.

"Bener bang? Yeay makasih ya bang" aku memeluk lengan bang Dana, masa bodo dengan muka melas bang Galih.

"Biar gue aja yang ganti, lagian yang minum gue." katanya sekarang mengaku bersalah.

"Jadi yang mau beliin siapa nih" tanyaku heran.

"Abang Galih aja ya"
Ucap bang Dana mengalah.

Malam ini dingin sekali sampai rasanya menggigil seluruh tulang di tubuhku saat mobil bang Galih mendarat disebuah toko minimarket untuk memenuhi janjinya menggantikan yogurt ku.

"Abang aja ya yang masuk, Rana dimobil aja dingin soalnya."

"Baik bos "

Satu menit, dua menit, tiga menit lama sekali bang Galih membeli yogurt sampai bosan aku menunggu disini.
Aku keluar dari mobil dan merasakan kedinginan yang luar biasa ini tidak ada tanda tanda mau hujan tapi kenapa cuaca dingin sekali.

Aku hanya berdiri didekat mobil dan memandangi bang Galih yang tak kunjung datang .
Tiba tiba seorang cowok memberikan sebuah jaket dan memakaikan dibahu ku, refleks aku menoleh dan orang itu tidak lain tidak bukan adalah Alzee.

"Lo ngapain disini, dingin banget gak baik buat badan"

"Kamu ngapain disini?"
Tanyaku balik.

"Ditanya malah nanya balik"

"Lagi nungguin abang beli yogurt" aku meneruskan perkataan agar tidak ada yang sama sama diam.

"Kita ketemu lagi" kataku bicara lagi.

"Hanya kebetulan" jawanya lagi lagi singkat. Dia melepas jaketnya dan menyampirkan ditubuhku, hangat.

"Sudah tiga kali kamu bilang kebetulan?"

"Kenapa"
Tanyanya masih saja datar.

"Kamu tidak bisa mengelak semesta Zee bahwa kita memang dipertemukan olehnya." Aku menyengir, mencoba membuka suasana yang sepi, lalu ia tersenyum.
Akhirnya kulihat lagi senyuman itu

"Kamu belum jawab ngapain kesini?"

"Memangnya gak boleh kalau gue belanja disini"

" Bukan gitu cuma malem malem begini?"

"Disuruh kakak gue beli pembalut"

Aku tertawa geli mendengar ucapannya barusan, tapi masih sempat kutahan karena tidak mungkin kan buat dia tersinggung.

"Aneh ya? Sebenarnya gue juga gakmau si, tapi si monster itu kalau lagi pms bisa gorok gue ntar"

Aku tertawa kecil, "Kamu punya kakak juga?hmm pasti kamu ngerasain apa yang aku rasain."

"Maksudnya"

"Punya kakak itu gak enak selalu aja diusikin dan dikerjain. Kayak bang Galih, dia suka maling yogurt."

"Itu abang lo?" Tunjuknya kearah pintu minimarket.

"Gue duluan"

"Zee, jaket kamu"

"Pake aja"

Bang Galih nampak kerepotan membawa sekardus yogurt miliku meski belinya pakai uang dia si tapi tetap aja dia harus ganti! Yogurt bagiku minuman segalanya entah sejak kapan aku suka tapi minuman ini enak sekali, kalian boleh coba kalau tidak percaya.

"Siapa cowok tadi, pacar kamu? " Tanya Abang mengintrogasi langsung

"Bukan, dia teman Rana."

"Masa?"


"Bodo!"

"Terus ini jaket siapa yang kamu pakai?"

"Jaket milik teman Rana"

"Halah, awas aja abang bilangin Mama kalau main pacaran"

"Seterah abang!"

"Hayok pulang"

Malam yang indah di ibukota suasana baru bagiku yang sudah lama menghabiskan malam malam panjang dikota Solo  apa kabar Solo? Andien ? Nenek? Aku rindu semuanya .

Sungguh berbeda ,
biasanya jika malam minggu tiba aku menghabiskan malam minggu dengan Andien dialun alun kota solo dan sekarang dimana aku harus menghabiskan malam minggu nanti bersama Tara dan Fika? Terus dimana ? Mall. Ibu kota penuh dengan gedung gedung pencakar langit rana tidak suka.

Memory GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang