MEMORY GLASS -23

93 16 7
                                    

Hal yang paling menyakitkan dari persahabatan itu adalah, ketika saling bermusuhan dan seolah tidak mengenal.
(MemoryGlass)


Zee, apa kabar? Aku rindu. Rindu sekali. Kamu tahu, jika jarak sedang bahagia sekarang karena ia telah berhasil menciptakan rindu, sudahlah, aku tidak mau cengeng saat mengetik ini. Ohiya, Bagimana keadaan mu? Paris? Kuliahmu? Aku selalu berdoa agar Tuhan menjagamu dengan baik disana. Hari ini aku berencana pergi ke rumah cermin, sendirian, tanpa membawa lilin. Karena aku percaya lampu-nya pasti belum padam, ia akan terus hidup sampai menunggu pemilik sesungguhnya datang.

Sudah ku kirimkan email sejak tadi siang kepadanya, tapi belum juga ada balasan. Sesibuk itu kah kamu Zee? atau aku saja yang terlalu berharap kamu kembali. Aku kelihatan seperti orang bodoh yang menanti seseorang yang belum tahu kapan kembali.

Sekarang, aku mulai terbiasa akan tidak adanya sosok kamu di hidupku.

Ternyata benar kata pepatah, rindu itu sangat menyakitkan, ia yang membuat jarak antara dua insan yang kasmaran. Aku selalu ingat bagaimana cara ia tersenyum, lekukan bulan sabitnya dan mata yang sedikit sipitnya terlihat begitu sempurna. Tapi, ada satu orang yang selalu mengingatkanku tentang senyuman itu, Reiza. Dia adalah orang yang selalu menemaniku kemanapun dan setia untuk menemani curhatanku tentang kakaknya itu. Bahkan dia pernah bilang, dia sudah jenuh mendengar pertanyaanku yang begini 'kapan Zee akan pulang'.

Ohiya. Ada 1 fakta yang belum kalian ketahui tentang Reiza, ia pernah bercerita sebulan lalu dan aku pun terkejut mendengarnya, ternyata kehidupannya yang dulu tidak seindah kehidupan yang sekarang, dulu Reiza pernah mengalami masa masa gelap dalam hidup-nya, menjadi cowok berengsek yang pekerjaannya selalu menyakiti perasaan perempuan, pergi ke cafe dan minum-minuman keras, ia selalu pulang subuh dan itu juga yang menyebabkan ia berkelahi dengan  kakaknya sendiri, Alzee. Namun, sebuah pencerahan datang dalam hidupnya ketika melihat tekat Zee untuk pergi ke Paris demi keselamatan keluarga.

***

Hari ini ulangan semester kenaikan kelas berlangsung, aku sudah coba mempelajari buku pelajaran sebisa mungkin. Kadang aku suka jenuh sendiri melihat buku buku yang tebal seperti kimia dan fisika. Membuat kepala pening saja.

"Rana tungguin," ternyata Tara.

"Ada kabar gembira Ran."
Nafasnya naik turun pertanda ia sangat senang sekarang.

"Nafas dulu coba Tar"

"Rei. Reiza! Tadi malam dia  nge-add Line gue, ahh gila gue seneng banget. Ternyata gini ya rasanya dichat sama cowok yang kita suka. Rasanya tuh berasa ada kolam Sprite mendadak dihati gue"

Aku tahu Tar kamu menyukainya, jadi aku punya alasan untuk tidak meneruskan perasan aneh ini.

Aku menjawabnya dengan nada sebiasa mungkin "kenapa Sprite?"

"Karena cuma dia yang nyegerin"

"Kamu gak belajar? Nanti ulangan kimia loh"

"Bodo ah ntar tinggal nyontek lo apa gak Fika. Gue seneng banget Ran, mana mungkin gue lewatin kesempatan chat langka dari cowok macam Reiza." Wajah Tara begitu semangat menceritakan-nya, belum pernah aku lihat wajah yang secerah itu dari Tara.

Semesta, aku kenapa si! Perasaan ini mengganjal. Tara menyukai Reiza dan bukanya itu hal bagus?

"Yampun Tar. Ini ujian kenaikan kelas kamu harus serius, bo–"

"Nah disini kalian rupanya, ngobrolin apaan si? Masuk yuk" Fika tiba-tiba saja masuk ditengah tengah kami.

"Ini Tara lagi senang karena dichat sama Reiza" kataku sembari melirik Tara dengan nada meledek.

Memory GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang