MEMORY GLASS -25

89 15 3
                                    

Masalah yang paling rumit adalah, masalah hati.
(MemoryGlass)

Hari ini hujan, aku mengintip dari jendela kelas, bahkan suaranya menerobos hingga sampai ke ruangan. Menakutkan. Suaranya seperti beribu kerikil besar jatuh keatab sekolah. Tapi ada satu yang lebih menakutkan di kehidupan ini, Masalah. Iya, masalah adalah ketakutan yang tiada hentinya didunia ini, bahkan setiap orang menghindari yang namanya masalah, namun tanpa dipanggil justru ia malah datang sendiri. Sampai kapan? Sampai ia puas membuat orang tersebut ketakutan karena masalah yang tidak kunjung selesai, tinggal dua pilihan bagi manusia yang seperti itu, menyerah pada hidup atau menyelesaikan semuanya sampai jelas. Bagimana cara menyelesaikan nya? Cukup tertawakan saja, karena sehabis itu ia akan malu dan pergi sendiri.

Setelah bergelut dengan soal soal ujian seminggu kemarin akhirnya yang aku tunggu-tunggu tiba, yah liburan. Tidak sabar rasanya pergi ke Solo dan bertemu nenek terutama Andien. Aku dan Andien jarang berkomunikasi lewat handpone, karena ia tidak boleh memegang benda itu sebelum lulus.

Hari ini terakhir masuk sekolah karena akan diadakan pengumuman nilai siswa dan pembagian rapot kenaikan kelas dua belas. Akhirnya aku kelas 12.

"Tar..." sapaku pagi ini melewati Tara yang sedang berdiri di depan pintu. Tara tidak menjawab. Mungkin Ia masih marah soal kemarin.

Aku melihat Fika yang sudah duduk ditempatnya dengan wajah penuh pertanyaan, aku tahu pasti Tara sudah cerita soal Reiza ke Fika.

"Fik.." suara ku gemetar memanggil namanya, hanya takut jika ia ikutan marah denganku.

"Ran duduk aku mau bicara soal kalian"

"Aku tahu aku salah Fik, gak seharusnya aku punya perasaan aneh ini ke Reiza, sementara Tara menyukainya. Aku memang bodoh." Aku  menangis. Itu yang bisa kulakukan sekarang.

"Ini cuma salah paham antara kamu dengan Tara, kita bisa selesaikan semua."

"Aku bingung dengan perasaanku sendiri Fik, sifat Reiza sangat mirip dengan Alzee. Aku bisa apa?"

"Ran, kamu tahu sebelumnya aku juga pernah hancur karena cinta? Tapi aku gak pernah mikirin soal itu lagi, karena aku percaya cinta yang sempurna bakal dateng tanpa harus kita rencanakan. Jadi aku gak pernah mau inget tentang patah hati, karena bakal ada seseorang yang menyembuhkan nanti."

"Aku harus gimana?"

"Jauhi Reiza, kamu gak perlu ngerencanain sesuatu yang bakalan terjadi nantinya, seperti rasa suka kamu ke Rei. Aku tahu kamu merencanakan itu Ran, karena kamu ingin lari dari kenyataan bahwa Zee tidak akan kembali? Jadi kamu berusaha untuk mengalihkan perasaan itu ke Reiza. Benarkan?"

Perkataan Fika begitu menusuk, tapi anehnya itu menyadarkan aku bahwa Rei memang bukan untuk ku. Semua ini terjadi karena perencanaan ku yang bodoh untuk belajar mencintai Reiza. Baik, sekarang aku akan belajar untuk melupakan Rei dan sebisa mungkin menjauhi cowok itu karena Tara pun menyukai nya.

"Aku sudah minta maaf sama Tara, tapi dia belum mau memaafkan aku." ucapku sambil memeluk Fika. Untung saja dia tidak ikut marah denganku.

Kelas masih sepi karena pembagian raport masih jam 9 nanti. Beruntung nya guru mengijinkan muridnya mengambil sendiri tidak perlu pakai orang tua. Bagus karena Mama dan abang sudah pasti tidak bisa.

"Jangan sekarang, Tara perlu waktu Ran. Dia sangat kecewa kepadamu, Tara berfikir kamu menusuknya dari belakang. Biar kucoba untuk bicara nanti."

Beruntungnya aku punya sahabat seperti Fika. Hatinya begitu lembut. Aku sampai takut, jika suatu saat  akan ada seseorang yang merusak kelembutan hatinya itu.

Memory GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang