MEMORY GLASS -3

169 41 3
                                    

Tidak ada yang ingin dipertemukan, jika akhirnya perpisahan itu ada.
(AudyKirana)

Kelas saat ini kosong, alias free tidak ada guru yang masuk kesatu kelas pun. Karena apa? Guru guru sedang mengadakan rapat acara penyambutan siswa kelas 10 yang menjadi acara turun temurun di SMA Harapan, aku juga belum tahu acaranya seperti apa dan bagaimana. Nanti kita lihat sama sama ya.

Aku dan Fika lebih memilih diam dikelas dan bercerita seputar pergi ke mall besok sore, katanya si Fika mau cari novel baru.

Tara yang baru memasuki kelas mengeluh karena tiba tiba perutnya sakit dampak dari hari pertama datang bulan yang menyiksa.

Kami berjalan melewati daerah kelas dua belas, karena toiletnya berada di seberang samping kelas 12. Sudah tahu bagaimana takutnya kami?__ralat maksudnya aku dan Fika, kalau Tara mah sudah jelas tidak takut.

Sialnya kami lewat disaat yang tidak tepat. Sedang ada perkelahian antara dua perempuan disana.

"Maaf, yang sedang berkelahi itu kelas berapa ya?" Tanyaku pada seorang yang sedang melihat perkelahian ini.

"Oh itu senior sama junior"

Yang aku bingung kenapa diantara banyaknya orang disini, tapi tidak satupun yang mau memisahkan mereka berdua.

Aku menyuruh Tara dan Fika duluan saja ketoilet, alasanku ingin melihat siapa yang berkelahi, padahal sih aku ingin memisahkan perkelahian itu.

"Ada pak Wardi" teriaku sampai semua siswa mulai mengurangi keramaian ditempat kejadian. Pak Wardi adalah kepala sekolah yang terkenal galak disini.

"Kak cukup, maaf sebelumnya saya memang gak tau masalah kalian berdua. Tapi kasian dia kak masih kelas 10."

"Eh gakusah ikut campur lo ya! Nih anak emang harus dikasih pelajaran biar gak ngelunjak! Masih kelas 10 aja gayanya udah nantang senior!"
Belum sempat aku bicara dia melanjutkan.

"Lagian lo siapa, temennya?Oh berarti lo juga harus dikasih pelajaran. Awas lo!" Ucapnya sambil menunjukku lalu pergi.

Aku tidak memperdulikan perkataan senior yang telah berjalan meninggalkan aku dan perempuan ini.

"Kamu gapapa?"
Tanyaku memastikan, "ke UKS aja"

"Thanks. Tapi gue gapapa" katanya setengah berdiri "Lo harus hati hati sama tuh senior omongan dia gak pernah main main, sekali lagi thanks ya gue duluan."
Cewek berambut sebahu itu pergi meninggalkan aku ditempat kejadian, dan disusul oleh kedatangan Tara dan Fika

"Lo ngapain disini Ran? bahaya tau berdiri di wilayah kelas senior" Tara bertanya, ia juga sudah tahu bahwa senior itu sumber masalah.

"Aku ..hm tadi cuma liat orang berantem aja hehehe "

"Yudah yuk kekelas "

Bel pulang berbunyi, aku memutuskan tidak pulang bersama dengan Fika dan Tara, karena aku ingin pergi ke perpustakaan dulu untuk meminjam buku matematika, ada tugas 10 soal yang dikumpulkan besok, memang si guru guru tidak masuk ke kelas tadi, tapi bukan berarti tidak ada tugas rumah.

Aku berjalan melewati lorong samping perpustakaan, sepi. Tidak ada satu orang pun disana.

"Woi bocah!"

Baru saja aku ingin berjalan seseorang memanggil ku dari belakang, refleks mataku menoleh kebelakang dan mendapati seorang perempuan yang penampilannya tidak teratur, baju yang dikrop, roknya sangat ketat, rambut ombre warna merah kehitaman dan ia mengenakan sepatu flatshoes, sangat melanggar aturan. Dan parahnya dia adalah senior!

"Kenapa kak?"

"Lo lupa sama gue"

"Ingat kok yang tadi berkelahi sama anak kelas 10 kan?" Jawabku mencoba tenang.

"Denger, gue gak suka orang kayak lo yang ikut campur urusan orang. Bikin jijik liatnya!"

"Aku hanya menolong, itu saja"

"Siapa sih lo superhero? Pahlawan? Bukan kan. Gara gara lo mangsa gue jadi kabur."

"Tapi secara tidak langsung aku sudah menolong kakak agar tidak masuk BK"

"Cih. Gue gak butuh bantuan lo. Gue bahkan rela masuk ruang BK puluhan kali daripada harus biarin mangsa gue kabur gitu aja tanpa minta maaf"

"Bukan begitu kak, tapi menindas yang lemah itu tidak baik"

"Tau apasih lo tentang kebaikan! Didunia ini gak ada orang baik asal lo tahu. Semuanya sama aja jahat!"

"Sampe gue masih liat muka lo berkeliaran diarea kelas dua belas, tunggu aja apa yang bakal terjadi."

"Sampah!"

Sebelum pergi, senior ini melemparkan pop ice cokelat yang sedari tadi ia pegang kewajah ku, dan otomatis baju putih yang kukenakan ini menjadi kotor.

Aku masih di sini, berdiri dilorong perpustakaan sembari membersihkan wajahku dengan tissue.

"Untuk ngelihat keadaan wajah lo, pake ini."
Seseorang menyodorkan cermin kecil kepadaku dan refleks aku menerimanya dan seseorang itu adalah– cowok yang membantu ku waktu aku terjatuh karena melihat pengumuman minggu lalu!

"Kaca?" Bodohnya mulutku hanya bisa berkata sedikit padahal masih banyak lagi yang ingin kutanyakan tentangnya. Seperti menanyakan namanya?

Lalu ia menyodorkan sebuah sapu tangan kepadaku.

"makasih"

Cowok ini hanya mengedikan bahunya, sama seperti pertama kali aku bertemu dengannya. Kenapa sih susah banget buat ngucapin kata 'sama sama' doang!

Ia menatapku sekilas, melihat baju putih yang ku kenakan kotor karena tumpahan es dari senior tadi. Yap, wajahku sudah hampir mirip badut sekarang.

"Kamu ngapain disini?" Tanyaku

"Mau ke perpus, tapi lihat lo"

"Kenapa berhenti?"

"Hati gue yang nyuruh"

"Hah?"

"Alzee Gardana" ia mengulurkan tangannya padaku.

Memory GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang