MEMORY GLASS -6

147 36 4
                                    

Kamu bilang, kamu suka matahari. Tapi, kamu mencari perlindungan ketika matahari bersinar.
Aneh.
~

Matahari yang menembus jendela kamarku membuat gradasi cahaya yang dipantulkannya menyilaukan wajah malas ku pagi hari ini.

Tunggu apa tadi? Matahari!

Benda diatas nakas tidak berputar! matilah Rana tinggal 30 menit lagi sekolah dimulai!

Kuputuskan tidak usah mandi karena nanti bisa jadi telat dan menambah urusan. Aku turun kebawah dan sudah kulihat kedua abangku menjogrok disana untuk sarapan pagi, tapi aku tidak melihat Mama.

"Abang Mama mana?" Tanya ku pada bang Dana eh yang jawab malah bang Galih.

"Mama tadi buru buru mau ke kantor ada kerjaan, katanya bekal kamu udah disiapin tinggal bawa aja."

"Duduk dulu sarapan" bang Dana menarik kursi untukku .

"Gakada waktu bang udah jam segini ayok anterin aku"

"Masih setengah 7, selaw aja adikku sayang kek dipantai "

"Selaw selaw pala abang ada dua, 15 menit lagi bel bunyi"

"Kamu udah berani lawan abang ya siapa yang ngajarin" tanya bang Galih mendelik .

"Bang Dana hehe"

"Hng ember deh tuh mulut "

"Oh jadi kecoa terbang ini yang ngajarin kamu "

"Tuh mulut minta dicabein ya" bang Dana tidak mau kalah

"Mau dong cabenya yang montok ya terus pakai selai umhh lezat"

"Nah pikiran lo harus distart ulang keknya "

"Memory kali ah"

"Memori udah rusak dimakan tikus. Itu lo."

"ABANG!! Bisa bisa telat aku tau nungguin kalian berantem! Kalau mau berantem nanti aja abis nganterin aku, sekalian tuh diatas flayover biar sekalian kebawah"

"Rana yang kamu lakukan keabang itu jahat."

"Geli gue Lih denger nya "

Aku hanya punya waktu 5 menit untuk kesekolah ini semua gara-gara Abangku, ngapain juga si mereka harus berantem dulu !

Gerbang sudah hampir ditutup Untung saja pak satpam berhati mulia dan bersedia mengijinkan aku masuk,
Aku berlari dengan sekuat tenaga melewati koridor bawah, kalian tahu koridor bawah adalah daerah kelas senior. Aku terpaksa lewat sini soalnya biar cepat samapi ke kelas lewat tangga dekat sini.

"Heh bocah ingusan" aku berdecak pelan, cewek itu lagi.

"Saya kak?"

"Lo kira disitu masih ada orang lagi! "

"Ada apa kak?"

"Urusan gue belum selesai sama lo!" Dia mendekatkan tubuhnya agar sejajar denganku ada segenggam popice ditangannya, bagiku dia adalah orang aneh masa pagi pagi sudah minum popice .

"Tapi kak saya gak pernah punya masalah sama kakak"

"Bagi lo emang gakada ,tapi bagi gue sangat ada ! Suruh sapa lo nolongin mangsa gue kemaren hah! Gakusah sok jadi pahlawan deh dan gakusah sok cantik dengan rambut lo ini !"

Yang bisa kulakukan hanya diam ketika senior ini menumpahkan popicenya diatas rambutku dan saat itu juga baju ku lagi lagi kotor.
Sepertinya ia memang tidak suka dengan ku apa karena aku lebih cantik darinya? kata Mama aku memang cantik atau memang ia sengaja cari keusilan, ketakutan ku akan masa SMA kini dapat aku rasakan sendiri. Aku ingin marah tapi siapa sih aku? hanya seorang Audy Kirana, anak polos dan tak tahu bagaimana caranya marah.

"Apa hobi kakak selalu begini? Menindas yang lemah lalu berdiri dengan sombong karena kemenangan palsu?" Ucapku gemetar dan ketakutan.

"Jangan buat gue ngelakuin yang lebih dari ini!"

"Sana minggat"

Aku pergi. Berlari menuju toilet, tidak ada kemungkinan untuk aku masuk ke kelas dengan kondisi rambut dan baju seperti ini, yang ada pasti Bu Netta sudah pasti marah besar karena aku belum ada dikelas dan ditambah lagi penampilan seperti ini . Sial, harusnya tadi aku tidak lewat situ arghh!

