MEMORY GLASS -24

101 14 14
                                    

"Lo siapanya Reiza!?"

"Hah?" Aku langsung berdiri tegap, bingung dengan pertanyaan senior didepan ku ini, dengan gaya yang sangat modis, baju dicrop, rambut pirang, dan rok diatas lutut, ck senior memang begitu ya?

" Jawab pertanyaan gue! Lo bisu?"

"Yang mana kak?"

"Sekarang lo pura pura hilang ingatan?"

"Aku benar benar gak tahu apa yang kakak maksud"

"Gak usah munafik sampah, jawab pertanyaan gue yang tadi!"

Kenapa senior suka sekali membuli anak lemah seperti aku? Ingin rasanya melawan, tapi buat apa juga, toh dia yang tetap merasa menang.

"Kakak maunya apa sih!" Nadaku setengah mengelak, "aku salah apa sama kakak!?"

"Kesalahan lo banyak banget!" Senior ini menarik dagu ku hingga aku mendongak sakit. "Pertama kesalahan lo adalah udah deketin cowok gue, Reiza!"

Aku termangu, masih tidak percaya tentang pengakuan yang diucapkan olehnya barusan. "Kedua, gue udah liatin lo beberapa minggu ini, tapi masih aja lo berani deketin Reiza!"

"Dan yang ketiga, gara gara lo Reiza mutusin gue!"

"Lo tahu gak sih! gue cinta banget sama Rei, tapi dia mutusin gue cuma karena cewek kumel kek lo! Pakai pelet apa sih lo hah?"

Aku meringis kesakitan, dengan apa yang dilakukan senior ini kepadaku, cengkraman tangannya begitu kuat menimbulkan rasa sakit sekaligus nyeri dilengan ku. Namun, yang lebih menyakitkan dari itu adalah, ternyata Reiza sudah punya pacar dan disaat yang bersamaan ia juga mendekati Tara?

Apa maksud Rei melakukan itu?

Ini seperti tercabik belati yang secara perlahan membuat tubuhku berdarah. Maaf jika selama ini kalian mendengar semua fakta tentang Reiza, yang tidak sebaik kuceritakan pada kalian sebelumnya.

Aku pun marah sekarang, ternyata dia berbohong! Dia belum berubah. Dia masih sama, suka mempermainkan hati perempuan. Yang membuat aku sangat marah padanya adalah Rei melakukan itu kepada sahabat ku Tara, yah sekarang ia mulai mendekati Tara, dan karena ia juga Tara marah sekarang.

"Kak tapi saya hanya temannya Reiza. Saya gak ada hubungan sama sekali dengannya." Kataku dengan nada rintih dan setegar mungkin.

"Sampah!"

Sebelum senior itu pergi, kalian tahu apa yang dilakukan olehnya barusan?
Menyiramku dengan cairan es coklat yang sedari tadi ia pegang ke arah bajuku. Yang berakibat sekarang bajuku sudah berbuah menjadi lap kotor berwarna coklat!

Menjijikan.

Penampilan ku benar benar abstrak, tidak tahu lagi bentuk wajahku seperti apa. Rambut lengket, baju kotor dan suaraku sudah berubah serak, ingin sekali minum teh hangat buatan Mama saat saat seperti ini.

Aku berlari, benar-benar berlari, tidak perduli dengan sejumlah pasang mata yang melihat ku dengan tatapan aneh. Setelah sampai didepan gerbang sekolah, aku langsung mencegat taksi. Beruntung, taksi datang lebih cepat dan tidak membuat aku harus menunggu lama. Aku tidak punya tujuan sekarang, bingung harus mengistirahatkan hati ini kemana. Perasaan campur aduk menjadi satu, atau mungkin ini adalah hari kesialan ku? Bertengkar dengan Tara, berurusan dengan perempuan yang tidak lain adalah pacar Reiza. Sungguh aku lelah.

Berkali kali sopir taksi setengah baya ini bertanya padaku 'mau kemana?' berkali kali juga aku menggeleng pelan. Sampai akhirnya bapak sopir taksi mulai jenuh dan menghentikan taksinya dipinggir jalan.

"Loh kok berhenti pak?" Tanyaku bingung tidak tahu harus kemana.

"Mbaknya dari tadi saya tanya mau kemana tapi ndak dijawab. Yah saya bingung mau kemana." wajah pak sopir kelihatan sangat lesu dan lusuh, aku kasihan dan akhirnya aku memutuskan,
"Antar saya kejalan mawar saja pak"

Memory GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang