"melamun lagi?"
Tepukan keras mendarat pada bahu Koki, dan ketika dia menoleh senyum Hyoma menantinya dengan manis.
"memikirkan apa?" Hyoma duduk di bangku yang sama dengan Koki saat dia bertanya, lalu melihat kearah lapangan di hadapan mereka dimana klub sepak bola sedang berlatih. Hyoma ingat, Koki juga mengikuti klub itu. walaupun alasannya bukan karena suka atau ingin lebih baik saat bermain. Melainkan karena paksaan ketua klub itu.
"aku memikirkan seseorang"
"Hayate Senpai" kata Hyoma pelan.
"bukan"
"Hei Koki!" Pluk, reflek Koki menangkap handuk kecil yang tiba-tiba terbang ke pelukannya. Beberapa meter didepannya Hayate berjalan ke arahnya dengan wajah sumringah. "kau masih hidup rupanya!"
Koki mengaduh pelan saat Senpai-nya menepuk bahunya. Koki heran, kenapa setiap orang yang bertemu dengannya hari ini terus saja memberi salam dengan menepuk bahunya?.
"kapan kau akan berlatih lagi? kau tau, karena kau tidak ada, kehebohan di klub berkurang. Kami jadi tau apa artinya dirimu hehe"
Koki hanya mengangguk dengan senyuman yang dipaksakan. Dia melihat Hayate di depannya sedang berbicara dengan senyum dan semangat seperti biasa, namun Koki tak mendengar apa yang lawan bicaranya katakan. Rasanya suara itu hanya menabrak gendang telinganya dan tak sempat masuk sehingga Koki tak menangkap apapun yang Senpai-nya katakan.
"ya? kalian harus datang, dia sangat lucu" Hayate berkata sambil berjalan menjauhi mereka karena anggota lain memanggilnya.
"kau mau pergi?"
Koki menoleh "kemana?"
Hyoma mengernyitkan kening "ke rumah Hayate Senpai, dia bilang sekarang dia punya kucing" Hyoma memandangi Koki dengan tatapan sedih saat Koki hanya mengangguk pelan. Ada denyutan yang membuat dada Hyoma terasa nyeri. Dia tau Koki masih belum kembali, dan entah kapan dia akan menjadi Koki yang biasa. Hyoma hanya bisa mengutuk dirinya sendiri di dalam hati karena belum bisa melakukan apa-apa untuk temannya.
Sedangkan Koki?. Pikirannya melayang lagi memikirkan orang yang baru memasuki hidupnya. Laki-laki itu memenuhi kepala Koki. Kemarin dia berusaha mengintrogasi laki-laki itu dengan pertanyaan bertubi-tubi, namun Koki belum mendapatkan jawaban yang jelas. Dari pembicaraan itu Koki menarik kesimpulan, orang itu lupa ingatan. Dia tidak tau asal usulnya bahkan namanya sendiri. entah kenapa Koki mempercayainya. Dia merasa mereka senasib, sehingga pertanyaan kenapa orang itu bisa ada di rumahnya bukan masalah lagi.
"kau mau menunjukkan wajah itu terus"
Koki menoleh ke arah Hyoma yang sedang duduk memangku tangan. Hyoma yang merasa di perhatikan tersenyum. "maksudmu?" tidak, Koki bukannya tidak mengerti yang Hyoma maksud. Hanya saja dia juga tidak mengerti bagaimana caranya tersenyum lagi seperti Hyoma sekarang.
Hyoma menggelengkan kepala "tidak apa-apa, tetaplah berpikir positif" katanya. Dia berdiri dan hendak pergi "tunggu aku kalau nanti pulang ya" katanya tanpa menoleh ke arah Koki.
Punggung Hyoma menjauh dan meninggalkan Koki yang memandanginya berjalan ke luar dari gedung olahraga. Berpikir positif? Apa masih ada hal positif yang bisa Koki pikirkan sekarang?. Hal positif yang masih bisa dia rasakan adalah merasa lapar. "aku masih mengisi perutku" katanya pelan, lalu berdiri dan berjalan keluar karena bel berakhirnya masa istirahat baru saja berbunyi.
warnanya abu-abu. Dengan mata bulat dan tubuh yang bulat juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Not Alone
FanfictionKoki Lelah, dan ingin mengakhiri semuanya. sebelum seseorang berkata "hidupmu masih berharga. karena sebenarnya kau tidak pernah sendiri" dan Koki tau, ada sisi baik jika dia masih hidup. namun, orang ini malah mencoba mengakhiri hidup lebih banya...