Karena terlalu cepat berjalan aku sampai tidak melihat ada orang yang kutabarak di depan ku .

"Maaf maaf aku gak sengaja"
Aku masih tertunduk saat menabrak seseorang ini. Entah siapa.

"Rana? kenapa berantakan banget"

Suara itu, suara yang sudah familiar ditelinga ku dua hari belakangan ini .

"Zee kamu.. " Tidak tahu kenapa aku malah menangis sekarang, tapi percayalah hanya itu yang bisa kulakukan detik ini.

"Jangan nangis dikira nanti gue yang udah buat lo nangis"

"Aku ketoilet dulu"

"Tunggu Ran.. Rana"
Dia memanggilku refleks aku menoleh kebelakang.

"Apa"

"Ini kaca, bawa aja untuk lihat kondisi lo sekarang" masih sama seperti kemarin kaca mini berukiran bintang indah dipinggirnya.

"Tapi di toilet udah ada kaca kok "
Aku menjelaskan sambil meraih kaca kecil yang diberikan Zee.

"Gapapa untuk dikelas misalnya kalau lo lagi gak mood, liat aja kaca itu " ia tersenyum miring "Lagian kenapa bisa gini sih. Senior?"

Aku hanya mengangguk, bukan kemauanku berurusan dengan senior gila itu tapi sudah terjadi mau gimana lagi?

"Pake ini " Alzee menyodorkan baju olahraga miliknya.

"Untuk apa?"

"Lo gak mungkin masuk kelas dalam keadaan begini, pake aja " Aku meraih baju olahraga yang ukurannya bukan ukuran ku.

"Tapi kamu ada jam olahraga, nanti kamu dihukum bagaimana?"

"Gue bisa pinjem kelas lain yang ada jam olahraga, lo tenang aja"

"Makasih, aku duluan Zee"

Wajahku datar tidak ada ekspresi sama sekali. Apa cermin juga mengejekku yang sedang murung ini?sebagian rambutku sudah dibersihkan dan baju?cukup ku basuh saja dengan tisue dan sedikit noda nya hilang,masih ada noda coklat yang tidak bisa ilang dari sana. Aku mengganti pakaian dengan baju olahraga milik Zee, kebesaran namun tidak terlihat begitu buruk.

Aku berjalan untuk masuk kelas, walupun sudah kuduga pasti Bu netta sudah marah besar padaku. Tidak apalah dari pada harus bolos.

Aku mengetuk pintu kelas dengan sangat pelan. Aku lihat Bu netta sedang menjelaskan teori kimia didepan temen temen

"Permisi Bu"

Kalian tahu arti tatapan Bu netta?jelas dia sedang marah besar!

Tenang Rana tenang..

"Kenapa baru datang jam segini!kamu kira ini sekolah punya orangtua kamu? Sudah melanggar aturan, kenapa pakai baju olahraga saat pelajaran saya?!"

"Maaf Bu sa--"

"Hormat kepada bendera satu jam pelajaran!"

"Sekarang Bu? " bodohnya aku malah bertanya seperti itu

"Tahun depan! SEKARANG"

Sepertinya hari ini semesta tidak sedang memihakku, apa masih berlaku ya teori hari sial? Bodo. Aku marah dengan kamu semesta!
Mulai dari datang terlambat, senior yang mengerjaiku dan ditambah hukuman dari bu Netta sikejam itu__ Hmm sejak kapan Audy Kirana suka mengatai orangtua ck, rasanya sekarang aku ingin sekali jebur kedasar lautan yang paling dalam dan tenggelam disana untuk membuang segala masalah. Sayangnya tidak semudah itu.

Baru ingat kalau Zee memberikan cermin kecil padaku, benar katanya melihat pantulan diri sendiri bisa membuat mood lebih baik .
Cermin kedua yang Alzee berikan padaku setelah kejadian yang sama kemarin sore.

Aku hormat sambil memandangi cermin pemberian cowok jangkuk itu,
Iya, hanya sebuah cermin kecil bisa membuatku sesenang ini, seperti orang gila yang senyum senyum sendiri di bawah tiang bendera.

Memory GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang